Pameran Seni Rupa Sanggar Dewata: Bali Yang Nge-Pop dan Cair

Reporter

Kamis, 4 Agustus 2016 20:40 WIB

Pameran Lukisan dan Patung bertema You, Conversation di Bentara Budaya Jakarta, 3 Agustus 2016. TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta -Dua generasi seniman asal Bali, bertemu dan bercakap tentang tanah leluhur mereka. Mereka bertemu dalam pameran You;con<ersation#15—sebuah pameran seni rupa oleh Sanggar Dewata Indonesia, Yogyakarta yang digelar di Bentara Budaya, Jakarta.

Sebanyak 15 seniman memamerkan karyanya, masih dengan dasar ikon budaya tanah leluhur mereka, Bali. Tetapi jangan bayangkan ikon ini sarat dengan warna-warna merah, atau emas. Karya-karya seniman muda Bali di Yogyakarta ini tampil dengan warna cerah dan nge-pop.

Ke-15 seniman itu adalah Dewa Made Mustika, Made Arya Palguna, Agus Putu Sudadnya, IBK Sindu Putra, Tjokorda Bagus Wiratmaja, Agung Ari maruta, Putu Sastra Wibawa,Kadek Suardana, Ketut Suryawan, Made Agus Darmika Solar, Nyoman Agus Wijaya, Wayan Putra Eka Pratama, Made Pande Giri Ananda, Pangestus Widya Sari, dan Pande Gotha Antasena. Mereka seniman dari dua generasi 1990 dan 2000-an. Karya yang dipamerkan ini dikurasi oleh Ignatia Nilu, dapat dinikmati mulai 28 Juli- 6 Agustus 2016.

Lihat saja lukisan Ritus Rintik karya I Gusti Agung Bagus Ari Maruta. Sebuah lukisan dengan warna warna ceria, merah, merah muda dengan motif-motif kain dengan latar warna biru muda. Butir-butir air seperti air hujan yang turun. Jika diperhatikan, tampak sosok barong—ikon yang paling kental dalam budaya Bali, muncul dari goresan kuas dari cat yang cerah itu. Bukan barong yang garang menakutkan, tetapi barong yang nge-pop. “Nuansanya nge-pop tapi ke-Bali-annya tidak terlalu mencolok,” ujar Ignatia Nilu pada Rabu, 3 Agustus 2016.

Lihatlah pula karya I Ketut Suryawan dengan figure-figur wayang yang sangat kontemporer dengan latar warna yang merah dan merah muda, untuk lukisan berjudul Vegetarian. Figur wayang paradoks dengan pakaian,gemerlapnya hidup dan spiritualisme di belakangnya.

Sedangkan seniman muda Bali lainnya, Made Pande Giri Ananda dengan teknik plotot yang rapi dan berlapis-lapis berlatar warna merah muda, dia memperlihatkan tema identitas. Pada lukisan Street Fashion, sosok perempuan dengan rok bermotif mobil , berhelm dan sepatu boot merah berdiri gagah. Tetapi di belakang sosok itu, sosok-sosok lain pun tergambar. “Memang berlapis-lapis, dan lapisannya sangat tebal. Ini juga menjadi ritus meditasi kreatifnya,” ujar Nilu.

Berbicara tentang tanah leluhur mereka, tak hanya dari sisi budaya. Tapi juga dari fenomena sosial seperti lingkungan, hutan, tanah. Inilah yang suarakan oleh I Wayan Putra Eka Pratama dengan lukisan berjudul Perlahan dan Pasti, dengan lukisan potongan tengkorak dan geometri. Atau Agus Putu Suyadnya dengan lukisan gajah perkasa yang duduk setengah berjongkok bertopang pada pedang. Sedangkan Putu Sastra Wibawa menyajikan karya yang sangat abstrak,membongkar ikon budaya Bali dalam karya yang menonjolkan garis, geometrid dan warna. “Seperti ada upaya mendekonstruksi simbol, melawan upaya besar.”





Ignatia Nilu menjelaskan dalam pameran ini memang tak ada kurasi yang ketat. Pameran ini merupakan bagian dari trilogy rencana pameran sanggar ini. “Setelah I (aku), sekarang ini U (you) yang akan berujung pada US. Kali ini adalah untuk dialog, merespon dan mengajak dialog public tentang seni kontemporer Indonesia,” ujar Nilu.

Selain lukisan, ada pula seni instalasi karya I Nyoman Agus Wijaya yang menyajikan dua patung galvanis—dengan bentuk gerak perempuan menari balet –bukan tari Bali dan laki-laki dengan ayam jagonya. Mengingatkan tradisi para lelaki Bali yang suka menyabung ayam.

Seperti tradisi sanggar ini sebelumnya, pameran seniman ini selalu mengikutkan para seniman senior dan yunior dari generasi yang berbeda. Kali ini tiga seniman yang cukup senior terlibat dalam proses merangkul untuk tumbuh kembang proses para yuniornya yakni Dewa Made Mustika, I Made Arya Palguna dan Tjokorda Bagus Wiratmaja.

Ketiganya juga memamerkan kemampuan mereka. Made Palguna masih menyajikan ruh spiritual Bali dengan semedi, perjalanan rohani dalam wujud kura-kura. Sedangkan Tjokorda dengan kekuatan goresan cat dari paletnya menyajikan semangat dengan wujud kuda yang berlari. Agak berbeda dari yang lain, Made Mustika mengambil nilai spiritual dari sosok dari negeri Cina.

DIAN YULIASTUTI

Advertising
Advertising

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya