TEMPO.CO, Jakarta - Opo ora eman duite, Gawe tuku banyu setan, Opo ora mikir yen mendem, Iku biso ngrusak pikiran. Ojo diteruske mendeme, Mergo ora ono untunge, Yo cepet marenono mendemmu, Ben dowo umurmu Reff, *Oplosan, oplosan, oplosan*

Petikan syair di atas menjadi lagu yang kini gampang dikenal, dinyanyikan, dan diikuti oleh anak-anak, remaja hingga dewasa. Setiap pukul tujuh malam lagu ini seolah menjadi sihir yang sering dinyanyikan di acara Yuk Keep Smile (YKS) yang tayang di Trans TV.

"Lagu Oplosan menjadi fenomena sosial dan budaya pop yang menyihir masyarakat saat ini. Sangat menghebohkan lagu, gerakan, dan goyangannya," kata Bens Leo yang dihubungi melalui telepon pada Rabu, 22 Januari 2014.

Tak hanya lagu, goyangan lagu ini pun merasuk dan mengajak semua orang ikut larut dalam alunan musik dalam bahasa Jawa itu. Lagu ini langsung menjadi booming dan populer setelah dinyanyikan Soimah dengan suara merdu dan gaya kenes.

Sekarang Nur Bayan, pencipta lagu ini, menuntut Eny Sagita, penyanyi dangdut yang juga mempopulerkan lagu ini dengan irama musik dangdut koplo. Kini kasusnya di meja hijau.

Lagu Oplosan diciptakan Nur Bayan, pria berambut gondrong yang belakangan muncul menyanyikan lagu baru ciptaannya berjudul Pokoe Joget. Pada 2012, lagu ini pertama kali dinyanyikan Wiwik Sagita. Dalam acara YKS, Wiwik juga pernah dihadirkan. Dalam kesempatan itu, Wiwik mengaku gara-gara lagu booming ini ia meraih kesuksesan.

"Alhamdulillah, berkat lagu ini saya mulai menabung lagi dan berniat memberangkatkan haji Mama pada 2015 nanti," kata dia ketika muncul di acara YKS pada Desember tahun lalu. Wiwik membantah lagu Oplosan memicu hal-hal buruk. Menurut dia, justru lagu ini bermakna positif.

Setelah Wiwik, Eny Sagita mengaku menyanyikan lagu Oplosan dan mengubah aransemen musiknya menjadi dangdut koplo. Eny yang kini digugat Nur Bayan perihal lagu Oplosan yang dia populerkan mengatakan, "Lagu ini menjadi terkenal setelah digubah ke irama dangdut koplo."

Eny didakwa mencuri lagu Oplosan yang diciptakan Nur Bayan. Sebelum dikenal masyarakat seperti sekarang ini, lagu tersebut sudah dipopulerkan oleh penciptanya sendiri yang bernama grup Trio Gimix. Meski demikian, lagu tersebut ternyata tidak begitu populer karena hanya dikenal di kalangan pencinta kesenian jaranan di Kediri. "Lagu itu memang bentuk aslinya jaranan," kata Bambang Sukoco, kuasa hukum Eny Sagita.

Lagu ini berisi ajakan untuk menghentikan konsumsi minuman keras. Tak puas hanya minuman keras dari pabrik, warga mengoplos sendiri minuman tersebut dengan kandungan lain hingga meningkatkan kadar alkoholnya di atas kemampuan tubuh.

Oplosan mencapai puncaknya setelah pesinden dan penyanyi Soimah memunculkannya di acara YKS pada tahun lalu. Soimah dalam acara tayangan di televisi mengatakan, "Lagu ini membantu mempopulerkan karya pencipta dan penyanyi lokal."

HADRIANI P | HARI TRI WARSONO
Topik Terhangat
Banjir Jakarta | Buku SBY | Banjir Manado | BBM Akil | Anas Ditahan |

Berita Terpopuler
North West Akan Pakai Sepatu Berhiaskan Berlian
Alasan Madonna Berkomentar Rasis di Instagram
Liam Payne Marah Dituduh Anti-Gay
Tabula Rasa, Film Kuliner Rasa Minang
Afgan Dikritik Penggemar karena Terlalu Formal