Jantung Para Penari

Reporter

Editor

Rabu, 6 September 2006 14:48 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Bunyi berdetak-detak memenuhi ruangan Gedung Kesenian Jakarta, Sabtu lalu. Sumber bebunyian itu beragam, mulai jarum jam hingga metronom.Sementara itu, panggung yang disiram cahaya merah menyala menimpa beberapa penari. Mereka berdiri kontemplatif dililit media kain merah di sekujur tubuh. Ini adalah karya maestro balet Indonesia, Farida Oetoyo, bersama Kreativitat Dance Company berjudul Serdtse atau Jantung.Karya terbaru setelah lima tahun Farida tak mencipta ini tampil dalam pembukaan Gedung Kesenian Jakarta International Festival. Ia dicipta dengan sinopsis singkat: "Ketenangan, energi, bermasalah, hilang denyut... oom...." Sinopsis simpel ini memiliki makna mendalam bagi Farida. Soalnya, ayahnya meninggal akibat serangan jantung saat Farida masih berusia 14 tahun.Para penari yang semula bergerak pelan dan kontemplatif mendadak berubah sangat dinamis. Lekuk dan lentur tubuh mereka memecah struktur gerakan yang indah. Pembukaan yang kontemplatif itu pun menjadi sebuah pengantar pada lembar-lembar gerakan lincah. Ia seperti sebuah kerja jantung, ada yang tenang dan ada juga berdebar kencang. "Saya membuat ini karena ada bisikan, mencoba menolak tapi datang terus," kata Farida.Farida pun melibatkan sang anak, Sjuman Aksan atau Wong Aksan. Putranya ini dipercaya membuat komposisi musik sebagai pengiring karyanya. Karya Sjuman Aksan ini pun diinterpretasikan dalam permainan piano Masako Hamamura. Rupanya keterlibatan Sjuman Aksan ini menjadi pemicu Farida untuk kembali berkarya. Komposisi tari sebelumnya diisi oleh koreografer Yudistura Syuman dari EKI Dance Company berjudul Mimpi. Ia menampilkan koreografi tari berpadu dalam sebuah skenario dramaturgi. Tari ini dibuka secara menyentak dan memberontak oleh seorang laki-laki yang meneriakkan sebuah dialog. Kemudian, gestur-gestur selanjutnya kontemplatif dalam alam mimpi.Tari Mimpi ini berangkat dari pengalaman hidup yang pahit ibarat mimpi buruk. Jalan terbaik dari semua perjalanan itu adalah dengan melupakannya.Dialog-dialog yang digunakan dalam tari itu terkadang berbahasa Indonesia, Tionghoa, dan Jepang. Namun, sang koreografer membantah jika disebutkan bahwa bahasa itu adalah bahasa Jepang. Hanya intonasinya yang mirip. "Itu entah bahasa apa. Saya serahkan saja kepada pemain," katanya.Lantas, dengan caranya sendiri, koreografer Chendra Effendy membuka karya bertajuk You Had Me at Hello. Gerakan pembukanya sangat intens tapi menarik. Komposisi gerak ini menceritakan kisah cinta semalam yang ditemukan oleh sekeping koin. Kepingan koin ini kemudian jatuh ke tangan seorang pengamen. Kisah cinta pun berakhir dalam kenangan.Dari semua koreografi, kematangan Farida Oetoyo memang belum tertandingi. Kematangan Farida Oetoyo malam itu terlihat secara komposisi gerak, eksplorasi panggung, dan tema itu sendiri. Komposisi Serdtse atau Jantung itu benar-benar menggambarkan ketenangan, energi, masalah, dan hilangnya denyut kehidupan. Serdtse ini terwakili dalam semua karya koreografer yang malam itu muncul.andi dewanto

Berita terkait

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

8 hari lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

12 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.

Baca Selengkapnya

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

58 hari lalu

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.

Baca Selengkapnya

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.

Baca Selengkapnya

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa

Baca Selengkapnya

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda

Baca Selengkapnya

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.

Baca Selengkapnya

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.

Baca Selengkapnya

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.

Baca Selengkapnya

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.

Baca Selengkapnya