Menelusuri Jejak Periklanan Indonesia  

Reporter

Editor

Selasa, 26 April 2011 07:24 WIB

pameran bertajuk Enamel: Lapisan Sejarah Periklanan Modern di Indonesia

TEMPO Interaktif, Jakarta - Mungkin sebagian dari kita tak banyak yang tahu bagaimana bangsa Eropa menularkan modernitas kepada Indonesia pada masa kolonial dulu, terutama melalui perniagaan. Bersamaan dengan perkembangan Eropa pada abad ke-19, iklim perniagaan di Indonesia mau tidak mau terpengaruh olehnya.


Pada masa itu, wajah-wajah jalan di kota besar di Indonesia mulai dipenuhi papan nama iklan. Pelat-pelat itu menjadi identitas yang menyajikan berbagai produk.


Mereka menyebutnya enamel. Medium ini dikenal luas di daratan Eropa sejak paruh kedua abad ke-19. Dan kini, benda-benda yang terhitung sudah menjadi barang antik itu dipamerkan di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan, hingga 17 Juni nanti.


Dalam pameran bertajuk “Enamel: Lapisan Sejarah Periklanan Modern di Indonesia” itu, pelat-pelat iklan lawas koleksi Kartini Collections dijajarkan dengan segala keunikannya. Menyaksikan koleksi-koleksi tersebut, kita diajak menengok dunia perdagangan yang berdenyut di kota-kota besar di Indonesia pada 1920-an yang sudah terkait dengan perdagangan global saat itu.


Awalnya, enamel atau kadang disebut vitreous enamel advertising itu diproduksi di Jerman. Ternyata medium ini menarik perhatian Inggris dan Amerika Serikat untuk melayani kepentingan dunia industri. "Enamel ini kuat, awet lama, dan sangat tahan terhadap cuaca," ujar Hauw Ming, pemilik koleksi enamel itu.


Proses pembuatan enamel boleh dibilang tak mudah. Permukaan lembar metal itu dilapisi kaca, lalu dipanaskan dalam suhu tinggi. Warna yang dihasilkan pun terlihat lebih hidup.


Meski enamel merupakan produk yang sangat kental dengan Eropa, beberapa di antaranya dimasukkan sentuhan lokal Indonesia. Seperti yang ditulis kurator Enin Supriyanto dalam katalog. Hal itu adalah upaya strategi produsen untuk berkomunikasi dengan masyarakat Indonesia dengan mencoba memasukkan aspek sosiokulturnya.


Upaya melokalkan teks iklan ini menjadi bukti yang menunjukkan jejak periklanan Indonesia bahwa enamel betul-betul beredar di sini pada masa itu. Medium ini dirancang khusus untuk menjangkau konsumen di Indonesia. Boleh jadi, dari sinilah titik persinggungan modernitas yang dibawa bangsa Eropa tersebut.


Simak iklan batu sabak. Merek dagang yang tertera di sana adalah Emata Slates. Ternyata batu yang digunakan untuk menulis ini berasal dari Inggris. Teks pada enamel ditulis dalam bahasa Inggris. Terlihat tiga murid yang tengah membawa batu sabak masing-masing. Murid sebelah kiri membawa batu yang sudah pecah. Di tengah, ada murid perempuan yang memperhatikan si pemeran utama. Ia memperlihatkan batu sabak miliknya bermerek Emata. Namun cermatilah, pemeran utama itu tampil keren dan serba modern: menggunakan tas selempang, pantalon, jas, dan peci. Ya, bukankah peci sangat akrab dengan budaya kita saat itu?


Atau, kita bisa mencermati iklan berbagai merek rokok, tembakau, dan cerutu. Tembakau merek Boelan Bintang yang tampaknya bersaing dengan Van Nelles's. Sangat kentara, nama dan logonya sangat dekat dengan komunitas muslim di Indonesia saat itu. Merek lain, misalnya, Prijaji. Terkesan sangat menjanjikan prestise tinggi bagi para konsumennya.


Para produsen itu sangat cermat bagaimana memudahkan komunikasi dengan masyarakat kita, yang tentu saja menjadi lahan empuk bagi mereka. Enamel mesin jahit merek Singer, contohnya. Peran utama dalam iklan itu adalah wanita berbaju kebaya yang sedang menjahit dengan mesin tersebut.


Produk-produk yang ditawarkan itu memang sebagian besar sudah tak diproduksi lagi. Tapi ada juga yang masih bertahan hingga sekarang. Misalnya margarin Blue Band. Pada masa itu, iklan yang muncul adalah seorang perempuan Belanda, dengan pakaian dapurnya, tengah membawa kaleng margarin tersebut. Bandingkan dengan produk iklan saat ini. Ada juga bola lampu merek Phillips yang masih banyak ditemukan hingga saat ini.


Enamel memang sudah tak diproduksi lagi. Medium itu kemudian tergantikan oleh teknik cetak offset yang menawarkan kecepatan, harga murah, dan mudah dikreasi dalam rupa desain apa pun. Saat itu, di seluruh dunia, enamel nyaris serentak tak dibuat lagi. Saat Perang Dunia II, segala jenis metal dan fasilitas industrinya dikerahkan untuk melayani kebutuhan perang.


Enamel yang dipajang dalam pameran itu adalah sebagian yang tersisa. Sangat mungkin kita bisa merunut perincian perjalanan sejarah bangsa kita dalam hal perniagaan, periklanan, dan gaya hidup masyarakat yang mulai bersinggungan dengan modernitas Eropa pada zaman tersebut.


ISMI WAHID

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya