Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Lukisan Kaca, Seni Populer Rakyat yang Tenggelam

image-gnews
Saiman Rais (66) sedang menyelesaikan lukisan semar berukuran 55cm x 55cm di rumahnya kampung Rejowinangun, Kotagedhe, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Saiman Rais adalah salah seorang pelukis yang memilih menggunakan kaca sebagai media melukis. TEMPO/Pius Erlangga.
Saiman Rais (66) sedang menyelesaikan lukisan semar berukuran 55cm x 55cm di rumahnya kampung Rejowinangun, Kotagedhe, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Saiman Rais adalah salah seorang pelukis yang memilih menggunakan kaca sebagai media melukis. TEMPO/Pius Erlangga.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Seni lukis kaca saat ini mungkin bukan seni yang banyak diminati masyarakat. Tetapi pada akhir abad ke-18 sampai ke-19, karya ini merupakan karya seni yang populer.  Tak hanya dimiliki oleh orang kaya dan  kalangan ningrat saja, masyarakat kebanyakan pun banyak memilikinya. Peneliti Prancis Jerome Samuel memaparkan penelitiannya selama belasan tahun tentang karya ini.

“Ini karya yang populer, semua kalangan memilikinya. Memang tergantung ukurannya,” ujar Samuel saat memaparkan penelitiannya di auditorium Institut Prancis di Indonesia (IFI), Rabu, 12 April 2017. Dia memaparkan penelitian tentang karya lukis kaca ini dari diskusi yang digelar IFI bekerja sama dengan Lembaa Prancis untuk Kajian Asia Tenggara (EFEO).

Untuk kalangan bangsawan, terpelajar atau orang kaya biasanya memilih lukisan dalam ukuran yang besar. Sedangkan rakyat jelata biasanya memilih dalam ukuran yang kecil. Rakyat Jawa, khususnya di sekitar  Solo- Yogyakarta datang ke kota itu untuk membeli lukisan kaca itu. “Harganya terjangkau untuk masyarakat saat itu, ada data harga berapa sen atau gulden,” ujarnya.  Samuel juga menjelaskan pengumuman di sebuah koran yang menemukan tulisan lukisan kaca yang ketinggalan di gerbong dan dilelang.

Direktur Pusat Studi Asia Tenggara di Prancis (CNRS-EHES-INALCO) ini menjelaskan  pada abad 18-20, diperkirakan jumlahnya mencapai jutaan keping. Dia mengasumsikan dari jumlah penduduk saat itu dari data sensus Belanda. Lukisan kaca ini diperkenalkan oleh para pelukis Eropa dan Cina. Di nusantara kemudian dikembangkan dengan corak dan tema lokal dan percampuran budaya seperti Jawa, Eropa, Cina dan Muslim. Mereka memajang lukisan itu sebagai simbol status, tolak bala dan hiasan.

Ia mengakui penelitian tentang lukisan kaca ini baik di Eropa maupun di Indonesia masih sangat sedikit. Data awal tentang lukisan kaca ini diperoleh dari log book penjelajah Jerman yang menulis tentang Sultan Sumenep yang mempunyai hobi melukis kaca pada 1850. Penelitian pertama dilakukan oleh Hooykas –van Leeuwen Boomkamp, pada 1930 yang menggambarkan situasi kerajinan lukisan kaca di Yogyakarta saat itu. Data berikutnya banyak dijelaskan oleh peneliti Jepang yang dipimpin Seichi Sasaki pada 1980.

Lalu diteruskan dari penelitian Eddy Hadi Waluyo tentang revitalisasi lukisan kaca di Yogyakarta, Solo, Cirebon dan Buleleng Bali untuk periode 1980-2000. Ia mendapatkan foto-foto lukisan kaca dan lukisan lalu mengkategorikannya berdasar tema lukisan. Cukup menarik melihat keragaman tema-tema lukisan kaca ini. Lebih dari 90 persen data yang dikumpulkan, kata dia, karya tersebut tidak bertanggal dan anonim.



Lukisan kaca karya Hadi Koco

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tema yang ditemui  mulai dari tema lukisan masjid, wayang, gambar tolak bala, sejarah Belanda (seperti gambar pembunuhan Kapten Tack dan Untung Suropati yang dilarang dibuat dan diperjualbelikan oleh Belanda), budaya Jawa,gambar kraton, lukisan pengantin, dagelan, gambar putrid Cina (Putri Campa), kaligrafi Cina. Tetapi ada pula  yang cukup menarik ketika ditemukan lukisan kaca sebagai ikon modernitas dengan gambar kapal Perang Turki zaman Ataturk-Ottoman. “Yang lukisan kapal ini ada di Cirebon, ada catatan promosi pada 1925-1930,” ujarnya.

Lukisan kaca ini di Jawa terpusat di Solo, Yogyakarta dan Cirebon. Di luar Jawa, kata Samuel, juga ditemukan di Bali. Ada pula lukisan kaca di Minang dan Bengkulu. Kebanyakan temanya dongeng lokal, kaligrafi, masjid dan bunga.

Karya lukisan kaca ini perlahan-lahan mulai surut. Apalagi setelah muncul seni dengan medium lain seperti kanvas dan fotografi. “Ya selera orang berubah, yang kalangan bangsawan, kaya bisa mengakses fotografi.”

Dia menyebut periode 1940-an merupakan titik penting seni lukis kaca ini karena terdapat tema mendasar pada era penjajahan Jepang dan pasca kemerdekaan. Dia mencontohkan tema lukisan masjid pada 1918-an populer gambar masjid Demak, tetapi pasca kemerdekaan yang populer adalah masjid Syuhada .

Pada 1960-an masih banyak ditemukan lukisan bergambar wayang, masji dan pengantin ditemukan di rumah-rumah warga kebanyakan. Pada 1970-an, karya ini juga mencapai kejayaannya pasca kemerdekaan lalu perlahan meredup kembali. Hingga kemudian Pemerintah Daerah Cirebon kembali menggalakkan karya lukis ini  sebagai upaya revitalisasi dan ikon daerah.

DIAN YULIASTUTI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

55 hari lalu

Gapura Joyland Festival Bali 2024 di Peninsula Island, Nusa Dua Bali pada Jumat, 1 Maret 2024. TEMPO/Intan Setiawanty,
Menjelajah Joyland Festival Bali 2024, Destinasi Wisata yang Inklusif dan Ramah Keluarga

Berikut keseruan Joyland Festival Bali 2024 yang insklusif dan ramah keluarga dengan menghadirkan stan White Peacock hingga pilihan panggung musik.


Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

15 Januari 2024

Aktor Butet Kertaredjasa melakukan pertunjukan seni teater yang digabungkan dengan seni musik dan seni tari dengan lakon
Butet Kartaredjasa Kritik Pemprov DKI yang Naikkan Harga Sewa Gedung Pertunjukan

Seniman Butet Kartaredjasa mempertanyakan alasan kenaikan harga gedung pertunjukan di DKI Jakarta


Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

5 Desember 2023

Pasangan Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo - Mahfud MD, dan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka
Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan dalam Debat Capres-Cawapres, Begini Respons Budayawan dan Pekerja Seni

Lima tema debat capres-cawapres telah disampaikan KPU, tak ada tema soal kesenian dan kebudayaan. Begini respons budayawan dan pekerja seni.


Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

5 Desember 2023

Akmal Nasery Basral. ANTARA
Debat Capres-Cawapres Pilpres 2024 Tak Ada Tema Kesenian dan Kebudayaan, Akmal Nasery Basral: Kerugian Besar Bangsa Ini

Sastrawan Akmal Naseri Basral memberikan catatan tak adanya tema kebudayaan dankesenian dalam debat capres-cawapres pada Pilpres 2024.


Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

22 Agustus 2023

Ilustrasi Polisi Indonesia. Getty Images
Pemerintah Bone dan Aparat Bubarkan Paksa Pementasan Seni Bissu

Panitia menyebut Gubernur Sulawesi menyekal bissu sehingga penampilan seni monolog "Rindu Bissu" pun dilarang.


Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

4 Juli 2023

Domba peserta kontes Domba Catwalk di Situ Bagendit, Garut, Jawa Barat, 21 Februari 2015. Acara tersebut untuk mempromosikan Domba Garut sekaligus kawasan wisata Situ Bagendit. TEMPO/Prima Mulia
Sejarah Adu Domba Garut, Kesenian Tradisional asal Jawa Barat

Domba Garut yang memiliki ciri khas pada fisiknya sering diikut sertakan dalam kontes atau diadu. Inilah asal usulnya.


WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

24 Februari 2023

Pertunjukan seni teater
WM Mann Scholarship, Beasiswa Seni Pertunjukan di Skotlandia Khusus Mahasiswa Indonesia

Royal Conservatoire of Scotland dan WM Mann Foundation menawarkan beasiswa pascasarjana khusus mahasiswa Indonesia di bidang seni pertunjukan.


Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

20 Januari 2023

Karya gambar berjudul
Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.


Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

17 November 2022

Jadi Ketum LASQI, Gus Jazil Bertekad Gairahkan Kesenian Islami

Kesenian Islam di Indonesia memiliki potensi yang luar biasa besar


Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

27 Oktober 2022

Pemain teater Syahid berperan dalam teater bertajuk
Masyarakat Kesenian Jakarta Minta Rencana Acara Musyawarah Versi DKJ Dihentikan

Masyarakat Kesenian Jakarta (MKJ) menilai musyawarah yang akan dilakukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tidak sesuai dengan Pergub DKI