Dunia Tanpa Pondasi  

Reporter

Editor

Minggu, 5 Juni 2011 13:56 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta - Jangan remehkan sebilah papan dan kayu. Dari benda itu, Damien Caufepe, Oliver Leger, dan Cyrille Tille mampu menciptakan dunia tanpa pondasi. Mereka mengubah bentuk bangunan sesuka hati. Merancang, menggeser, dan menumpuknya, menjadi sebuah karya seni yang menyenangkan.


Berbalut kostum sederhana, ketiganya justru lebih terlihat seperti tukang kayu. Ya, mungkin itulah tujuannya untuk mengecoh seberapa andal kemampuan atraksi mereka. Tak ayal, mereka mampu berjalan tanpa bantuan di sebilah papan yang miring. Selanjutnya, membentuk pondasi segitiga yang dirangkai hanya dengan menempelkan tiap sudut papan dan kayu tanpa perlu menyimpul.

Caufepe, Leger, dan Tille, mempersembahkan sirkus kotemporer bertajuk Mobile, di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa malam lalu. Ketiga seniman asal Prancis ini merupakan bagian dari kelompok sirkus Chabats d’entrar, yang didirikan di Limousin, Prancis, sejak 1997 silam. Mereka datang ke Indonesia atas undangan Pusat Kebudayaan Prancis di Indonesia.

Untuk kesekian kalinya, Pusat Kebudayaan Prancis memboyong kelompok sirkus dari 'kampung'nya yang memang menjamur. Negara ini memang terkenal secara internasional sebagai pusat pembaruan seni sirkus. Banyak seniman yang mencoba keluar dari pakem sirkus yang njelimet dan heboh.


Permainan kayu seperti yang ditunjukkan Caufepe, Leger, dan Tille memang sering dijumpai dalam rangkaian sirkus. Namun, lewat Mobile, mereka mencoba merancangnya menjadi sebuah pertunjukan sederhana dengan iringan music rancak yang gembira. Tata pencahayaan dan polesan panggung pun tak ada yang istimewa. Meskipun memang tak menjadikannya meriah, kekurangan ini bisa mengantarkan penonton untuk tetap fokus pada persembahan sang trio.

Dalam pertunjukan Mobile, kejenakaan diracik dengan teatrikal bisu yang menolong pertunjukan ini menjadi lebih hidup. Lihatlah bagaimana ketiga seniman itu mencoba membentuk formasi segitiga acak dengan menempatkan pemain bertubuh lebih tambun untuk duduk menggantung di sebilah papan. Di saat dua lainnya minum anggur, ia pun tergiur. Namun, gelas anggur yang diletakkan di tengah papan sulit terjangkau karena perut yang buncit. Dan penonton pun tertawa di atas 'penderitaan' si tambun. Kemampuan mereka berkomunikasi dengan penonton lewat adegan itu jelas menguntungkan. Jika tidak, maka pertunjukan itu hanya sekadar pamer kayu.


Secara matematis dan hukum gravitasi, pondasi tanpa penyimpul yang membuat papan dapat berdiri sendiri dan pola segitiga mampu bertumpu pada satu siku miringnya adalah hal yang mungkin. Namun, memang diperlukan keahlian sendiri untuk merangkai dan memperhitungkan titik-titik pondasi secara akurat.

Malam itu, ketiganya juga menyuguhkan permainan ayunan jungkat-jungkit dan enggrang yang makin mengikis jarak dengan penonton. Sebuah suguhan yang mampu membuka memori masa kecil sambil tertawa tergelak, sekaligus berdecak kagum pada atraksi mereka.

AGUSLIA HIDAYAH

Advertising
Advertising

Berita terkait

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

11 Desember 2023

Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer

Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.

Baca Selengkapnya

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

22 Oktober 2023

Asyiknya Merakit Gundam Plastik

Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.

Baca Selengkapnya

Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

30 Juni 2023

Khadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"

Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.

Baca Selengkapnya

Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

28 Agustus 2021

Kritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago

Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.

Baca Selengkapnya

Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

8 Juli 2021

Artjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring

Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

28 Juli 2019

Sutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog

Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

26 Juli 2019

Sri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi

Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.

Baca Selengkapnya

Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

7 Februari 2019

Fakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence

Tunangan Jennifer Lawrence, Cooke Maroney, adalah seorang art dealer seni kontemporer. Ia pernah bekerja dengan beberapa tokoh seni Amerika.

Baca Selengkapnya

Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

7 Oktober 2018

Nuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding

Sejak Sabtu malam hingga pagi hari, pengunjung Nuit Blanche dapat menikmati 70 pertunjukan dan 43 instalasi seni yang tersebar di kota Taipei, Taiwan.

Baca Selengkapnya