Aktris Nikita Mirzani saat menjalani sidang perdananya terkait kasus penganiayaan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (9/1). TEMPO/Dian Tryuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Insiden penganiayaan yang terjadi antara Nikita Mirzani dengan seorang gadis bernama Fia di Kafe Golden Monkey, Bandung, justru semakin panjang. Setelah Nikita melaporkan penganiyaan atas dirinya yang terjadi pada Sabtu dini hari, 27 Juli 2013, beberapa jam kemudian Nikita dilaporkan balik oleh Yun Tjun, Fia, dan Rinto. Mereka mengaku dipukul oleh Nikita menggunakan hak sepatu sehingga kepalanya terluka.
Nikita meradang ketika banyak pihak yang menudingnya sebagai artis pembuat onar. Pasalnya, belum lama ini Nikita keluar dari penjara Polda Metro karena kasus serupa. Nikita lantas membela diri di akun Twitter miliknya agar nama baiknya tak kembali tercemar.
"Tolong untuk semua pihak yang sudah berfikir kalau saya adalah pelaku pemukulah Sabtu petang lalu, di sini saya adalah murni seorang korban yang meminta keadilan hukum," tulisnya. "Saya tidak bisa tinggal diam atas perlakuan pelaku kepada saya, wajah saya dipukuli bertubi-tubi oleh karna hal yang tidak ada sebabnya."
Nikita menyadari citranya sebagai artis pembuat onar dan sering berbuat sensasional, tersebar ke masyarakat. Banyak kicauan negatif yang mengarah kepadanya. "Saya benar-benar sudah muak dan trauma dipersalahkan di depan hukum oleh hal-hal yang bukan kesalahan saya," kata pemain film Kakek Cangkul dan Nenek Gayung ini.
Menurut Nikita, pelaku yang memukulnya telah meminta maaf dan meminta tuntutan dicabut. "Mengingat kasus saya yg sebelumnya, saya terpaksa tinggal di bui untuk waktu yg lama, oleh krn bukan kesalahaan saya. Banyak fitnah yg mengatakan kalau saya memakai darah sang pelaku untuk bukti lapor ke pihak yg berwajib," kata wanita yang tubuhnya dipenuhi tato ini. "Menurut saya itu fitnah yg gak masuk akal karena semua darah di tubuh saya benar-benar dikeluarkan dari semua luka-luka tubuh saya," katanya.
