Pameran Bersama Perupa dari Tiga Kota  

Reporter

Editor

Senin, 18 Oktober 2010 17:37 WIB

"Lagu untuk negeri" karya Made Gunawan. (TEMPO/HERU CN)
TEMPO Interaktif, Jakarta - p { margin-bottom: 0.08in; }Delapan perupa dari Bali, Banjarmasin dan Yogyakarta menggelar pameran bersama bertajuk “Solitude of The Earth” di Bentara Budaya Yogyakarta, sepanjang 12-19 Oktober 2010. Mereka adalah Antonius Kho, Nyoman Sujana Kenyem, Made Supena, Made Gunawan, Putu Edy Asmara Putra, Sulistyono, Uce Alamsyah Lubis alias Oetje Lamno dan Indra Dodi.


Para perupa itu sudah sering menggelar pameran tunggal atau pameran bersama di luar ngeri. Namun, mereka tetap punya kerendahan hati untuk menggelar pameran dengan sasaran publik lokal. Sebelum menggelar pameran bersama di Bentara Budaya Yogyakarta, mereka adalah peserta Beijing Biennale 2010 yang berlangsung di Museum Seni Nasional Cina, 20 September hingga 10 Oktober 2010 lalu.


“Bagi saya, Yogya tetap menarik. Banyak pelajar, mahasiswa dan kalangan terdidik yang antusias datang ke pameran. Ini jarang ditemui di kota-kota lain, bahkan di Bali sekalipun,” kata Made Gunawan, 37 tahun, yang pernah menggelar pameran tunggal di Malaysia dan pameran bersama di Singapura ini.


Advertising
Advertising

Dari empat karya yang dikirim ke kurator Beijing International Art Biennale 2010, satu karyanya berjudul Tri Hita Karana dinyatakan lolos seleksi. Lukisan sosok manusia yang sedang memegang bibit tanaman ini bercerita tentang hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.


Made Gunawan memuji penyelenggara Beijing International Art Biennale 2010 yang dinilainya sangat profesional. Peserta tidak perlu repot mengirim karya yang lolos seleksi, karena diambil langsung oleh pantia penyelenggara. Para peserta dari 85 negara juga ditempatkan di hotel mewah di Cina.


“Saya baru tahu, banyak peserta yang dibiayai pemerintahnya masing-masing. Sedangkan peserta Indonesia justru berangkat ke Beijing atas biaya sendiri,” katanya.


Pada pameran “Solitude of The Earth” di Bentara Budaya ini, Made Gunawan mengusung satu karya berjudul Lagu untuk Negeri yang terdiri atas tiga panel. Masing-masing panel menampilkan sosok badut yang sedang memainkan alat musik (biola, seruling dan gendang) dengan latar belakang notasi balok lagu wajib Satu Nusa Satu Bangsa.


Melalui karya itu Made Gunawam ingin mengajak seluruh rakyat Indonesia bersatu, tanpa harus membedakan suku, agama dan ras, seperti semangat lagu wajib Satu Nusa Satu Bangsa. “Saya ingin masyarakat menghayati lagu itu, bukan memperlakukannya sebagai hiburan semata,” katanya.


Adapun perupa Putu Edy Asmara Putra, 28 tahun, yang sudah dua kali berturut-turut menjadi peserta Beijing International Art Biennale ini mengusung beberapa karya pada pameran “Solitude of The Earth” di Bentara Budaya Yogyakarta. Salah satunya adalah karya bertajuk In a Bad Way yang mencampurkan karya digital print, cat akrilik dan tinta.


In a Bad Way menampilkan sosok Putu Edy yang kepalanya masuk ke pipa besi berkarat. “Ini potret kondisi alam di Cina yang sudah sangat polusi. Selama beberapa hari di Cina, saya tak pernah melihat langit biru karena udaranya memang sudah sangat tercemar,” katanya.


Peserta pameran “Solitude of The Earth” di Bentara Budaya Yogya ini memang sudah punya pengalaman pameran di luar negeri. Anthonius Kho, 52 tahun, misalnya, selain pernah tinggal lama di Jerman, ia juga pernah mendapat penghargaan dari Biennale Canada tahun 2000 dan Art Addiction Annual di Venice tahun 1998. Ia lolos menjadi peserta Biennale Beijing 2010 lewat karyanya yang berjudul I Love You Full.


Adapun Nyoman Sujana Kenyem, 38 tahun, sering menggelar pameran tunggal dan pameran bersama di sejumlah negara, antara lain, Swedia, Singapura, Korea, Australia, Myanmar, dan sejumlah kota di Indonesia. Sedangkan Made Supena, 40 tahun, pernah menggelar pameran di Frankfrut, Jerman, dan pemegang penghargaan Philip Morris Art Foundation dan finalis The Windsor-Newton.


Kemudian, Sulistyono, 43 tahun, adalah pemegang penghargaan Exellent Prize pada Asia Contemporary Art Biennale Beppu, Jepang, pada 2007. Sedangkan dua perupa Yogyakarta, Uce Alamsyah Lubis alias “Oetje Lamno”, 32 tahun, dan Indra Dodi, 30 tahun, juga punya catatan pameran di luar negeri.


Boleh jadi, ke delapan perupa tersebut merupakan pengecualian dari kecenderungan para perupa terkenal yang melupakan publik lokal setelah merasakan nikmatnya pameran di luar negeri. Pameran “Solitude of The Earth” di Bentara Budaya Yogya ini bahkan terkesan senafas dengan Beijing International Art Biennale 2010 yang bertemakan “Environmental Concern and Human Existence”.



HERU CN

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya