3 Penyebab Lontaraq Terancam Punah

Reporter

Kamis, 25 September 2014 03:38 WIB

Naskah kuno. (naskah-sunda.blogspot.com)

TEMPO.CO , Makassar: Guru besar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Profesor Nurhayati Rahman, memperkirakan 20 tahun ke depan Lontaraq tak lagi dikenal. Berdasarkan hasil seminar internasional kebudayaan tentang huruf-huruf yang mengalami ancaman kepunahan di Asia Tenggara, Februari lalu, Lontaraq dinilai tak akan bertahan lama.

Saat ditemui di kediamannya, Selasa dua pekan lalu, 9 September 2014, Nurhayati mengatakan ada tiga hal yang menyebabkan Lontaraq mulai ditinggalkan. Pertama, masyarakat merasa rendah diri. Takut dianggap kolot kalau berbahasa daerah. Padahal, untuk tetap melestarikan Lontaraq, masyarakat semestinya intens berbahasa Bugis.

“Bagaimana mau dituliskan kalau sudah tidak ada lagi yang pakai. Jangankan bahasa Bugis kuno, bahasa Bugis modern saja masih banyak remaja-remaja sekarang yang tak tahu,” tuturnya.

Penyebab kedua adalah masuknya teknologi industri pop, yang membuat masyarakat lebih memilih perkembangan budaya asing. Yang terakhir adalah pengaruh globalisasi, di mana budaya luar begitu mudah masuk dan menggantikan budaya lokal. Masyarakat lebih condong menirukan gaya Barat dibanding bangga atas kearifan lokal tempat mereka menetap.

Nurhayati mengajak para pemuda untuk bangga akan diri mereka. Bagi dia, bangsa yang besar adalah bangsa yang percaya pada potensinya, termasuk kebudayaan. Terlebih, Bugis-Makassar yang punya “kekayaan” budaya. Bahasa, tulisan, peninggalan-peninggalan sejarah lainnya sebagai bukti konkret.

I La Galigo adalah salah satu bukti konkret. Kini 12 jilid transkripnya disimpan dan dirawat dengan baik oleh pemerintah Belanda. Ada juga beberapa potongan episode yang beredar di negara lain, seperti di University of Harvard Amerika Serikat. (Baca juga: http://www.tempo.co/read/news/2014/09/18/113607766/I-La-Galigo-Mitologi-Sarat-Perdamaian)

Naskah I La Galigo adalah salah satu karya sastra yang ditulis dengan aksara Lontaraq—warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO, badan dunia yang menangani masalah pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan. Karya ini terdiri atas 300 ribu bait, salah satu karya sastra terpanjang, melebihi karya fenomenal Mahabharata dan Ramayana dari India yang hanya sekitar 150 ribu bait.

SUTRISNO ZULKIFLI

Berita lain:
Terduga Pembunuh Tiga Remaja Israel Tewas Ditembak

Cathay Pacific Akan Gelar Travel Fair Surabaya

Besok Didemo FPI, Ahok: Aku Sudah Biasa

Berita terkait

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

18 jam lalu

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

Pakar mengatakan kebaya bisa menjadi identitas budaya Indonesia berbasis kelokalan dengan sejarah panjang busana di Nusantara.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

1 hari lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

3 hari lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

14 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

18 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

53 hari lalu

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.

Baca Selengkapnya

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

8 Maret 2024

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.

Baca Selengkapnya

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

2 Februari 2024

Debat Capres Usung Tema Kebudayaan, Apa Harapan Budayawan, Pekerja Seni, dan Sastrawan?

Debat capres terakhir, 4 Februari 2024 salah satunya mengusung tema kebudayaan. Begini harapan budayawan, pekerja seni, dan sastrawan?

Baca Selengkapnya