TEMPO Interaktif, Jakarta -Popularitas Mudji Sutrisno, SJ rupanya tak hanya berdenyut di dunia pemikiran, kebudayaan, atau spiritual semata. Ketekunannya menangkap suasana lewat gurat dan garis sketsa juga mendapat ruang pemujaan di kalangan penikmat seni rupa. Pada hari pertama pameran "Garis-Garis Sketsa" Mudji Sutrisno, SJ di Cemara 6 Galeri, Jalan HOS Cokroaminoto No. 9-11, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (17/3) malam, karyanya laris-manis.
Dari 134 sketsa yang dipamerkan dalam perhelatan yang dibuka Profesor Dr. Toeti Heraty itu, sekitar 25 persen terjual. Para pembeli adalah para pecinta dan kolektor seni rupa dalam dan luar negeri. "Hingga selesai pameran pada akhir bulan nanti, sangat mungkin semua sketsa Romo Mudji ludes terjual," kata Irawan Karseno, perupa yang turut mengelola Cemara 6 Galeri.
Mariza Hamid, salah seorang pembeli sketsa Mudji mengaku sangat terpukau coretan sang Romo sejak beberapa tahun silam. Dia sudah memiliki sebuah sketsa karya Mudji berjudul Solitude yang menghiasi kediamannya. Kini dia memborong beberapa sketsa lagi, diantaranya berjudul Bas San Paulo (Pedagang Jadi Sapu Pembersih - 2009) dan Menyusuri Sungai Tiber (Tapak demi setapak merenungi tiap kali Hyang tak tampak - 2009).
"Sketsa Romo Mudji membuat saya tenggelam dalam ruang sunyi nan damai. Sangat meditatif, membuat saya seperti kapas," kata Mariza Hamid. "Nuansa kontemplatif sketsa Romo membuat hidup saya ringan."
Mudji Sutrisno sendiri terlihat tulus meladeni semua pertanyaan pengunjung terkait proses penciptaan semua karyanya. "Lewat sketsa ini saya ingin berdialog dengan siapa saja lewat kesunyian hati," kata Mudji.
Karya yang dipamerkan merupakan catatan perjalanan ziarah Mudji ke berbagai tempat di dunia. Mulai Roma di Italia, desa-desa persawahan gandum di Prancis selatan, pedalaman Vietnam, hingga kawasan-kawasan suci di Kambodja. "Karya Mudji Sutrisno menarik dipamerkan karena secara teknis memang dahsyat," kata Chandra Johan, sang kurator. "Semua sketsa ini diciptakan dengan teknik seni rupa tingkat tinggi dan sepenuh hati."
DWIDJO U. MAKSUM