Boneka Kita dan Belantara Nusantara

Reporter

Editor

Senin, 25 April 2011 12:37 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Alkisah di Belanusa (Belantara Nusantara) hiduplah tiga anak manusia, si Bontel dan dua teman kecilnya, Acal (Aku Cinta Alam) dan Cinil (Cinta Lingkungan). Mereka berdampingan dengan Pak Bau-Bau (Kerbau), Pak Mau (Harimau), Pak Aya (Buaya), Pak Mbing (Kambing), dan hewan hutan yang lain. Pada suatu hari, Belanusa dilanda bencana. Penyakit demam berdarah mewabah di seluruh belantara. Bibi Angsa salah satu korbannya.

Di tengah kebingungan penghuni belantara, mendadak saja Pak Bau-Bau bertingkah aneh. Dia gemar mengumpulkan kaleng bekas yang berserak di depan-depan rumah hingga tempat sampah. “Sudahlah, jangan banyak tanya!” demikian jawabnya tiap kali ditanya.

Terang saja, seisi belantara penasaran. Apalagi Bau-Bau dikenal tertutup. Tak sekalipun rumahnya terbuka untuk tamu. Ujung-ujungnya, penghuni belantara curiga. Mereka sepakat mendobrak rumahnya. Brak! Pintu terbuka. Semua terhenyak. Kaleng bekas yang selama ini dikumpulkan Bau-Bau berubah fungsi, menjadi pot lengkap dengan tanamannya.

“Ternyata Bau-Bau membuat apotek hidup,” kata Bagong Subardjo, pengarang cerita Bontel pada Tempo, Minggu (24/4) siang. Dengan apotek hidup itu, lanjut seniman boneka asal Yogyakarta itu, akhirnya penghuni Belanusa sadar, pentingnya menyiapkan tanaman obat di pekarangan mereka.

Tokoh utama cerita itu adalah Si Bontel (Boneka Televisi). Baik Bontel dan kawan-kawannya berujud boneka. Dibuat sejak 1999, bahannya terbuat dari spons ati yang dibungkus kain. Sesuai namanya, Boneka Televisi, Bontel dibuat untuk ditayangkan di televisi. Telah disiapkan 26 episode dengan tema-tema utama tentang lingkungan, satu episode sample telah rampung dibuat Bagong.

Karakter Bontel, dkk dipamerkan selama 9 hari, dari 16-25 April 2011, dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta. Bersama Mochammad Fajar, seniman boneka kelahiran Madiun Jawa Timur, 25 tahun lalu, Bagong menggelar pameran boneka bersama dengan tema "Boneka Jogja Istimewa".

Selain Bontel, turut juga dipamerkan karakter boneka buatan Bagong yang lain. Di antaranya Kakaoski (boneka kaos kaki) yang dibuat pada 1987, Boned (boneka edutainment) yang mulai dikerjakan pada 2001, Boneka Rohani yang pada dibuat 2005-2006, Bonki (boneka kita) yang dibuat 2003 dan difilmkan pada 2007, hingga boneka Kapten Leeboy yang dibuat untuk memenuhi pesanan sebuah produk komersial pada 2007.

Menurut Bagong, meski dibuat lengkap dengan skenario ceritanya dan bahkan difilmkan, namun hanya boneka rohani yang berlanjut hingga disiarkan di stasiun televisi. Yang lainnya? “Tiap ditawarkan (ke stasiun televisi) selalu terpental,” kata Bagong.

Bagi Bagong, sejak awal, membuat boneka dan mementaskannya bukan sekadar mencari keuntungan finansial belaka. Impian terbesarnya adalah menjadikan boneka sebagai media pendidikan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. “Sejak tahun 1979 (awal menekuni dunia boneka), saya sudah niat,” kata dia.

Gagal bermain di layar kaca, Bagong mementaskannya di panggung di Yogyakarta dan luar daerah, Surabaya dan Jakarta di antaranya. Dalam pementasan, dia juga menggelar workshop untuk anak-anak mengenai cara membuat boneka dan skenario ceritanya.

Bahan-bahan boneka Bagong kebanyakan berasal dari bahan-bahan yang mudah ditemui. Bahkan tak jarang menggunakan barang bekas. Kaos kaki tak terpakai, kertas koran, hingga kain sisa. Seperti kebanyakan cerita yang diangkat dalam pementasan, Bagong mengaku memang sejak awal ingin menerapkan boneka yang ramah lingkungan.

Boneka memang tak selamanya harus mewah. Menurut Fajar, ada dua nilai yang terkandung dalam sebuah boneka. Puppet yang bisa dimainkan dalam pementasan dan dool yang hanya mainan atau pajangan belaka. Jika karya Bagong lebih banyak menampilkan boneka pementasan, maka boneka karya Fajar lebih pada instalasi pajangan. Tapi, lanjut dia, baik puppet maupun dool lebih dari sekadar ekspresi dari seniman pembuatnya. “Ada misi yang menyertainya,” kata dia.

Melalui karyanya, Fajar menyampaikan misi itu. Lihat saja Virtual World buatannya. Terdiri dari sepuluh panel, karya intalasi itu merupakan sindiran terhadap realitas kehidupan manusia. Masing-masing panel, yang berupa boneka yang tersimpan dari kaleng bekas krupuk, merupakan perlambang bahwa pembatasan interaksi sosial manusia modern.

Cukup diam di rumah, mereka bisa berkomunikasi dengan yang lain. Lewat telepon, faks, dan internet misalnya. Bahkan, sambung dia, dengan mengandalkan dunia maya, manusia kini mampu mengunjungi kehidupan dengan jarak terjauh sekalipun dari tempat tinggalnya. “Berselancar di internet ke mana-mana,” kata dia.

Boneka, bagi mereka berdua adalah media penyambung lidah yang efektif. Lidah budaya, pendidikan hingga kritik. Namun sayang, dari sekian banyak boneka yang diproduksi di negeri ini, hanya sedikit saja yang dipersiapkan menjadi media pendidikan dan budaya. “Orang kita sekarang lebih tertarik Ipin Upin,” kata Bagong.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya