Meski begitu berduka, Kitaro baru bisa menangis dua hari kemudian setelah tsunami.
"Air mata saya tidak berhenti," kata Kitaro dalam siaran pers di kampus Universitas Indonesia, Depok, Rabu, (6/3).
Bagi Kitaro, yang pada saat tsunami berada di Amerika, alam adalah hal besar yang terkadang manusia tidak bisa melawan. "Waktu saya melihat bencana, otak saya agak aneh," tutur Kitaro.
Pada saat melihat berita tsunami, Kitaro mengatakan, ingatannya terbayang dengan pengalaman pribadi di tahun 2001. Ia menyebutnya sebagai pengalaman penuh trauma. "Saya berada di pesawat dan jatuh di Hawaii. Saya melihat pengalaman (tsunami) itu terjadi seperti trauma, seperti perasaan yang sama (dengan peristiwa pesawat jatuh)," ujar Kitaro.
Namun, Kitaro masih bisa bersyukur. Keluarganya selamat dari tsunami. "Keluarga saya untungnya ditemukan. Tapi penggemar saya banyak yang hilang oleh tsunami," kata Kitaro.
MUSTHOLIH