Horor yang Meneror  

Reporter

Editor

Selasa, 27 April 2010 16:31 WIB

"Nightmare" Series karya Muhammad Taufik. (TEMPO/Novi kartika)
TEMPO Interaktif, Jakarta - Mimpi adalah kembang tidur. Tapi mimpi terkadang hadir dalam rupa yang seram. Sebuah pengalaman horor yang tak melulu seputar makhluk halus, alam gaib, dan berbagai hal mistis. Ia juga bisa muncul sebagai teror yang berdampak pada keseharian. Alam pikiran kita sendirilah yang mampu mengatasi ketakutan tersebut.

Pesan itu hendak disampaikan oleh Muhammad Taufik, Tiar Sukma Perdana, dan Marendra Surya Ningtyas, tiga seniman muda yang tergabung dalam Komunitas Manual or Dead, dalam pameran lukisan bertajuk “Twisted”, yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jalan Merdeka Timur 14, Jakarta, 20-30 April 2010.

Dalam pameran dengan kurator Ade Darmawan itu, ketiganya tak hanya berbagi mimpi buruk personal mereka, tapi juga menantang dan mendorong interpretasi visual hingga batas-batas ketakutan dan rasa nyaman. Dengan teknik hand-drawing atau manul--ciri khas para seniman Komunitas Manual or Dead--mereka menyajikan figur-figur tak lazim yang membuat bergidik: tubuh yang terpotong, wajah yang dikuliti, dan ceceran darah di mana-mana.

Advertising
Advertising

Tengok lukisan berbahan cat air berjudul Fashion-Nista karya Muhammad Taufik. Dengan pengalamannya sebagai desainer dan ilustrator lepas di berbagai media, pelukis 31 tahun itu menampilkan pose para model fashion yang biasa muncul di berbagai majalah gaya hidup. Dengan teknik yang mendetail dan ilustratif yang kuat, wajah-wajah cantik dan tampan itu tak ada yang dibiarkan mulus. Ada yang kelopak matanya ditarik kuat-kuat, ada juga yang berpose sambil menguliti sebagian kulit wajahnya dengan tang hingga terlepas.

Karya lain seniman yang akrab dipanggil Em Te itu juga tak kalah mengerikan. Dalam tampilan warna hitam-putih, dia melukis seorang gadis yang tengah bermain ayunan di sebuah dahan pohon besar. Tali ayunan itu dikaitkan pada wajahnya hingga kulitnya terlepas, memperlihatkan otot dan daging yang segar.

Wajah yang tercabik-cabik juga terlihat dalam lukisan berjudul Nightmare. Lukisan yang terdiri atas beberapa potret keluarga, lengkap dengan anak-anaknya, itu seolah-olah mengajak pengunjung pameran menikmati mimpi buruknya tentang keluarga melalui gambar foto yang terdistorsi. Tak Cuma kulit wajah yang terkelupas, mata terbelalak dengan lidah terjulur, beberapa kepala bahkan pecah dengan darah segar yang memuncrat.

Ia sedang mengungkapkan ketidaknormalan yang terselubung dari sebuah foto keluarga yang selalu menjadi representasi dari sebuah konstruksi yang terpusat dan terkontrol,” kurator Ade Darmawan menjelaskan.

Mimpi buruk tentang ketakutan dibeberkan Tiar Sukma dengan menguliti figur manusia dan binatang dalam karya-karya lukisnya. Manusia dan bintang dalam lukisannya tampil dengan kulit tercabik hingga tulang, otot, dan organ-organ dalam tubuhnya kelihatan, seperti tergambar dalam lukisannya berjudul Alkohol, Belati, dan Emas serta lukisan empat serigala ganas bertajuk Liar.

Personel band Brisik, yang beraliran grind core, itu menampilkan pula horor yang ada dalam ingatan orang kebanyakan tentang posisi atau profesi yang hampir tidak pernah menjadi perhatian di masyarakat, seperti badut, penari ular, dan sirkus. Dalam Red Nose, dia menampilkan wajahnya sendiri dengan makeup seorang badut, lengkap dengan hidung merah bulatnya. Tersusun dalam tiga panel lukisan, dia menampilkan tiga wajah badut sebagai sebuah teror: wajah menyeringai, wajah menyeringai tanpa kulit, serta wajah tanpa kulit dan bola mata. “Kita memang tidak setiap hari bertemu dengan figur-figur itu, tapi kita punya banyak bayangan dan stereotipe tentang keasingan, keanehan, bahkan ketakutan atasnya,” kata Ade.

Marendra Surya Ningtyas, 29 tahun, juga menawarkan imajinasi buruk lewat tampilan dua ikon produk industri hiburan Amerika, Superman dan Mickey Mouse. Mickey Mouse, yang bisanya tampil lucu dan jenaka, dia ubah menjadi figur jahat dan sadistis dalam karya Don’t Make Me Angry (Jangan Membuatku Marah). Di situ tampak sang tokoh kartun kesayangan anak-anak itu membawa belati berlumuran darah di samping seorang anak yang tergeletak dengan darah bercucuran. Lain lagi dengan Superman. Reren dengan “keusilan”-nya membuat tokoh superhero itu terlihat tua renta di atas kursi roda, lemah tak berdaya.

Ade menuturkan, ada modus apropriasi yang kuat dari ketiga seniman itu. “Mereka mengambil citra yang telah ada di ranah publik dengan muatan ingatan-ingatan dan kenyataan-kenyataan, lalu mempertanyakan ulang dengan memutarbalikkan gagasan awalnya, merusak, dan lebih jauh membuat gusar,” ujarnya.

Ya, membuat gusar, karena membuat kita yang menikmati karya-karya tersebut menjadi sulit menempatkan pikiran dan perasaan-perasaan kita atas paparan gambar serta citra yang bertumbukan secara kontras. Bahkan ekstrem, nyata dan ilusi, mengganggu dan mengancam, tapi sekaligus juga indah.

NUNUY NURHAYATI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

43 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya