Mempertanyakan Kemanusiaan dalam Aljabar

Reporter

Editor

Selasa, 5 April 2011 08:14 WIB

REUTERS/Herwig Prammer

TEMPO Interaktif, Makassar -Ruangan tiba-tiba gelap. Hanya ada lampu sorot merah mengarah ke panggung dengan sinar yang samar. Ketika musik mulai mengalun, seberkas sinar putih pun mengiringi musik hingga membuat ruangan kembali terang. Pada dinding terlihat beberapa lukisan. Di hadapannya, dua pria sibuk melukis pada kanvas masing-masing.

Kedua pria itu menggoreskan kuas, dan meninggalkan warna jingga pada kain kanvas. Lalu disusul warna hitam, hijau, dan seterusnya. Sambil menggoreskan kuas, mulut kedua pelukis tak diam. Mereka meracau penuh kegelisahan. Pria pertama ingin menggambar bola dunia. Pelukis kedua ingin melukiskan kisah perjalanan dirinya yang tak tentu arah.

Saat keduanya selesai menggambar, yang muncul justru kekecewaan. Mereka muak pada hasil lukisannya. Pria pertama merasa marah setelah melihat hasil lukisan dunianya yang menggambarkan pembunuhan, kebencian, dan kecemburuan yang dilakukan oleh manusia. Demikian pula si pria kedua. Ia marah karena gambarnya hanya melukiskan matahari tenggelam dalam laut yang dipenuhi lumpur hitam. Ia pun merobek lukisan itu.

Meski kedua pelukis tampak putus asa, mereka tetap saling menyemangati untuk melukis kembali. Kali ini mereka memutuskan melukis potret diri. Tetapi lagi-lagi mereka kecewa karena hasilnya justru gambar anjing dan tikus. Mereka pun merobek lukisan serta melemparkan alat-alat lukisnya, lalu meraung-raung di lantai. Cat air kemudian ditumpahkan ke tubuh masing-masing yang telah bercampur keringat. Riasan wajah mereka berubah jadi sangar dengan model alis mengarah ke atas.

Lolongan dan teriakan kedua pelukis menggema dalam ruangan gedung kesenian Societeit de Harmonie. Padahal ruang yang digunakan Kala Teater untuk mementaskan Aljabar karya Zak Sorga ini masih dalam tahap renovasi. “Walau suara para pemain menggema, kami tetap menampilkan yang terbaik,” kata Shinta Febriany, sutradara pementasan teater tersebut.

Advertising
Advertising

Tak urung, lobi gedung kesenian dipadati penonton dari berbagai kalangan pada Kamis malam pekan lalu. Melihat apresiasi penonton, sutradara kelahiran Palopo, Sulawesi Selatan, ini sangat ingin agar gedung perkumpulan para pekerja seni ini segera diselesaikan renovasinya. “Biar bisa lebih memberikan warna dalam seni,” ujarnya.

Lewat cerita Aljabar, Shinta, alumnus Universitas Hasanuddin, ingin menyampaikan kisah dunia yang penuh dengan kekerasan, kelaparan, dan bencana. “Kedua pelukis depresi mempertanyakan kemanusiaan,” kata perempuan kelahiran 1979 tersebut. Pelukis, kata dia, bermimpi dapat menggambar dunia yang mereka inginkan, tapi tak berhasil.
Penampilan teater berdurasi 62 menit ini juga sedikit menyentil persoalan gay. Pelukis pertama ingin melakukan hubungan seks, tapi pria kedua enggan melakukannya lagi.

Penerima penghargaan sebagai aktris terbaik dan sutradara terbaik pada Festival Teater Se-Sulawesi Selatan 2002 ini mengatakan, Aljabar ingin menjabarkan kehidupan saat ini. “Semoga pementasan ini dapat memberikan gambaran kehidupan sekarang,” kata Shinta.
KAMILIA

Merambah ke Kampus

Setelah sukses menampilkan teater dengan judul Aljabar karya Zak Sorga selama tiga hari berturut-turut di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie pekan lalu, kini tim produksi ingin menampilkan kembali ke beberapa kampus di Makassar.

“Kampus yang sudah fix, Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar, dan Stimik Dipanegara,” kata Shinta Febriany, sutradara pementasan ini. Shinta tengah menunggu konfirmasi lebih lanjut dari pihak kampus. Sebab, pementasan di kampus rencananya akan berlangsung selama satu minggu.

Pementasan teater Aljabar dan Kisah Cinta di Hari Rabu merupakan evaluasi anggota Kala Teater setelah mengikuti workshop keaktoran yang digelar Kala Teater pada Januari 2011. “Workshop tersebut dilakukan dalam rangka perekrutan aktor untuk Kala Teater. Dan pertunjukan teater ini merupakan momen di mana mereka mempresentasikan keaktoran mereka,” kata Bakti Munir, produser Aljabar.

Shinta menambahkan, alasan lain memilih kedua judul tersebut karena ceritanya masih tergolong mudah dipahami. “Biasanya kami menampilkan teater surealis,” kata Shinta, yang telah menyutradarai sekitar 16 cerita.
KAMILIA

Berita terkait

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

38 hari lalu

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.

Baca Selengkapnya

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

28 Juli 2023

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.

Baca Selengkapnya

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

25 April 2023

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.

Baca Selengkapnya

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

21 Januari 2023

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

14 Desember 2022

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.

Baca Selengkapnya

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

3 September 2022

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi

Baca Selengkapnya

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

23 Maret 2021

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

1 Desember 2020

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.

Baca Selengkapnya