Penelusuran Tubuh Rianto di IDF  

Reporter

Kamis, 6 November 2014 16:08 WIB

Rianto, seniman asal Banyumas yang berkolaborasi dengan seniman asal Singapura Choy Ka Fai, menampilkan Soft Machine di Indonesian Dance Festival, Rabu, 5 November 2014. TEMPO/Ratnaning Asih

TEMPO.CO, Jakarta - Sosok berkemben dengan selendang merah dan topeng putih itu menarikan tarian Jawa dengan gemulai. Saat musik gamelan yang mengiringinya selesai, ia melepaskan penutup wajahnya, lalu memperkenalkan dirinya. Ia adalah lelaki bernama Rianto.

"Asal saya dari Banyumas, mulai menari sejak umur 15 tahun. Yang tadi Anda lihat adalah tari topeng tradisional Jawa, judulnya Sekartaji," ujarnya dengan kemayu di tengah pertunjukan Soft Machine pada 5 November 2014 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pertunjukan ini adalah bagian dari Indonesian Dance Festival yang tengah berlangsung hingga 8 November mendatang.

Setelah menarikan Sekartaji, Rianto menarikan Lengger Banyumasan yang menjadi dasar tarinya. Dengan kenes, ia menarikan Lengger yang enerjik, sambil menggoyangkan pinggul dan bahu. Ia bahkan menarik seorang penonton lelaki untuk berjoget bersamanya.Tingkahnya yang genit kadang memancing tawa penonton. Misalnya, ketika ia bertanya pada penonton dalam bahasa Inggris, "Do you think I'm sexy?"

Namun, setelah ia melepas kainnya, mengenakan celana selutut dan topeng Klana, ia langsung bertransformasi. Tak kemayu, ia memeragakan gerakan tari Jawa tradisional dengan maskulin.

Pertunjukan ini adalah bentuk eksplorasi tubuh yang dilakukan Rianto. Tak hanya lewat tari tradisional, ia juga melakukannya dalam tari kontemporer. Setelah menghapus semua makeup-nya, ia memeragakan dua tari pendek kontemporer. Satu di antaranya bertajuk Body Without Brain. Dalam tarian itu, Rianto menari dengan energik dan cepat, kadang meliuk dan mengejang, diiringi musik elektro. "Dalam tari tradisional, ada pembagian antara tari laki-laki dan perempuan, sementara dalam tari kontemporer tak ada batasan gender," katanya.

Di antara jeda satu nomor tarian dengan tarian lain, dimainkan video dokumenter yang juga berisi wawancara dengan Rianto pada layar. Di awal pertunjukan diperlihatkan Rianto yang tengah membawakan Lengger di kampungnya. Kemudian, beranjak ke pertemuannya dengan istrinya yang merupakan orang Jepang, yang membuat Rianto pindah ke negara tersebut. Ditampilkan pula kehidupan Rianto di Jepang dan sanggar tari tradisional Jawa yang ia dirikan, yakni Dewandaru.

Video dan pertunjukan ini adalah bagian dari Soft Machine yang dibuat oleh seniman asal Singapura, Choy Ka Fai. Selama tiga tahun lebih, Choy memang melakukan riset dan wawancara tentang tari kontemporer di Asia. Selain dengan Rianto, ia juga melakukan wawancara bersama Surjit Nongmeikapam yang berasal dari India, Xiao Ke x Zi Han (Cina), dan Yuya Tsukahara (Jepang). Hasilnya adalah empat pertunjukan dokumenter, yang salah satunya ia tampilkan dalam IDF ini.

Choy melakukan riset ini karena kegelisahan atas pandangan sebagian kurator Eropa atas tari Asia yang dianggap dangkal.

RATNANING ASIH







Berita terkait

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

22 Oktober 2023

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.

Baca Selengkapnya

Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

30 Juni 2023

Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.

Baca Selengkapnya

Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

28 Agustus 2021

Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.

Baca Selengkapnya

Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

8 Juli 2021

Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

28 Juli 2019

Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

26 Juli 2019

Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.

Baca Selengkapnya

Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

7 Februari 2019

Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

Tunangan Jennifer Lawrence, Cooke Maroney, adalah seorang art dealer seni kontemporer. Ia pernah bekerja dengan beberapa tokoh seni Amerika.

Baca Selengkapnya

Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

7 Oktober 2018

Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

Sejak Sabtu malam hingga pagi hari, pengunjung Nuit Blanche dapat menikmati 70 pertunjukan dan 43 instalasi seni yang tersebar di kota Taipei, Taiwan.

Baca Selengkapnya