TEMPO.CO, Jakarta - Aktor Teuku Rifnu Wikana sedang menggarap film pendek mengenai orang yang depresi dan pesimistis menghadapi hidup sampai ingin bunuh diri. Menurut Rifnu saat ditemui Tempo pekan lalu, film itu terilhami dari banyaknya orang yang mengeluh akan hidupnya. "Padahal hidup kan berputar terus," katanya, yang bermain dalam film Negeri Tanpa Telinga.
Rifnu sendiri mengaku banyak mengalami perubahan dalam hidupnya. Ketika masih remaja, Rifnu adalah sosok yang tak bisa diatur. "Semua kabandelan ala anak muda aku lakukan. Aku dulu bejat, deh," ujarnya.
Ia pun mengenang kejadian di Pematang Siantar pada puluhan tahun lalu. Saat itu Rifnu bersama dua abangnya berkelahi melawan belasan orang dari kampung tetangga. Lain waktu, ia pernah melempar tumbuhan gatal ke kerumunan orang di malam takbiran. Ia pun pernah mencuri ayam tetangga dan memotongnya untuk dimakan. Selain itu, ia juga nekat menjual mesin jahit kakeknya untuk mendapat uang. Berjudi dan membolos juga pernah ia lakoni.
Salah satu "kejahatan" yang sangat disesali Rifnu adalah saat ia menggunakan uang sekolah pemberian orang tuanya untuk hura-hura. Yang membikin Rifnu sedih, belakangan ia baru tahu bahwa dua orang tuanya terpaksa berutang demi menyekolahkan delapan anak mereka.
Rifnu berseloroh, meski badung, ia adalah anak nakal yang tidak profesional. Sebab, hampir semua kenakalannya terendus orang lain. Ia sendiri akhirnya tobat setelah sang ayah menasihatinya seusai keduanya bersantap di rumah makan mewah di Padang. Dari situlah Rifnu tahu, selama ini ayahnya sebenarnya tahu kebandelannya.
"Di situ aku nangis dan mengakui semua perbuatanku. Aku juga kagum karena Papa ingat kemauanku makan di tempat itu. Padahal aku memintanya waktu masih SD," katanya. Setelah kejadian itu, Rifnu perlahan memperbaiki diri. Pun kini, setelah tinggal di Jakarta dan menghadapi beragam "godaan".
