Kejujuran Bunga Yunizar  

Reporter

Editor

Rabu, 4 Agustus 2010 08:28 WIB

Pameran Flowers From Yunizar Jogja Psychedelia di Galeri Soemardja Kampus ITB, Bandung. (TEMPO/Prima Mulia)
TEMPO Interaktif, Bandung - Gerombolan lebah pulang ke sarangnya. Satwa penyengat yang mirip dengan aslinya itu berkerumun di salah satu sudut depan Galeri Soemardja, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat. Mereka seakan baru menyesap belasan bunga dalam kanvas besar di ruangan itu.

Karya tiga dimensi berjudul Pencari Madu itu seperti ingin menguatkan daya tarik bunga-bunga dalam pameran tunggal bertajuk Jogja Psychedelia-Flowers from Yunizar, sepanjang 31 Juli – 31 Agustus mendatang. Inilah karya terbaru pelukis Yunizar, 39 tahun, setelah pameran Coretan-Recent Work di NUS Museum, Singapura, pada 2007. Setelah seri bangunan, orang, dan binatang, kali ini seluruh seri bunga dalam pameran kerjasama Galeri Soemardja dengan Gajah Gallery Singapura itu menjadi obyek tunggal yang polos, tanpa sehelai pun daun.

Bunga versi pelukis dari Yogyakarta kelahiran Talawi, Sumatera Barat, itu tampak sederhana. Bentuknya seperti gumpalan awan berkelopak 4 sampai 6 helai. Titik-titik putiknya berkerumun di dalam lingkaran tengah.

Advertising
Advertising

Setiap bunga selalu muncul di ujung cabang yang semuanya hampir menjulur simetris. Beberapa cabang hampir segemuk batangnya. Mereka tumbuh di jambangan atau pot berkuping. Satu di antaranya tertancap di dalam botol racun bertanda tengkorak.

Hanya berlatar sapuan cat akrilik, warnanya tampil tegas. Merah, perak, kuning, hitam, dan putih, berpadu padan tanpa saling menindih. Ragam warna itu mengingatkan warna yang biasa terlihat pada pakaian dan upacara adat Minang. Walau terlihat kontras, namun seri Bunga Silver, Bunga Merah, dan Bunga Kuning, terkesan suram. Dekorasi renda atau jahitan benang yang ikut membingkai di setiap lukisannya, seperti ingin menyematkan bunga itu pada setiap hati penatapnya.

Peraih penghargaan lukisan terbaik Philip Morris Award V pada 1998 itu bukan baru kali ini memunculkan bunga. Pada beberapa karya sebelumnya, kembang-kembang hadir dalam ukuran lebih kecil. Mereka berada di antara gambar rumah, bangunan, atau pemandangan, seperti pada karya Rumah dan Bunga Matahari (2010) serta Wangi (2007).

Menurut Yunizar, ia tak punya makna tertentu dibalik tema dan seri lukisan bunganya. "Cuma ingin menangkap visual obyek (bunga) itu, cukup nggak untuk mencurahkan nilai keindahan yang saya punya," ujarnya. Pada tema bunga ini, dia mengaku sangat puas karena berhasil membuat gambar kembang yang berbeda dengan seniman lain sebelumnya.

Kurator pameran Aminudin TH Siregar mengatakan, Yunizar mengandalkan naluri, spontanitas, dan rasa yang menebarkan aroma psikedelik. “Dorongan bawah sadarnya lebih kuat daripada sadarnya,” kata Direktur Galeri Soemardja yang biasa dipanggil Ucok itu. Kekuatan rasa itu pula yang membuat lapisan cat pada kanvasnya terlihat tebal. Yunizar, kata dia, kerap menghapus lukisannya sampai ia mendapatkan rasa itu.

Mungkin juga karena keinginan menggambar itu muncul dari alam bawah sadarnya, Yunizar agak kesulitan menjelaskan kenapa memilih bunga sebagai obyek seri lukisannya. Awalnya Yunizar mengatakan hal itu hanya fase atau periode melukisnya. Kemudian ia juga mengaku hanya melukis sesuai kemampuannya. Konon, menurut Ucok, saat ujian akhir untuk meraih gelar sarjana, dosen-dosennya pun kebingungan saat menanyakan apa maksud karyanya. "Dia sendiri nggak tahu, ya begitu saja," ujar Ucok.

Karya-karya Yunizar, Ucok menambahkan, memang terlihat seperti gaya Art Brut yang bernuansa kekanak-kanakan. Namun Yunizar merasa kurang sreg jika karyanya dinilai seperti gambar anak-anak. "Saya tidak berusaha melukis seperti anak-anak. Memang kemampuan saya seperti itu. Tapi saya tidak menyalahkan orang untuk mengomentari begitu," kataya di sela pembukaan pameran, Jumat malam lalu.

Boleh jadi lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu hanya merendah, atau berkata jujur seperti yang diterapkannya selama proses melukis. Bagi Yunizar, kejujuran sangat penting untuk menjaga kemurnian karya. Caranya dengan menghilangkan atau menipiskan berbagai pertimbangan, seperti selera pasar atau urusan harga karya. Penuntunnya adalah keindahan yang dirasakan dan kepuasan diri. "Dalam berproses, semua dihilangkan. Kalau sudah selesai, baru kita pikirkan bisnisnya," ujarnya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

35 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya