Cara Radhar Panca Dahana Melembutkan Puisi yang Keras, Pakai Taktik

Reporter

Dian Yuliastuti

Editor

Rini Kustiani

Jumat, 23 April 2021 06:41 WIB

Sastrawan dan budayawan Radhar Panca Dahana. ANTARA/Pracety

TEMPO.CO, Jakarta - Sastrawan Radhar Panca Dahana meninggal pada Kamis, 22 April 2021 pukul 20.00 WIB. Radhar meninggal dalam usia 56 tahun seusai cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Dia meninggal didampingi istrinya, Evi Apriani dan meninggalkan tiga anak.

Dalam menyuguhkan karya, Radhar Panca Dahana menerapkan strategi agar pesannya mengena. Misalkan saat pembacaan puisi yang isinya menyentil kekuasaan pada Jumat - Sabtu, 27 - 28 Januari 2017 di Teater Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta. Ketika itu, Radhar Panca Dahana menyodorkan kritik terhadap negeri dalam pembacaan puisi dramatik dari antologi puisinya yang bertajuk Manusia Istana.

Radhar Panca Dahana mulai membaca puisi dengan diiringi munculnya enam perempuan. Mereka adalah Olivia Zalianty, Marcella Zalianty, Maudy Koesnaedi, Cornelia Agatha, Dinda Kanya Dewi, dan Prisia Nasution. Mereka lalu bersama-sama membacakan puisi tersebut. Para perempuan memakai daster dililit kain putih.

Selebriti Maudy Koesnaedi tampil dalam pertunjukan teatrikal puisi bertajuk Manusia Istana di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 27 Januari 2017. Teatrikal puisi diangkat dari buku puisi berjudul sama Manusia Istana karya Radhar Panca Dahana. TEMPO/Nurdiansah

"Apa yang menjelma ketika Saat langit atapnya runtuh Lantai terjungkit dan Cerobong dapurmu tersedak?"

Advertising
Advertising

Itulah penggalan puisi berjudul "Yang Sisa di Daster Misna". Radhar Panca Dahana menyodorkan kritik terhadap negeri dalam pembacaan puisi dramatik. Dia sengaja mengemas pembacaan puisi dengan melibatkan enam aktris tersohor agar lebih menarik.

Radhar memilih keenam perempuan itu karena ingin 'melembutkan' puisinya yang 'keras'. "Puisi saya ini terlalu maskulin, frontal, dan mengandung konflik. Kalau dibacakan oleh Maudy atau yang lain, ada penghalusan, lunak, dan feminin. Orang enggak jadi marah," ujarnya. Di menyatakan, ingin menyuarakan isi hati, pikiran, imajinasi, dan impian tentang negeri yang punya masalah tak sedikit.

Puisi-puisi penerima Kuntowijoyo dan Paramadina Award itu menggelitik keadaan sosial-politik negeri ini dengan tajam. "Politik itu Hutan, Anakku" menjadi pembuka pentas. Radhar membacakan puisinya ketika seorang anak tiba-tiba muncul di panggung. Puisi itu lalu disambung dengan puisi kedua berjudul "Ekonomi Plastik".

Ada pula puisi "Sepetak Sawah di Istana", "Massa Tak Bermasa", "Demokrasi Pagi Ini", dan "Parlemen Gerutu". Ada yang membacakan puisi memakai kertas teks, ada pula yang hafal di luar kepala. Ada penampilan Radhar yang berbaju koki dengan kompor dan wajan mencacah-cacah sayuran sekenanya dan asal memasukkan bumbu. Menurut Radhar, demikianlah para pengelola negara mencacah-cacah sumber daya alam negeri ini.

Baca juga:
Sebelum Meninggal, Radhar Panca Dahana Pikirkan tentang Perampasan Hak Tanah

Berita terkait

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

1 hari lalu

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

Seorang pelapor yang menuduh pemasok Boeing mengabaikan cacat produksi 737 MAX telah meninggal dunia

Baca Selengkapnya

Seniman Berdarah Bali Kisahkan Perempuan Batak Lewat Pameran Lukisan Boru ni Raja

5 hari lalu

Seniman Berdarah Bali Kisahkan Perempuan Batak Lewat Pameran Lukisan Boru ni Raja

Seniman Bali menggelar pameran lukisan tentang perempuan Batak untuk mewujudkan janji kepada mendiang suaminya.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

5 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

5 hari lalu

Mengenang Kepergian Joko Pinurbo, Berikut 5 Puisi Karyanya yang Perlu Disimak

Selain meninggalkan istri dan dua anak, Joko Pinurbo meninggalkan warisan karya-karya puisi. berikut beberapa di antaranya.

Baca Selengkapnya

Kenang Joko Pinurbo: Kepedulian terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal

5 hari lalu

Kenang Joko Pinurbo: Kepedulian terhadap Perempuan dan Kelompok Marginal

Joko Pinurbo memiliki jiwa sosial yang tinggi termasuk terhadap perempuan dan kelompok marginal, termasuk saat masa pandemi.

Baca Selengkapnya

Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

6 hari lalu

Joko Pinurbo Sematkan 3 Puisi di Instagram, Ingatkan Tentang Kepergian?

Joko Pinurbo juga meninggalkan karya-karyanya yang sangat lekat dengan pembaca

Baca Selengkapnya

Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

6 hari lalu

Joko Pinurbo Wafat, Novelis Okky Madasari : Karyanya Diam-diam Soal Perlawanan

Penulis Okky Madasari mengungkapkan duka atas kepergian sastrawan Joko Pinurbo

Baca Selengkapnya

Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Penulis Berduka Lewat Media Sosial

6 hari lalu

Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Penulis Berduka Lewat Media Sosial

Sahabat dan juga teman dekat Joko Pinurbo dari kalangan sastrawan mengungkapkan duka mendalam melalui media sosial X, Sabtu, 27 April 2024.

Baca Selengkapnya

Sastrawan Joko Pinurbo Wafat, Sang Anak Ungkap Keluhan di Paru-paru

6 hari lalu

Sastrawan Joko Pinurbo Wafat, Sang Anak Ungkap Keluhan di Paru-paru

Sastrawan Joko Pinurbo alias Jokpin, berpulang pada usia 61 tahun, Sabtu pagi 27 April 2024 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pukul 06.03 WIB.

Baca Selengkapnya

Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

7 hari lalu

Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

Pada kekaryaan pameran ini menurut Rifky, keduanya menemukan nilai artistik melalui kerja bersama di studio.

Baca Selengkapnya