Menghadirkan Dunia di Rumah Gong  

Reporter

Editor

Minggu, 12 Desember 2010 14:41 WIB

Gol A Gong alias Heri Hendrayana Harris di Rumah Dunia, Kota Serang, Banten. (TEMPO/Aryus P Soekarno)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Pesan pendek itu masuk ke telepon genggam Gong. Isinya kira-kira begini, "Wah, ternyata mas Gong punya angkot ya. Jadi ini toh sumber uang mas Gong membiayai Rumah Dunia." Lain waktu pesan pendek selanjutnya terbaca, "Saya lagi ke Pandeglang, naik angkotnya mas Gong."

Boleh dikata, itu semua lantaran angkot (angkutan kota) jurusan Serang-Pandeglang bertulis "Gol A Gong the Power Man" di kaca belakangnya. Gong tak begitu memperdulikannya. Namun istri Gong, Tias Tatanka, tak demikian. Di Ahad sore pada Desember 2008, ia menemui supir angkot itu: Udin Angkot. Tias mengajak Udin Angkot untuk bertandang ke rumahnya dan memperkenalkannya kepada Gong.

Ya, Heri Hendrayana Harris adalah nama yang amat populer di Serang, Banten. Ia lebih suka dipanggil Gol A Gong dibanding nama sebenarnya. Lelaki berputra empat ini tak lain adalah penggagas komunitas menulis Rumah Dunia.

Advertising
Advertising

Bertempat di desa Ciloang, Serang, komunitas baca ini berdiri di atas tanah seluas 2.000 meter persegi. Peserta didiknya tak hanya anak-anak, tetapi pelajar maupun mahasiswa. Bahkan ada seorang nenek berumur 60-an tahun dari Jakarta yang saban akhir pekan mengunjungi Rumah Dunia. "Mereka menyebutnya nenek gaul. Ia sangat bersemangat sekali mengikuti kelas menulis," ujar Gong.

Begitu juga dengan Udin Angkot. Ia sampai memilih cara semacam itu untuk dapat bertemu dengan Gong. Tulisan Gong yang ia baca di koran mampu menginspirasi dirinya. Udin yakin suatu saat akan ada orang yang menyetop angkotnya dan menanyakan tulisan itu. Beruntung, ia bertemu dengan istri Gong.

Rumah Dunia adalah ikrar Gong kepada orangtuanya. Ayahnya, yang berprofesi guru tetapi tak pernah sepakat dengan slogan pahlawan tanpa tanda jasa ini, suatu kali mengatakan kepadanya bahwa idealisme harus punya ongkos. Segala kegiatan yang sifatnya positif seperti kesenian tak serta merta dibatasi. Bahkan, Gong mengajukan syarat kepada semua wanita yang akan menjadi calon istrinya. Ia harus rela jika gaji Gong diinvestasikan ke gelanggang remaja yang ia buat.

Ada keinginan Gong untuk mengalihkan stigmatisasi negatif bahwa Banten hanya terkenal karena santet dan jawara-jawaranya. "Ternyata banyak orang-orang Banten yang terkenal karena tulis menulis," kata Gong. Kedekatan geografis antara Banten dan Ibu Kota pun dimanfaatkannya.

Tak mengherankan, berkat ketekunannya, Rumah Dunia menjadi berkembang luar biasa. "Bagaimana memindahkan dunia ke dalam rumah. Ini menjadi semacam gempa literasi," ujar Gong. Bahkan, tak sedikit peserta didik yang belajar di Rumah Dunia menempati posisi penting di media lokal Banten.

Meski aktivitas belajar di Rumah Dunia ini gratis, ternyata dikelola dengan serius. Mereka menerapkan silabus belajar menulis. Tiap-tiap hari memiliki agenda yang berbeda. Ada wisata baca, dongeng, studi, mengarang, dan teater. Dan mereka harus menuangkan apa yang didapat dengan menulis. "Sebelum mereka menulis fiksi atau non-fiksi, mereka harus menulis jurnalistik," kata Gong. Sedangkan akhir pekan, ada kelas diskusi dan kelas menulis mahir.

Teori hanya menempati 40 persen silabus. Selebihnya adalah praktek. Bahkan mereka diberi ruang Khusus membuat buletin yang mereka cetak sendiri di Lumbung Banten dan laman internet di situs rumahdunia.net.

Tiap-tiap angkatan hanya menerima satu kelas yang beranggotakan 25 orang saja. Hingga saat ini sudah ada 16 angkatan sejak Rumah Dunia berdiri pada 2006. Tiap angkatannya butuh waktu 6 bulan belajar. Saat ini, terdapat 8 relawan pengajar di tempat tersebut.

Ada keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat dan berapresiasi. Aktivitas seni menjadi stimulus bagi mereka. Maka tiap tahun, dan baru saat ini akan dirintis setiap dua tahun sekali, Rumah Dunia mengadakan semacam perayaan apresiasi seni melalui perhelatan Ode Kampung di areal Taman Budaya Rumah Dunia.

Sepanjang Kamis lahu hingga Ahad ini, Rumah Dunia menggelar Ode Kampung #4 : Banten Art Festival. Serangkaian pertunjukan tradisi maupun kontemporer digelar di sini. Seperti pertunjukan marawis, qasidah, tari katuran, angklung buhun, rampak bedug, teater maupun monolog. Selain itu, dalam perhelatan itu juga diadakan workshop teater, diskusi buku, parade pembacaan puisi, dan wisata spiritual ke Banten Lama.

Apa yang dirintis Gol A Gong boleh dibilang sederhana. Mengajak orang untuk mencintai membaca dan mampu menuangkan ide yang mereka gagas dalam tulisan. "Penulis itu menemukan, bukan melihat," Gong menegaskan.

ISMI WAHID | DWIDJO U. MAKSUM

Berita terkait

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

5 hari lalu

Gubernur Sumbar Apresiasi Festival Rakyat Muaro Padang

Festival yang menggelar beragam atraksi budaya diyakini mampu menghasilkan dampak positif untuk perekonomian.

Baca Selengkapnya

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

9 hari lalu

Wali Kota Padang Mensyukuri Suksesnya Festival Rakyat Muaro Padang

Sederet pertunjukan seni budaya dipertontonkan selama tiga hari. Diharapkan generasi muda bisa melestarikan warisan budaya.

Baca Selengkapnya

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

55 hari lalu

3 Festival Budaya Jepang yang Terbesar di Negeri Sakura

Tiga festival budaya Jepang terbesar yang dirayakan di tanah Jepang.

Baca Selengkapnya

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

21 Desember 2023

Festival DONGDALA Budaya Desa Hadirkan Apresiasi Desa Budaya

Festival ini menjadi langkah awal dalam menumbuhkan kepedulian terhadap budaya dan melestarikannya untuk generasi mendatang.

Baca Selengkapnya

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

28 November 2023

Bupati Keerom Minta Festival Budaya Terus Berkembang

Pemerintah Kabupaten Keerom melaksanakan Festival Budaya Keerom Ke VIII yang dilaksanakan di Lapangan Sepak Bola Swakarsa

Baca Selengkapnya

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

21 November 2023

Kaodhi'en, Festival Ketahanan Pangan Lereng Argopuro Desa Klungkung

Ketahanan Pangan sebagai Modal Utama Dalam Implementasi Program Pemajuan Kebudayaan Desa" dan Galang Gerak Budaya Di Kawasan Tapal Kuda

Baca Selengkapnya

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

6 November 2023

Euforia Meriah Festival Seni Budaya Kabupaten Keerom

Ribuan masyarakat Kabupaten Keerom tumpah ruah memadati Lapangan Sepakbola Swakarsa, Arso, dalam memperingati Festival Seni Budaya dan Persembahan Hasil Bumi Klasis GKI Keerom, Senin, 6 November 2023.

Baca Selengkapnya

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

17 Oktober 2023

Inilah Festival Budaya Terpanjang di Dunia, 75 Hari Nonstop

Festival budaya Bastar Dussehra sudah berusia lebih dari 600 tahun di India Tengah, dimulai oleh keluarga kerajaan.

Baca Selengkapnya

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

24 September 2023

Melihat Ritual Besoq Gong dalam Perayaan 116 Tahun Desa Wisata Bonjeruk

Tradisi Besoq Gong di Desa Wisata Bonjeruk merupakan salah satu warisan budaya Sasak yang kaya dan unik.

Baca Selengkapnya

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

27 Agustus 2023

Perayaan Korea Culture & Travel Festival 2023 Akan Hadir di 3 Kawasan Jakarta

Penggemar budaya Korea bisa menikmati pilihan kegiatan menarik, hingga mendapatkan harga promosi tiket wisata ke Korea di festival itu.

Baca Selengkapnya