Nasib Konflik di Nigeria dan Indonesia di Tangan Seniman

Reporter

Senin, 2 November 2015 05:19 WIB

Biennale Jogja XIII-Equator #3. Biennalejogja.org

TEMPO.CO, Yogyakarta - Drum-drum yang dicat hitam dan penuh coretan cat warna merah disusun tumpang tindih di pintu masuk ruang pameran Biennale Jogja XIII-Equator #3 di Jogja National Museum, Ahad, 1 November 2015. Susunannya berundak. Ada yang paling tinggi dan paling rendah.


Tak sekadar menjadi latar panggung pembukaan pameran yang mengambil tema “Hacking Conflict –Indonesia Meets Nigeria”, drum-drum bekas wadah minyak itu sekaligus menjadi karya seni instalasi suguhan Victor Ehikhamnor. Seniman asal Nigeria itu mengulas kenangan pasca-1998. Bukan soal kejatuhan Presiden Soeharto di Indonesia, melainkan soal meninggalnya Presiden Nigeria Sani Abacha tiga pekan usai reformasi Indonesia.


Drum-drum itu tak sekadar menggambarkan persamaan Indonesia-Nigeria sebagai negara penghasil minyak. Namun ada persoalan manajemen sumber daya alam di sana, degradasi kaya dan miskin di negeri yang berlimpah minyak. Hingga muncul pemberontakan rakyat yang dilawan militer.

“Meski konflik, tapi justru dari situ muncul kreativitas berekspresi seniman karena meretas konflik,” kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono yang hadir dalam pameran tersebut, Ahad, 1 November 2015.




Baca juga:


Eksklusif: Terkuak, 40% dari Harga Obat Buat Menyuap Dokter
Pemain Chelsea: Mending Keok Ketimbang Menang buat Mourinho!

Direktur Biennale Jogja XIII Alia Swastika pun menegaskan, bicara soal Indonesia dan Nigera bukan melulu bicara soal persamaan dan perbedaannya. Namun, menciptakan peluang untuk mendayagunakan potensi persamaan dan perbedaan kedua negara anggota Konferensi Asia Afrika untuk membangun gerakan masyarakat sipil pascakolonial. “Kami undang seniman untuk membingkainya dalam karya seni,” kata Alia.


Bingkai itu tak hanya hasil refleksi atas pengalaman seniman atau sejarah kedua negara tersebut. Namun mendorong partisipasi penonton untuk menjadi bagian dari refleksi itu.


“Pengunjung jangan hanya nonton, tapi berpartisipasi karena karya ini tak adanya artinya tanpa partisipasi,” kata seorang kurator, Woto Wibowo, yang rambutnya dicat hijau dan beken disapa dengan Wok The Rock.

Selama 40 hari sejak pameran dibuka, warga akan diajak menggali kembali pengalaman mereka menghadapi konflik. Bukan untuk memberi stigma negatif atas konflik bahwa Nigeria bukan negara teroris Boko Haram dan virus mematikan Ebola.

Atau, Indonesia banyak koruptor, banyak bencana alam. Namun menyulap konflik untuk didayagunakan sebagai hal positif, seperti aneka isu persoalan kota, sejarah, globalisasi, sumber daya, produksi, juga persebaran ilmu pengetahuan.

Karya Victor disusun sejajar dengan karya perupa kelahiran Jakarta, Maryanto, yang diberi judul “Sweet Crude, Black Gold”. Dia membuat karya dua dimensi dari papan kayu yang dicat dengan akrilik. Ada lukisan rantai yang putus, juga kepulan asap yang menghitam.

“Bicara minyak di Nigeria dan Indonesia adalah bicara kesamaan nasib. Sekaligus mencari jalan terang atas nasib,” kata Maryanto.




Advertising
Advertising



PITO AGUSTIN RUDIANA






Baca juga:
Eksklusif: Terkuak, 40% dari Harga Obat Buat Menyuap Dokter
Pemain Chelsea: Mending Keok Ketimbang Menang buat Mourinho!




Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

2 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

9 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

13 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

24 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

28 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

38 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

45 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

48 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

54 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

56 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya