Perjalanan Koes Plus, Saat Bernama Koes Bersaudara Dijebloskan Rezim Orde Lama ke Penjara Glodok

Jumat, 29 September 2023 15:10 WIB

Koes Plus. Instagram

TEMPO.CO, Jakarta - Koes Plus merupakan band yang semula bernama Koes Bersaudara yang dibentuk keluarga Koeswoyo pada 17 Februari 1958. Sebelumnya, grup ini bernama Kus Brothers, lalu berganti menjadi Kus Bersaudara pada 1962.

Grup band ini menetapkan nama menggunakan ejaan lama pada kata Koes menjadi Koes Bersaudara. Adapun, nama Koes Bersaudara berarti semua anggota band bermarga Koeswoyo, bukan diambil dari nama depan para yang berawalan Koes.

Koes Bersaudara beranggotakan keluarga Koeswoyo yang berasal dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur. Koes Bersaudara memiliki formasi awal yang terdiri dari John Koeswoyo (bass), Tonny Koeswoyo (gitar utama, keyboard, dan vokal), Yon Koeswoyo (vokal dan gitar ritme), Yok Koeswoyo (gitar ritme dan vokal ), serta Nomo Koeswoyo (drum dan vokal). Namun, formasi awal ini hanya bertahan pada 1960-1963. Sebab, setelah album pertama Koes Bersaudara dirilis, John mengundurkan diri dan empat anggota lainnya tetap melanjutkan karya dalam dunia musik.

Pada awal kelahirannya, Koes Bersaudara memainkan lagu-lagu populer barat yang kala iti didominasi The Everly Brothers dan The Beatles. Akibatnya, mereka menjadi sasaran penangkapan politis anti-kapitalisme dan anti-neokolonialisme oleh rezim Orde Lama pada 1965.

Mereka dijebloskan ke Penjara Glodok karena dianggap memainkan musik ngak ngik ngok ala barat sehingga mencederai Lekra (Lembaga Kesenian Rakyat di bawah naungan PKI). Lalu, pada 29 September 1965, sehari sebelum letusnya peristiwa G30S, mereka dibebaskan tanpa alasan dan melanjutkan karier bermusiknya.

Advertising
Advertising

Selama berkarier di dunia musik, Koes Bersaudara melahirkan beberapa lagu yang populer, seperti Bis Sekolah, Di Dalam Bui, dan Laguku Sendiri.

Setelah itu, grup ini sempat vakum karena kesibukan masing-masing dan tujuan berbeda. Nomo memiliki pekerjaan sampingan, sedangkan Tonny menginginkan totalitas dalam bermusik. Nomo pun memilih keluar yang sekaligus menyudahkan perjalan Koes Bersaudara pada 1968. Meskipun sudah selesai, Koes Bersaudara mengganti namanya menjadi Koes Plus dan mencari pengganti Nomo. Namun, Nomo tidak keluar sepenuhnya, tetapi diangkat menjadi anggota kehormatan Koes Plus.

Koes Plus pun lahir dengan formasi yang terdiri dari Tonny Koeswoyo (keyboard, gitar ritme, dan bass), Yon Koeswoyo (gitar ritme dan vokalis utama), Yok Koeswoyo (bass dan gitar utama), serta Murry (drum, gitar, perkusi, dan alat musik pukul tradisional Jawa lainnya). Hadirnya Murry dalam Koes Plus menjadi satu-satunya anggota yang bukan dari keluarga Koeswoyo.

Berdasarkan Majalah Tempo dalam rubrik Memoar, 14 Mei 2010, selain karena masuknya Murry, pemakaian kata "plus" juga memiliki alasan lain. Pemakaian “plus” juga terjadi karena Tonny menukar gitar dengan organ, meskipun tidak sama sekali meninggalkannya.

Selain itu, suara piano dan flute juga dimasukkan dalam instrumen sehingga mendekatkan mereka kepada gaya musik Bee Gees. Merujuk catatan laporan Tempo di rubrik Musik pada 29 April 1972, Tonny berkata, “Pada 1969 Koes Bersaudara menjadi Koes Plus. Itu merupakan taraf terakhir perjalanan puber kami".

Koes Plus pertama kali merilis album pada 1969 dan berhasil mencapai puncak popularitas pada 1970-an. Saat itu, Koes Plus dianggap sebagai kiblat musik Indonesia dan salah satu pelopor musik pop serta rock and roll Indonesia. Namun, dalam perjalanannya, grup ini mengalami pergantian anggota band semenjak meninggalnya pimpinan band ini, yaitu Tonny Koeswoyo pada 1987.

RACHEL FARAHDIBA R | ALIYA FATHIYAH

Pilihan Editor: Koes Bersaudara Dibebaskan dari Penjara Glodok Sehari Sebelum G30S 1965 Tanpa Alasan

Berita terkait

Mengenal Seluk-beluk Kabinet Zaken

2 hari lalu

Mengenal Seluk-beluk Kabinet Zaken

Tujuan utama kabinet zaken adalah mencegah terjadinya kelebihan fungsi di kabinet, meningkatkan kinerja para menteri, dan menghindari potensi korupsi.

Baca Selengkapnya

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

4 hari lalu

Sukarno Pernah Melarang Manifesto Kebudayaan 60 Tahun Lalu, Apa itu Manikebu dan Lekra?

Presiden Sukarno pernah melarang Manifesto Kebudayaan pada 60 tahun lalu. Apa itu Manikebu dan Lekra yang mengemuka saat itu?

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Menteri di Kabinet Prabowo Bisa Lebih Banyak Kalau Ada Keperluan

6 hari lalu

Ma'ruf Amin Sebut Menteri di Kabinet Prabowo Bisa Lebih Banyak Kalau Ada Keperluan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi soal rencana Presiden terpilih Prabowo membentuk kabinet gemuk.

Baca Selengkapnya

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

8 hari lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

Majalah Tempo Pernah Ungkap Jokowi Cawe-Cawe dalam Pengusungan Gibran di Pilpres 2024

20 hari lalu

Majalah Tempo Pernah Ungkap Jokowi Cawe-Cawe dalam Pengusungan Gibran di Pilpres 2024

Majalah Tempo edisi akhir Oktober 2023 memaparkan sejumlah peran Jokowi cawe-cawe pengusungan putra sulungnya, Gibran sebagai cawapres Prabowo.

Baca Selengkapnya

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

23 hari lalu

49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

26 hari lalu

64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

37 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Tempo Sebut Bahlil Sebarkan Misinformasi Putusan Dewan Pers

41 hari lalu

Tempo Sebut Bahlil Sebarkan Misinformasi Putusan Dewan Pers

Dewan Pers menilai substansi liputan Tempo tentang permainan pencabutan Izin Usaha pertambangan (IUP) tak melanggar etik.

Baca Selengkapnya

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

44 hari lalu

Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret

Baca Selengkapnya