Menguji Eksistensi Berkesenian  

Reporter

Editor

Rabu, 19 Mei 2010 14:34 WIB

"Bangunan Negeri" karya Joko Triyoso di Rumah Budaya Tembi, bantul. (Tempo/HERU CN)

TEMPO Interaktif, Bantul - Mengenakan pakaian adat Jawa, lengkap dengan keris terselip di pinggang, lelaki itu menaiki motor trail dalam posisi jumping. Meski terlihat ribet, ia terlihat sangat menikmatinya. nilah gambaran manusia Indonesia yang kemudian dituangkan dalam lukisan bergaya realis berjudul Jumping Class oleh perupa Joko Triyoso, 40 tahun, pada pameran bertajuk “Pahit Manis di Rumah Budaya Tembi, Bantul, 6-20 Mei 2010. Selain Joko, pameran ini juga diikuti dua mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta lainnya, yakni I Putu Risnaya, 19 tahun, dan Aji Tejo Wahyu, 23 tahun.

“Itu fenomena kebudayaan yang terjadi saat ini. Kita, masyarakat Indonesia ini, sebenarnya masih lekat dengan tradisi, namun dipaksa mengikuti arus global yang tidak bisa ditolak dan disalahkan,” jelas Joko, alumnus Fakultas Geografi UGM 1998 yang kemudian masuk ke Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan 2009 ini.

Menurut Joko, masyarakat Indonesia sebenarnya banyak yang belum siap menghadapi teknologi yang menjadi bagian dari arus global. Itu sebabnya, muncul istilah gaptek alias gagap teknologi ketika banyak masyarakat Indonesia yang harus berhadapan dengan komputer atau telepon genggam. Meski gaptek, tetap saja memaksakan diri. “Itu sebabnya kita ini jadi konsumtif,” tegasnya.

Dari ketiga perupa yang sedang berpameran di Rumah Budaya Tembi ini, hanya Joko yang karya-karyanya membidik fenomena sosial masyarakat Indonesia. Dua perupa lainnya, I Putu Risnaya alias Apem dan Aji Tejo Wahyu, lebih banyak mengungkap pergulatan batinnya.

Apem, misalnya, lebih banyak menampilkan sosok perupa ternama seperti van Gogh dan Da Vinci. Kemunculan sosok perupa tenar itu menjadi bagian dari mimpi Apem untuk memasuki dunia mereka.

Sementara Aji Tejo Wahyu lebih banyak menghadirkan figur-figur yang terpotong oleh garis-garis tegas dalam kanvasnya. Menurut kurator Amir Hamzah, merupakan rekam jejak Aji yang pernah mengalami dua kali kegagalan dalam pendidikan sebelum akhirnya menjadi mahasiswa senirupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Keseriusan Joko Triyoso menggarap tema-tema sosial makin terlihat pada karyanya yang berjudul “Bangunan Negeri”. Joko memindahkan papan nama SD Ngeri 1 Suka Kaya yang sudah berkarat. Papan nama itu tergantung di tembok yang sudah retak-retak.

Anehnya, dari retakan-retakan itu terlihat bendelan-bendelan uang pecahan seratus ribu rupiah. Susunan bendelan uang itu terlihat seperti susunan batu bata yang menjadi tembok penyangga bangunan sekolah. “Negeri kita itu sebenarnya kaya-raya, namun tetap saja compang-camping akibat perilaku koruptif masyarakatnya,” jelas Joko.

Menurut kurator Amir Hamzah, pameran bertajuk “Pahit Manis” ini merupakan arena bagi ketiga mahsiswa senirupa ISI Yogyakarta itu untuk menguji eksistensinya dalam berkesenian, di tengah kesibukan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah yang padat.


Heru CN

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

35 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya