Umpatan Sunda dalam Syair Deden Sambas  

Reporter

Editor

Rabu, 25 Mei 2011 15:36 WIB

TEMPO Interaktif, Bandung - Kata-kata makian meradang di tembok putih, warnanya merah, bernada kasar dan lugas. Bentuk hurufnya yang kaku, disusun dari bentangan karet gelang dan mur besi sebagai tambatannya. Kumpulan kata-kata "kotor" itu disajikan seniman Deden Sambas dalam pameran "Syair Lisan" di Common Room, Bandung, 20 Mei hingga 2 Juni 2011. Seluruh umpatan itu dalam bahasa Sunda, seperti gantung bangsat duit (gantung maling uang) dan duruk huluna (bakar kepalanya). Makian yang lainnya bahkan lebih kasar.

Menurut Deden, inspirasi karyanya ini berawal dari ingatan masa kecilnya tentang kata-kata umpatan yang didengarnya. "Ternyata sampai sekarang kata-katanya masih ada dan sama, hanya orang yang mengucapkannya saja yang beda," kata seniman kelahiran Bandung, 15 Juni 1963 itu. Dia lalu mengumpulkan dan mendapat 100 lebih kata dan kalimat umpatan yang lestari.

Bagi seniman yang masuk 10 besar Phillip Morris Indonesia Art Awards 1994 tersebut, fenomena lontaran umpatan itu menarik. Kata-kata makian bisa keluar begitu saja tanpa pertimbangan akal, bahkan nyaris tidak disadari akibat kondisi peristiwa tertentu. "Dalam pikiran saya, setiap manusia memproduksi kata-kata seperti itu," katanya.

Penuturnya bisa orang yang berpengetahuan luas, taat beragama, atau sebaliknya. Saat kata-kata itu terlontar, ia menenggelamkan sesaat ilmu, etika, moral, dan ajaran agama yang dianutnya. Deden juga yakin, di belahan bumi mana pun, orang membuat dan pernah memakai kata-kata makian dalam hidupnya. Tentu dengan bahasa mereka sehari-hari. "Saya pakai bahasa Sunda untuk menegaskan di titik kecil atau lokalitas, bahasa itu juga bersifat universal," katanya.

Ia menilai orang yang mengumpat itu secara kejiwaan dan pikiran berada dalam situasi yang paling kritis karena tengah dikuasai oleh nafsu sehingga kehilangan akal sehat. Situasinya bisa berbeda kalau kata-kata itu disampaikan secara tertulis. "Kalau ditulis mungkin orang akan berpikir lagi," katanya.

Untuk mendekati kondisi itu, Deden memakai rentangan karet merah yang ditambatkan ke mur sebagai pengganti garis huruf. Kelenturan karet identik seperti lisan atau bahasa sekaligus kekuatannya. "Dia bisa membentuk dan dibentuk apa pun dan persoalan bahasa sampai hari ini juga belum selesai," kata dia.

Adapun mur yang dipakai dan melubangi dinding melambangkan banyaknya kata-kata makian yang tertanam di otaknya sejak kecil. "Dengan paku melubangi tembok, itu sangat melukai dan menyakiti," kata seniman yang kerap berpindah rumah itu.

Sadar akan pengaruh yang bisa ditimbulkan oleh karyanya kali ini, Deden memasang peringatan di pintu masuk. Bagi pengunjung pameran yang berusia di bawah 18 tahun, ia minta agar sebaiknya didampingi orang tua.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

40 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

47 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya