TEMPO Interaktif, Solo:Institut Seni Indonesia (ISI) Solo akan menggelar pementasan tari 24 jam non stop untuk memperingati Hari Tari Internasional Internasional, 29 April mendatang. Ratusan seniman, baik seniman tradisi dari berbagai daerah maupun seniman akademi sekolah seni bakal terlibat dalam pagelaran yang bertemakan 24 Jam Menari tersebut. Acara ini akan berlangsung Minggu (29/4) pukul 06.00 WIB hingga Senin (30/4) pukul 06.30 di kampus ISI Solo.Ketua Pelaksana Dwi Wahyudiarto mengatakan gagasan menari 24 jam non stop berasal dari Jurusan Tari ISI Surakarta untuk membuktikan dunia tari tetap eksis di jaman yang sudah berubah ini. Dia mengatakan dalam pagelaran tersebut akan dipentaskan 11 karya tari dari mahasiswa dan dosen Jurusan Tari ISI Solo, tiga karya mahasiswa pasca sarjana ISI Solo serta 29 29 karya dari berbagai komunitas seniman di seluruh Indonesia,Sajian tarinya pun akan beragam mulai dari tari Jawa, Bali, Minang, Sunda dan sebagainya. Guru besar ISI Solo, Prof Dr Pande Made Sukerta juga akan turut tampil. Menurut Dwi Wahyudiarto, seniman dari Aceh dan Irian juga sudah menyatakan untuk bergabung. "Komunitas tari dari orang asing seperti Amerika Serikat, Korea, Jepang, Thailand, Inggris dan Irlandia juga akan ambil bagian," kata dosen jurusan Tari ISI Solo ini.Hari Tari Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1982 oleh International Dance Community (IDC) sebuah lembaga di bawah International Teater Institut yang merupakan bagian dari Badan PBB Unesco. Tanggal 29 April dipilih sebagai penghargaan terhadap seniman balet asal Perancis Jean George Noverre, yang dilahirkan 29 April 1727 atas jasanya melakukan pembaharuan di dunia tari.Dalam konteks ke Indonesiaan, semangat pembaharuan itu juga membuat perubahan terhadapan perkembangan tari klasik, yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh seperti Tanda Kusuma (Pura mangkunegaran) Kusuma Kesawa (Keraton Surakarta), dan Gendhon Humardani (Pendiri ISI:ASKI Surakarta). "Dari mereka lah perkembangan sekaran atau vokabuler gerak semakin bervariasi," kata dosen ISI Wahyu Santosa Prabowo. Imron Rosyid