Dialog Lintas Masa  

Reporter

Editor

Sabtu, 22 Mei 2010 13:44 WIB

Pameran Besar Seni Rupa Indonesia Manifesto 2010

TEMPO Interaktif, Jakarta - Percakapan menjadi sebuah unsur penting sebagai penanda adanya suatu kehidupan. Tak melulu ucapan yang keluar dari mulut, sebuah percakapan mampu hadir secara virtual, seperti yang tertangkap pada instalasi dua patung kepala yang saling berhadapan. Karya instalasi milik Hedi Hariyanto yang dipajang di depan pintu masuk Galeri Nasional ini, menjadi pemandangan pembuka saat memasuki ruang Pameran Besar Seni Rupa Indonesia Manifesto 2010 bertajuk Percakapan Massa.

Pameran yang berlangsung hingga akhir bulan ini mengajak tak kurang dari 158 seniman dari lintas generasi di seluruh nusantara. Pameran ini menampilkan karya seni berupa lukisan, instalasi, patung, pemutaran video, dan jenis lainnya. Gelaran seni akbar ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka perayaan 102 tahun lahirnya semangat Kebangkitan Nasional Indonesia.

Terhitung satu abad lebih terlampaui semenjak 1908, sebuah perubahan dramatis terjadi dalam kemasan globalisasi dunia. Mengantarkan masyarakat pada kemajuan budaya, hingga ke arah kontemporer, genre yang tengah
booming di kalangan seniman muda.

Maka hadirlah sebuah percakapan beragam makna. Simak saja lukisan
Ibu Menjahit karya Guntur Triadi. Tiga buah lukisan itu bergambar seorang ibu bersanggul dan berkebaya sedang menjahit. Lukisan itu seolah lensa pembesar yang kian detil menampilkan apa yang disulam sang ibu. Ternyata sulaman itu bertuliskan “PUNKS NEVER DIE”. Bagian tulisan itu dijahit dengan benang merah, hingga menampilkan efek jahitan nyata.

Percakapan pun bisa terjadi lewat pandangan mata. Bahkan bagi banyak orang, bahasa mata justru lebih jujur daripada kata yang keluar dari mulut. Teori inilah yang kiranya hendak ditegaskan oleh Ade Darmawan dalam
Kumpulan Dongeng Bintang. Dalam satu kanvas besar, Ade menyusun potongan gambar mata dari banyak pesohor negeri ini. Ada sebagian yang mudah dikenal, seperti mata penyanyi Krisdayanti dan penyair Rendra. Namun, ada juga sosok yang masih misteri.

Tak hanya menjadi sebuah medium, percakapan juga mampu menjadi simbol yang menampilkan jati diri seseorang. Dari sebuah bahasa percakapan, muncul tren bahasa yang menjadi simbol sebuah kelompok masyarakat. Dari karya Ferry Widiantoro, lukisan berjudul Sosialite, simbol itu kian dipertegas.

Menurut sang kurator, Rizky A. Zaelani, kaitan pameran ini dengan peringatan Kebangkitan Nasional adalah bagaimana merefleksikan dimensi antara karya seniman tempo dulu dengan masa kini. “Saya mengundang para seniman ini untuk berinteraksi atau bahkan menawarkan sikap dan persoalan baru dalam proses dialog mereka dengan karya-karya pendahulu mereka,” ujarnya dalam katalog. Karya-karya pendahulu yang dimaksud adalah kumpulan karya penting koleksi Galeri Nasional.

Sebagai contoh, lukisan S. Sudjojono yang dibuat pada 1944 berjudul
Ibu Menjahit. Lukisan ini kemudian direfleksikan dalam karya Guntur dan Ferry tadi. Dengan badan lukian yang sama, yakni sosok ibu yang menjahit, proses dialog Guntur bermuara pada slogan Punk. Adapun Ferry menambahkan latar dari lukisan Sudjojono dengan sketsa bergambar para wanita hedon di sebuah kafe.

Karya lukisan yang usianya sudah tua juga turut dipamerkan dalam pameran ini. Di antaranya kumpulan lukisan para maestro seni rupa Indonesia, Raden Saleh dan Basuki Abdullah. Ada juga lukisan milik Ivan Sagita berjudul
Meraba diri yang dibuat pada 1988, dan lukisan Soeromo DS berjudul Pasar yang dibuat pada 1957,

Seni instalasi tak kalah menarik meramaikan pameran ini. Instalasi berjudul
Tanah Merah karya Hestu A Nugroho misalnya, menampilkan potongan-potongan kepala berdiri tegak yang seolah muncul dari permukaan tanah merah. Lain lagi dengan Ichwan Noor yang mempersembahkan karya berjudul Hanging Head berupa kepala raksasa yang digantung dengan posisi terbalik. Wajah di sisi kanan dan kirinya kepala itu tak sama. Di satu sisi, bola mata besarnya melirik tajam ke samping, sedangkan mata satunya memandang lurus ke depan.

Instalator Awan Simatupang juga ikut memeriahkan pameran akbar ini dengan memajang karyanya yang berjudul Dan, di teras Galeri Nasional. Dua buah sepeda dihubungkannya dengan las besi. Hingga karya ini mampu berbicara tentang adanya sebuah terikatan antara masa lalu dan sekarang. Kedua sepeda ini tentunya berasal dari dua generasi berbeda. Meski demikian, antara Ontel dengan sepeda moderen ini, punya hubungan erat dari sambungan las besi tadi.


Aguslia Hidayah

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya