Musisi asal Inggris Sting saat tampil menghibur penggemarnya dalam konser "Sting back to bass tour" di Ancol, Jakarta, (15/12). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi kawakan asal Inggris, Sting, lahir di Wallsend, Newcastle, Inggris, pada 2 Oktober 1951. Bernama asli Gordon Matthew Thomas Sumner, Sting merupakan anak dulu dari empat bersaudara.
Sting memang tidak lagi muda. Umur 61 tahun, ia sudah bisa dipanggil dengan sebutan opa atau kakek. Namun performa di atas panggung Mata Elang International Stadium, Ancol, 15 Desember 201, tidak menunjukkan umurnya. Dalam balutan kaus hitam panjang dan celana ketat gelap, tubuh ayah enam anak ini tetap terlihat tegap. Seksi.
Usia lanjut pun tak mengubah kekuatan suara Sting. Meski di lagu keempat, Seven Days, wajah dan leher Sting sudah memerah serta bercucuran keringat, napasnya tetap panjang. Bahkan di lagu Every Little Thing She Does Is Magic, mantan personel The Police itu tetap mengulang-ulang lirik, hingga sesekali menyemburkan air liur. Sedangkan sebagian penonton sudah tidak sanggup mengikutinya.
Selama 2 jam 10 menit di atas panggung, Sting terlihat hanya tiga menenggak air putih. Padahal ada air mineral dalam botol kemasan 1 liter di atas meja, di sebelah Sting. Bahkan mantan personel The Police ini hanya terlihat satu kali mengusap keringat dengan handuk kecil hitam. Seperti tidak ada habisnya tenaga Sting.
Dalam konser Back to Bass, Sting tidak main sendiri. Ia diiringi Dominic Miller pada gitar; David Sancious di keyboard; Vinnie Colaiuta sebagai penggebuk drum; pemain biola, Peter Tickell; serta penyanyi latar Jo Lawry.
Bersama kelima pengiringnya, Sting membuka konser dengan lagu If I Ever Lose My Faith In You. Nada dan lirik yang akrab di telinga penonton ini langsung mendapat sambutan meriah. Ribuan penonton ikut bernyanyi. Dimulai sekitar pukul 20.40, Sting mengakhiri konser di jam 22.50 bersama lagu Fragile.
