Merchandise ala Seniman  

Reporter

Editor

Rabu, 4 April 2012 19:41 WIB

Seorang anak laki-laki bermain-main di sekitar karya seni yang dipamerkan dalam pameran 'Tanda Mata' di Galeri Seni Ruang Rupa, Jl. Tebet Timur Dalam Raya No.6 Jakarta Selatan, Rabu (4/4). TEMPO/Praga Utama

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok musik Tivi Out tampil pada pembukaan pameran Jakarta Merchandise Project di Galeri Ruang Rupa pekan lalu. Kuartet asal Jakarta itu hadir seolah untuk merombak persepsi kita tentang musik. Tak ada lagi keindahan lirik dan irama. Musikalitas mereka terdengar sangat keotik. Tergantikan oleh corak nada yang tak padu-padan, minim kata dan etika. Sesekali para personilnya menyapa penonton dengan banyolan yang semangat. Terdengar garing, namun tetap mampu mengocok perut.

Semangat itulah yang menjiwai kreatifitas delapan perupa pada pameran Jakarta Merchandise Project. Eksplorasi mereka atas berbagai medium dan teknik kreatif menghasilkan barang-barang merchandise dalam banyak varian seperti kaos, pin, notes, emblem, poster, topeng, gantungan kunci hingga tas. Ragam gaya dan pendetakan postmodern tampak cukup dominan dalam karya-karya mereka. Tampil dengan kode-kode estetika seperti Partische, Parodi, Kitsch, Camp dan Skizofrenia.

Galeri ruang rupa sengaja mengangkat tema ini lantaran diskursus seputar merchandise merupakan kategori yang kerap luput dari jangkauan cita rasa seni. Itu karena penggunaan istilah merchandise acapkali merujuk pada produk-produk yang diperjualbelikan untuk kepentingan promosi. Produk massal yang jauh dari nilai keunikan dan personifikasi suatu benda. “Karenanya, karya merchandise seniman menjadi hal yang menarik” ujar Sigit Budi, pegiat Galeri Ruang Rupa.

Pameran yang berakhir 14 April itu menghadirkan karya-karya milik Cubatees, Gardu House, Ika Vantiani, Jah Ipul, Kamengski, Komunitas Pecinta Kertas, Paguyuban Lapak Urban dan Recycle Experience. Project ini memang tidak semata melibatkan para seniman yang berlatar belakang pendidikan seni, beberapa diantaranya merupakan seniman jalanan (street artist) yang selama ini konsisten berkarya melalui jalur medianya masing-masing.

Meski demikian, kreatifitas mereka dalam berkarya mampu memberikan nuansa kesegaran tersendiri. Lihat apa yang dilakukan Komunitas Pecinta Kertas dalam pameran ini. Para pegiatnya, yang berasal dari berbagai latar pendidikan dan usia, menyuguhkan puluhan karya-karya berbahan baku kertas sebagai sampah estetik (kitsch), menyulap bubur kertas menjadi asbak, sepatu, topeng, kalung, kacamata hingga boneka robot dengan tetap menjaga unsur fungsional.

Konsep parodi tampil dalam karya-karya milik Cubatees lewat berbagai disain kaosnya. Baju berlogo band asal Amerika, Black Sabbath, yang biasanya muncul bersama figur vokalisnya Ozzy Osbourne, ia plesetkan dengan memajang wajah komedian Ozy Syahputra. Konsep parodi jugalah yang ia gunakan dengan disain kaos bergambar pengusaha taipan Ko Modo, sebagai New Seven Wonders dan kaos Mahasiswa Pecinta Alam, yang diilustrasikan dengan wajah penyanyi rock dangdut, Alam.

Seniman Ika Vantiani dan Jah Ipul mengusung karya teknik kolase yang banyak meminjam figur tokoh-tokoh komik. Jah Ipul, yang merupakan jebolan Institut Kesenian Jakarta, menggunakan ilustrasi gambar dalam halaman buku tafsir mimpi, yang sempat marak di akhir tahun 1990-an dengan sejumlah modifikasi. Dupilkasi figur itu ia jadikan sebagai elemen dasar untuk menciptakan berbagai karya merchandise seperti kartu pos dan poster yang dibuat dengan teknik cetak sablon.

Ipul juga memanfaatkan ulang benda-benda bekas seperti foto dan patung Bunda Maria. Layaknya karya seni bergaya pastiche, semua elemen itu ia gunakan utuh hanya dengan sedikit penambahan tanpa teknik yang rumit. Foto seorang gadis cantik yang ia gabungkan dengan kolase kertas koran bertuliskan “Dress to Kill” adalah satu diantaranya. Boleh jadi, teks itu merupakan pesan dan kritik yang ingin disampaikan Ipul dalam karyanya.

Mereka yang tergabung dalam kelompok penganut aliran Pop Culture and Toys art Movement, Recycle Experience, menghadirkan berbagai karya berkarakter robot. Robot imajinasi itu mereka sulap dari berbagai sampah domestik dan dikemas dengan teknik pewarnaan yang serba cerah dan lucu-lucu, khas ideologi senirupa postmodern: form follow fun. “Pameran ini bisa Anda nikmati dengan santai. Kalau yang serius-serius ada di Galeri Nasional,” ujar Popo, kurator pameran.

Penyataan Popo itu seolah mengisyaratkan sebuah penanda. Bahwa klaim atas respresentasi karya seni tidaklah semata milik “budaya tinggi”. Senirupa postmodern sesungguhnya lahir dengan sistem bahasanya sendiri. Yang memberikan ruang kepada setiap orang untuk berkreasi. Mendefinisikan dirinya sendiri, sekalipun itu harus mendobrak tatanan nilai estetika dalam kacamata mainstream dan dituduh menduplikasi khazanah karya-karya seni yang sudah ada sebelumnya.

RIKY FERDIANTO

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya