Opera Kolosal Diponegoro Digelar Tiga Hari

Reporter

Editor

Kamis, 3 November 2011 21:25 WIB

Kopiah bergantung rapi di tempat khusus yang disediakan Masjid Kuqa Qong Hanka yang terletak Provinsi Xinjiang, Cina bagian barat (19/9). Bentuk kopiah ini serupa dengan sorban Pangeran Diponegoro, tapi di bagian tengahnya lancip. TEMPO/Nur Haryanto

TEMPO Interaktif, Jakarta -Kado apa yang diharapkan untuk usia ke 266 tahun? Pangeran Diponegoro yang akan berulangtahun ke 266 tahun pada 11 November mendatang, mendapat kado sebuah opera kolosal selama tiga hari berturut-turut.


"Kami memilih tanggal ternyata tepat dengan kelahiran beliau, ini magic atau apa, tidak tahu," kata Ratna Riantiarno yang ditemui dalam Konferensi Pers Opera Diponegoro di Hotel Grand Kemang, Kamis 3 November 2011.

Ratna bersama Happy Salma dan Iwan Fals akan bermain dalam kisah klasik Diponegoro yang disutradarai Sardono W. Kusumah, Guru Besar Institut Kesenian Jakarta. Sardono mengaku sudah mementaskan 15 kisah dari Babad Diponegoro.

Tapi kisah kali berbeda karena mengungkap karak ter Pangeran bernama Antawirya. "Beliau sosok yang tidak suka perang, tidak suka melihat darah dan ingin selalu damai," ujar dia. Berbeda dengan figur Diponegoro yang selama ini dikenal melalui buku-buku Sejarah.

"Diponegoro itu pahlawan budaya," kata Sardono. Pangeran yang menolak tahta ini mempelajari Bustanul salatin karya Melayu klasik yang ditulis Nuruddin al Raniri. Diponegoro, Sardono menguraikan, lebih suka tinggal di desa dan senang menjadi petani.

Sardono mengisahkan sebuah dialog Diponegoro dengan petani yang mengadu tanahnya dirampas reman suruhan Belanda. "Diponegoro bilang kalau itu benar tanah kamu (petani), maka harus dipertahankan, kalau Belanda yang turun, saya yang akan turun," tutur Sardono.

Pesan sederhana Diponegoro tersebut ternyata menjadi moral keberanian rakyat dalam mempertahankan haknya. Sehingga dalam sekejap, banyak sekali pengikut Diponegoro. "Dia menggunakan pendekatan sosial," kata Sardono

Alasan-alasan tersebut itulah yang membuat Sardono merasa perlu mementaskan karya ini, meski sudah lima belas kali. Apalagi, kata dia, Babad Diponegoro mengandung kualitas setara epik. Kisahnya panjang, penuh lapisan-lapisan cerita lagi seperti halnya Ramayana dan Mahabarata. "Ada beberapa bagian yang relevan dibicarakan saat ini," ujar dia.

Sardono membubuhkan instrumen musik klasik "Requiem" karya Wolfgang Amadeus Mozart dan karya Wagner yang digunakan dalam film Apocalyse Now. Tujuannya untuk mempertajam kisah tragis penangkapan Diponegoro. Karya-karya Mozart, Ia melanjutkan, juga hidup di era Raden Saleh, pelukis Indonesia yang menggambarkan secara luar biasa penangkapan Diponegoro.

Opera selama 120 menit ini didukung 30 penari yang diseleksi dari Jakarta, Yogjakarta, Surakarta dan Bali. Penonton bisa membeli tiket dengan harga mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 750 ribu. Pertunjukkan berjalan selama tiga hari dari 11-13 November 2011.


DIANING SARI

Berita terkait

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

16 Oktober 2023

Sehari 4 Kali, Teater Bandoengmooi Gelar Pertunjukan Longser Kerajaan Tikus

Pewarisan seni longser melalui pelatihan, residensi atau pemagangan, dan pertunjukan di ruang publik dilakukan setiap tahun.

Baca Selengkapnya

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

4 September 2023

Minat Anak Muda Berkurang, Bandoengmooi Gelar Seni Longser Pahlawan Kesiangan

Longser termasuk seni pertunjukan dalam daftar warisan budaya tak benda dari Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

30 Agustus 2023

Marcella Zalianty Ungkap Perbedaan Menjadi Produser Teater dan Film

Marcella Zalianty saat ini sedang mempersiapkan pertunjukan teater kolosal

Baca Selengkapnya

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

4 Oktober 2022

Festival Teater Jakarta 2022, tak Sekadar Pertunjukan

Puncak apresiasi FTJ diniatkan sebagai etalase yang memperlihatkan capaian pembinaan teater Jakarta pada tahun berjalan.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

18 Juni 2022

Indonesia Kita Kembali Hibur Masyarakat Jakarta sebagai Ibadah Kebudayaan

Direktur Kreatif Indonesia Kita, Agus Noor berharap pertunjukan Indonesia Kita ke-36 ini bisa memulihkan situasi pertunjukan seni di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

15 April 2022

Ngabuburit di Medan Sambil Nonton Teater Rumah Mata: Temukan Sahabat Sejatimu

Teater Rumah Mata menggelar pertunjukan Shiraath untuk mengisi ngabuburit di sejumlah tempat di Kota Medan.

Baca Selengkapnya

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret 2021

Hari Teater Sedunia, Indonesia Punya Wayang Orang, Longser, Lenong dan Ketoprak

27 Maret menjadi Hari Teater Sedunia. Indonesia pun punya beragam pertunjukan teater rakyat seperti wayang orang, lenong, longser, hingga ketoprak.

Baca Selengkapnya

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

27 Maret 2021

27 Maret Hari Teater Sedunia, 60 Tahun Sampaikan Pesan Perdamaian di Dunia

Dulunya Teater merupakan hiburan paling populer di Yunani, pada 27 Maret, 60 tahun lalu Institut Teater Internasional menggagas Hari Teater Sedunia.

Baca Selengkapnya

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

18 Maret 2021

Festival Teater Tubuh Dimeriahkan Belasan Penampil Secara Daring

Festival Teater Tubuh berlangsung mulai Selasa sampai Sabtu, 16 - 20 Maret 2021. Festival ini merupakan silaturahmi tubuh kita dalam pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

3 Juli 2020

Akhir Pekan Ini Pertunjukan Teater Sie Jin Kwie Tayang di YouTube

Pementasan Sie Jin Kwie pada 2010 lalu di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, kini bisa disaksikan kembali pada 4 - 5 Juli di kanal YouTube Indonesia Kaya.

Baca Selengkapnya