Isu Agama pada Kedua Film
Poster film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa. Foto: Instagram Hanung Bramantyo.
Poin yang cukup jelas dan bisa ditangkap bahkan tanpa memerlukan analisis yang lebih mendalam. Pembawaan isu agama di dalam film IAM bisa dikatakan tidak seterang-terangan film TIAB. Tokoh Kiran, seorang (mantan) santriwati yang mempertanyakan keyakinan serta agama yang ia anut dari premis film TIAB sudah cukup memperjelas garis pembeda. Dibandingkan dengan yang ada pada TIAB, framing “agamis” yang ditampilkan di dalam IAM tidak selantang dan seterang-terangan itu menyenggol oknum-oknum.
Menariknya, Hanung Bramantyo berhasil mengangkat dua isu yang sama-sama dekat dengan masyarakat kita. Sehingga, meskipun berbeda, tidak ada dari keduanya yang berujung kehilangan jati diri ketika sudah menjadi konsumsi publik.
Output Berdasarkan Konten Kedua Film
Poin ketiga yang membedakan dua film tersebut adalah output atau hasil, salah satunya, reaksi dari para penonton film. Meskipun keduanya sama-sama mampu menguras emosi penonton, tetapi didasari alasan yang berbeda.
Sebagaimana yang sudah disebutkan dalam poin kedua, tema utama dari film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa adalah mengenai keyakinan dipertanyakan dan agama ditentang, sehingga film ini berpotensi menghadirkan respons lebih ekstrem karena tingkat sensitivitas yang dihasilkan juga tinggi. Bahkan, di awal film dan trailer Hanung sudah memberikan peringatan yang berbunyi, “Peringatan keras: film ini berisikan konten sensitif yang akan membuat penonton merasa tersinggung dan terganggu.”
Pemotongan beberapa adegan dari draf asli hingga berakhir memiliki rating 17+ atau boleh ditonton oleh masyarakat dari usia 17 tahun ke atas juga menjadi salah satu tanda bahwa Hanung sudah berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir dampak berlebihan yang dapat ditimbulkan TIAB. Berbeda dengan Ipar adalah Maut yang tampaknya seperti berusaha sebisa mungkin memeras emosi penonton. Beruntungnya, Hanung berhasil melakukan hal tersebut dengan mulus melalui penempatan adegan yang rapi dan pengaturan laju cerita yang apik, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Poin ketiga dalam tulisan ini bukan penutup dari kemungkinan-kemungkinan yang dilahirkan kedua film karya Hanung yang layak untuk didiskusikan tersebut. Melalui dua film tersebut, Hanung kembali dan sama sekali tidak mengecewakan para penggemar film-film religi garapannya. Film Ipar Adalah Maut sudah bisa disaksikan di sinema-sinema terdekat mulai Kamis, 13 Juni 2024.
Pilihan Editor: Film Hanung Bramantyo yang Tayang Juni 2024