TEMPO.CO, Jakarta - Tidak cukup mengambil lokasi di Jakarta, film terbaru Michael Mann juga melibatkan banyak pihak. Film yang mengisahkan pencurian dan cyber crime ini melibatkan 150 kru profesional dan 2.000 penari untuk pembuatan film selama syuting di Indonesia.
Film yang dibintangi oleh Chris Hemsworth ini merupakan film pertama Michael Mann yang mengambil latar tempat di Indonesia. Kecintaan dan ketertarikannya pada banyak hal yang dimiliki Indonesia membuat Mann menjatuhkan pilihan pada Jakarta sebagai salah satu tempat untuk filmnya kali ini.
"Kebudayaan kita unsur tarian Bali, musik, dan ada ondel-ondel juga. Sejauh ini unsur budaya Bali yang lebih kental karena orang di luar masih lebih mengenal Bali, tapi tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti kita bisa tunjukkan unsur kebudayaan yang lain," kata Mike Wiluan, executive producer selama syuting di Indonesia.
Saat pemantauan ke lokasi syuting dilakukan, para pemain extras dan penari sedang mengikuti briefing dari pihak produksi. Semuanya terlihat tekun menyimak arahan apa saja yang harus mereka lakukan saat syuting yang dimulai dari malam hingga pagi itu.
"Adegan ini akan menjadi salah satu adegan terakhir di film ini," sahut Mike Wiluan sambil menunjuk ke arah para penari yang sedang duduk berjejer.
Menurut Mari Elka Pangestu, jika dilihat dari segi ekonomi, keterlibatan 150 expert dan 2.000 penari lokal jelas memberikan dampak langsung pada pendapatan personal. Meskipun, menurut Mike Wiluan, cost di Indonesia masih cukup rendah. "Di sini kerja dengan 2.000 orang, banyak set, cost-nya tidak tinggi, tapi hal tersebut menjadi nilai tambah untuk syuting di Indonesia."