Pameran Gembrot Kilap Simbol Kemakmuran Orang Jawa

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Kamis, 8 November 2012 11:00 WIB

Patung gerabah 'si Mbah' di sebuah toko di industri rumahan Kasongan, Bantul, Yogyakarta. TEMPO/Martha Warta Silaban

TEMPO.CO, Yogyakarta - Bau apek mengagetkan pengunjung tatkala pintu Bentara Budaya Yogyakarta dibuka, Jumat malam pekan lalu, 2 November 2012. Bau itu berasal dari tumpukan jerami setengah basah yang dikumpulkan di tengah ruangan galeri.

Di atas tumpukan jerami, patung dua sosok pria dan wanita bertubuh gemuk sedang asyik kerokan. Si wanita dengan raut wajah judes, mengenakan jarik dan kutang, menggosokkan sekeping koin ke punggung pria. Si pria hanya pasrah dengan satu kaki diselempangkan ke pegangan bangku bambu.

Budiyana alias Boeyan, 43 tahun, seniman pembuat patung kerokan berjudul Mengusir Angin itu sangat terkesan dengan tradisi medis lokal.

Begitu terkesan, sampai-sampai dia mentransformasi praktek kerokan itu dari medium lukisan hingga medium patung. Karya ini pun menjadi ikon pameran tunggal dia bertajuk “Jawawood” di Bentara Budaya Yogyakarta, 2-10 November 2012. Demi memindahkan suasana perdesaan ke galeri, ia menggotong sendiri jerami asli bekas panen dari sawah di desanya di Gamping, Sleman, sebagai latar utama patung.

Boeyan menuturkan, sembilan bulan terakhir ini dia berdiam di ruang kecil rumahnya yang disulap sebagai galeri. Dia berkutat membuat figur tambun dalam berbagai polah. Figur gemuk, dalam masyarakat Jawa, melambangkan kemakmuran.

Ketua Kelompok Sepi (Seniman Pinggiran) Gamping, Sleman, itu menggarap karya dengan warna cenderung seragam: kuning oranye menyala. Pegiat tradisi seni Saparan Bekakak itu tiap datang ke toko cat hanya membeli puluhan botol cat tiga warna. Oranye, kuning, dan cokelat. “Saya suka kulit dan warna yang temaram. Seperti alami,” kata Boeyan.

Kadang, karya lukisnya terlalu terang dan mengkilat menyilaukan mata. Boeyan memakai teknik pelapisan untuk menciptakan pancaran mengkilat itu. Dia berulang-ulang melapisi obyek, mulai dari transparan hingga warna kental yang disapu campuran minyak. Warna mengkilat dibuat untuk menghilangkan suasana muram potret masyarakat desa.

Sosok gemuk pun kerap ditampilkan Boeyan secara penuh di hampir semua bidang kanvas. Figur itu, secara berurutan, menuturkan adegan kehidupan masyarakat. Seperti dalam judul Gopyokan Tikus, Pesta Usai Panen, dan Ini Jagoku serta gambaran aktivitas lain, seperti berdagang di pasar dan bermain domino.

Boeyan sudah hafal cara membentuk tubuh tambun. Begitu hafalnya, tiap kali tangannya menggerakkan kuas selalu dimulai dengan bentuk melengkung. Tapi, bentuk hafalan itu tampak kehilangan detail dan bercorak monoton. Misalnya, raut wajah cenderung sama, yakni wajah setengah mengantuk. Begitu juga anatomi mulut dan kaki. Bahkan, corak batik yang dikenakan sosok perempuan pun sama.

Menurut kurator pameran, Kuss Indarto, figur tambun dalam karya Boeyan mengingatkan karakter yang diusung pelukis kenamaan Kolombia, Fernando Botero, beberapa puluh tahun silam, atau karya Didik Nurhadi, Cucu Rukhiyat, dan I Nyoman Masriadi. “Yang membedakan justru isunya yang biasa dan pinggiran. Isu lama yang sudah tak disorot tapi kembali diangkat,” kata dia.

Kuss menjelaskan, teknik serta tema karya Boeyan mungkin sebenarnya sudah lama tersingkir dari pasar seni rupa kontemporer. Pasalnya, kebanyakan seniman mengusung gaya urban, dengan teknik kanvas kolaboratif, serta mengeksplorasi gagasan post-modern. Tapi, ujar Kuss, corak lukisan Boeyan punya pasar sendiri. Sebagaimana corak dan tema lukisan Jokok Pekik yang ndeso tapi pernah ditawar dengan harga Rp 1 miliar.

Saat ini, katanya, peminat seni rupa mulai bosan dengan karya kontemporer yang akhirnya menjadi massal. “Teknik dan tema sederhana seperti ini yang kembali dicari,” ujar dia.

PRIBADI WICAKSONO

Berita lain:

Torehan Rudy Atjeh di Kedai Kebun Yogyakarta

Perupa Ini Melukis dengan Darahnya

Pameran Arsip Kuno Berbagai Kerajaan di Yogya

Benteng Vredeburg Gelar Pekan Apresiasi Museum

Hari Ini,Digelar Pameran Silaturahmi di Yogyakarta







Advertising
Advertising

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

36 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

42 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya