Berkumpulnya Penggurit Jawa di Malam Purnama  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 3 Oktober 2012 10:45 WIB

(Foto:TEMPO/ANANG ZAKARIA)

TEMPO.CO, Yogyakarta- Oe…oe… oe…, rawe-rawe rantas, malang-malang tuntas, Wong cilik dibabat amblas, dening panguwasa laknat!”

Suara perempuan berbaju hitam dengan topi ala gipsi itu terdengar berat. Namun, dari suaranya tersirat kelugasan saat ia membaca gurit berjudul Panguwasa di hadapan sekitar 50 penonton.

Ary Nurdiana, perempuan asal Ponorogo, Jawa Timur, sengaja melawat ke Yogya untuk mengikuti pertemuan para penggurit atau penulis puisi Jawa yang diselenggarakan Rumah Budaya Tembi, Senin malam, 1 Oktober 2012. Acara bertajuk “Membaca Geguritan, Membaca Jawa” itu diikuti 16 penggurit, termasuk Ary.

Malam itu Ary yang juga Kepala Sekolah Dasar Negeri Mangunsuman, Ponorogo, merangkai ulang solidaritas, membangun tradisi geguritan yang hampir hilang. “Geguritan boleh tidak populer sekarang, tapi tidak boleh hilang,” kata Ary yang pernah membukukan karyanya menjadi dua buku, Intan Ora Mlebu dan Puber Kedua.

Dia mengakui upaya membangun kembali tradisi geguritan saat ini tidak mudah. Perempuan yang masih aktif di komunitas sastra Jawa di Jawa Timur, Tri Widha, itu mengatakan kebetulan dia mengenal sastra Jawa, khususnya roman, saat masih SMP. “Saya sebenarnya tak mahir bahasa Jawa halus, tapi bahasa Jawa modern, gaul. Dan saya pakai bahasa keseharian itu untuk menulis,” katanya.

Dari karya itu, dia mendapat surat dari penulis legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, yang dikirim langsung dari pengasingan di Pulau Buru, ke redaksi Jayabaya. “Pram bilang, saya bukan lagi penulis daerah. Saya diminta terus menulis roman lain dengan bahasa yang saya sukai,” kata Ary mengenang. Surat Pram itu menjadi lecutan untuk berkarya hingga sekarang.

Pertunjukan yang dirangkai dalam program Sastra Bulan Purnama di Rumah Budaya Tembi itu juga menampilkan pengusaha Tionghoa kawakan, Handoyo Wibowo alias Koh Wat, yang membawakan tiga geguritan, Ca Tuk Lan (Kanca Entuk Neng Ndalan), Gusti (Ra Gusis Le Anggemati), dan Mbok e (Tombok oleh Katresnane). “Saya sebenarnya dari Teknik Kimia UGM, tapi saya kadung mencintai satra Jawa yang ayem, puitis, penuh makna,” kata pria yang senang membaca serat Joyoboyo karya Ronggowarsito itu.

Koordinator Sastra Bulan Purnama, Ons Untoro, mengatakan kegiatan itu untuk memberi ruang pada karya geguritan. Terutama saat karya ini masih bisa ditemui. Menurut Ons, saat ini hanya ada satu majalah berbahasa Jawa di Yogyakarta yang masih setia menampilkan geguritan. Dari pertemuan itu akan didokumentasikan karya peserta. “Menjadi buku kecil, agar tercatat,” kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Berita lain:

Nyai Ontosoroh di Mata Happy Salma

SIPA 2012, The Heliosphere, Menari di Awang-awang

Nyanyian Alam Tampil di SIPA 2012

Bibit Waluyo Akan Pentaskan Jathilan

Ada ''Made In Indonesia'' di Negeri Obama







Advertising
Advertising


Berita terkait

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

38 hari lalu

SMA Labschool Cibubur Selenggarakan Pentas Seni Cravier 2024 Usung Tema Peduli Lingkungan

Acara tahunan SMA Labschool Cibubur akan mengusung tema lingkungan dalam kacamata anak muda di Cravier 2024.

Baca Selengkapnya

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

7 Desember 2023

Butet Kartaredjasa Terintimidasi, Bagaimana Cara Mengurus Perizinan Pentas Seni?

Butet Kartaredjasa menyebut bahwa pementasan seninya diintervensi oleh pihak kepolisian karena larangan menampilkan satir politik.

Baca Selengkapnya

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

28 Juli 2023

HNW Apresiasi Usulan Pementasan Seni Budaya jelang Tahun Politik 2024

Komunitas seni dan budaya, Sangkami mengusulkan pementasan seni dan budaya melibatkan para anggota MPR.

Baca Selengkapnya

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

25 April 2023

Ada Monas Week Saat Libur Lebaran 2023, Pengelola Siapkan 4 Toilet Bus Tambahan

Rangkaian Monas Week menyuguhkan pertunjukan musik khas Idul Fitri serta Air Mancur Menari dan video mapping.

Baca Selengkapnya

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

21 Januari 2023

4 Acara Imlek yang Populer di Indonesia, Selalu Menarik Minat Wisatawan

Acara-acara itu tak sekadar untuk membuat meriah Imlek, tapi memiliki makna di dalamnya.

Baca Selengkapnya

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

14 Desember 2022

Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Sederet Agenda Kesenian di Lereng Merapi

Ada sejumlah agenda seni budaya yang akan kembali digelar di kawasan Kaliurang pada libur Natal dan Tahun Baru.

Baca Selengkapnya

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

3 September 2022

Dua Tahun Vakum, Seniman Kabupaten Bekasi Ramaikan Lebaran Yatim

Gabungan seniman Kabupaten Bekasi kembali manggung untuk memeriahkan Lebaran Anak Yatim setelah dua tahun terhalang pandemi

Baca Selengkapnya

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

23 Maret 2021

Siap-siap Disambut Tari Sri Kayun Saat Wisata ke Kulon Progo

Tari Sri Kayun dan fragmen Suroloyo Wrehaspati dibawakan oleh seniman Kulon Progo dan pegawai pemerintah daerah sebagai penari pendukung.

Baca Selengkapnya

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

20 Februari 2021

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

Baca Selengkapnya

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

1 Desember 2020

Produksi Teater di Masa Pandemi, Apa Saja Tantangannya?

Tentu ada beberapa tantangan saat memproduksi pentas teater. Salah satu kendala utamanya adalah mencari cara agar pentas tetap dapat roh.

Baca Selengkapnya