Pertapaan Laksmi  

Reporter

Editor

Kamis, 12 Agustus 2010 08:54 WIB

Laksmi's Tapa
TEMPO Interaktif, Jakarta - Perempuan itu bersila di atas bunga lotus. Seluruh tubuhnya putih dan memendarkan cahaya. Rambutnya pun begitu, panjangnya menjuntai terbagi atas sebelas bagian membentuk sulur-sulur. Ujung rambutnya berakhir pada sebuah bentuk, ada panah cakra manggilingan, keris, timbangan bahkan jam weker. Dan ia telanjang.

Laksmi's Tapa, begitulah karya ini diberi judul. Instalasi dinding dari fiberglass dan kayu yang kemudian dipadu dengan lampu untuk memberi efek pendar. Satu di antara beberapa karya tunggal perupa Laksmi Shitaresmi itu disuguhkan di Nadi Gallery, Jakarta Barat, hingga 16 Agustus mendatang dalam sebuah pameran bertajuk Kocap Kacarita.

Seniman kelahiran Yogyakarta itu seolah ingin memperlihatkan jati dirinya yang njawani. Karya-karyanya cenderung menuturkan kisah pengalaman hidup sehari-hari yang kemudian disusun begitu rupa. Seperti halnya filosofi Jawa, yang terlihat adalah karya rupa yang sarat dengan simbolitas. Beberapa karyanya adalah penggambaran atas tubuh dan citra diri Laksmi.

Advertising
Advertising

Enin Supriyanto, dalam catatan kuratorialnya, menyatakan simbol berarti dua mata pisau yang sama-sama tajam. Satu sisi ia menyembunyikan suatu makna, di sisi lain ia menusukkan makna itu dari balik selubung tafsir.

Kira-kira memang begitulah yang dilakukan Laksmi dalam proses kreatifnya. Sebagai seorang Jawa yang hidup di tengah lingkungan masyarakat Jawa, ia berada pada ketegangan antara dua kondisi yang sifatnya personal dan sosial. Dan jalan keluar dari ketegangan ini bukan lantas melakukan pemberontakan terhadap tatanan nilai sosial untuk mencari kebebasan dan aktualisasi pribadi. Untuk menghadapinya justru sudah ada dalam tatanan budaya Jawa itu sendiri.

Laksmi's Tapa adalah potret diri Laksmi yang ingin selalu mawas diri. Itu tak lain merupakan etika orang Jawa yang mau bersikap kritis terhadap diri sendiri dan bersedia mengendalikan diri. Ia menghadirkan dirinya sebagai seorang dewi untuk mencapai kesempurnaan batiniah dengan samadhi.

Laksmi juga tak segan menempatkan dirinya sebagai anjing dalam beberapa karyanya. Mungkin inilah caranya untuk menyampaikan kritik tajam dengan menusukkan makna dari balik tafsir itu. Dalam konteks Jawa muslim, anjing adalah binatang yang dianggap nista, menjijikkan, dan kotor, sehingga harus dijauhi. Salah satu karyanya berjudul Khafillah Menggonggong, AKUpun Berlalu adalah sebuah satire. Karya ini berupa instalasi patung berbahan dasar aluminium. Wujudnya adalah anjing bersayap, bertubuh panjang dengan kepala yang tak lain adalah Laksmi sendiri.

Enin dalam kuratorialnya mengatakan, karya ini dibuat berdasar pengalaman hidup Laksmi di lingkungan perumahan tempat tinggalnya. Sebagai seorang “anjing” yang sendiri, sekedar melihat dan sibuk di tengah jalan, justru digonggongi oleh sejumlah “kafilah”, komunitas tetangganya. Ia merasa bahwa pepatah “anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu” menjadi berlaku terbalik. Sebagai seorang seniman sekaligus ibu rumah tangga yang secara ekonomi berkecukupan, tetangganya malah serbacuriga. Bahkan lebih kejam lagi, ada yang menuduhnya mempraktikkan ilmu mistis.

Laksmi terganggu dengan rentetan kecurigaan itu. Orang-orang yang penuh prasangka, menganggap dirinya paling benar dalam moral dan agama. Menurut dia, mereka tak mengerti budaya Jawa. Sampai pada titik konflik yang paling ujung, Laksmi kembali ke dunia Jawa-nya: menjadi anjing sekalipun ia akan terus berusaha menjaga sikap dan perilaku dirinya.

Karya lain yang menarik, Ngamar Sutra. Ini sebuah instalasi dinding dari kayu jati. Pada karya itu, Laksmi menggambarkan seorang perempuan yang sedang bersanggama dengan kuda jantan perkasa. Boleh dibilang, karya itu sebagai sikap kritis Laksmi terhadap konteks budaya Jawa, pola patriarkis dan feodalistik, yang masih cukup kuat berakar kehidupan sosial.

Bisa jadi, lewat karya-karyanya Laksmi menilik berbagai persoalan perempuan yang hanya bisa diamatinya dengan sikap kritis. Ya, dengan caranya sendiri, Laksmi tengah bergulat sekaligus mempersoalkan segala macam ketegangan antara ia dan lingkungannya.

ISMI WAHID

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya