Perjalanan Manuskrip Sapardi Djoko Damono Jadi Buku Baru

Reporter

Jumat, 8 September 2017 23:00 WIB

Sapardi Djoko Damono. Dok.TEMPO/Iqbal Ichsan

TEMPO.CO, Jakarta -Penyair Sapardi Djoko Damono kembali meluncurkan buku terbaru bertajuk Manuskrip Sajak. Buku ini berisi sekitar 200 kumpulan manuskrip puisinya periode 1958 hingga 1970-an.


Sebelum mengenal mesin tik dan komputer, Sapardi Djoko Damono mengandalkan buku tulis bergaris sebagai tempat menuangkan ide menjadi sajak-sajak yang nantinya dikirimkan ke media massa atau dibukukan.


baca: Ingin Bisa Menulis? Simak Pengalaman Sapardi Djoko Damono


Biasanya manuskrip berujung di tempat sampah, apalagi yang sudah berusia puluhan tahun. Tapi Sapardi Djoko Damono secara tak sengaja terus menyimpannya.


"Ini kan sebenarnya sampah, tapi beliau (Indah) susun jadi buku yang sangat indah," seloroh Sapardi dalam peluncuran, Manuskrip Sajak, di Indonesia International Book Fair 2017, Kamis 7 September 2017.


Advertising
Advertising

Rupanya manuskrip itu bercampur dengan koleksi bukunya. Koleksi-koleksi ini selalu jadi prioritas setiap kali berpindah tempat tinggal. Maka manuskrip itu tidak tercecer meski rumahnya berpindah dari satu kota ke kota lain, mulai dari Solo, Madiun, Semarang hingga Jakarta.


Manuskrip itu terabaikan hingga akhirnya diabadikan dalam buku Manuskrip Sajak yang disusun desainer grafis, Indah Tjahjawulan. Sebelumnya, kumpulan manuskrip tersebut sempat dipamerkan di Makassar International Writers Festival Mei lalu.


Setelah diwujudkan dalam bentuk buku, Sapardi jadi lebih apik dalam menyimpan manuskrip-manuskrip yang jadi harta karun bagi para pencinta karyanya. "Setelah tahu begini ya saya simpan, nanti dicuri orang. Kalau mau beli boleh, Rp10 miliar," seloroh dia.


Sapardi mengenang masa-masa ketika ia masih rajin menulis sajak di buku bergaris. Saat akan dikirimkan ke penerbit, barulah dia pergi ke kantor ayahnya untuk meminjam mesin tik, kemudian mengirim hasil ketikan ke penerbit atau majalan.


Seiring perkembangan teknologi, tulisan tangannya yang khas miring ke arah kiri itu mulai diganti dengan ketikan di keyboard komputer.


Tidak ada lagi jejak-jejak manuskrip yang memperlihatkan perkembangan pola pikirnya sebagai penyair dari masa ke masa.


Namun, ketika ditanya mana yang dia pilih antara menulis tangan, mesin tik dan komputer, Sapardi Djoko Damono menjawab dengan tegas dan singkat. "Komputer!" ucapnya yang langsung menuai tawa dari para hadirin di di Indonesia International Book Fair 2017.


ANTARA

Berita terkait

Sastrawan Sapardi Djoko Darmono Masuk Rumah Sakit Sejak Juni 2020

19 Juli 2020

Sastrawan Sapardi Djoko Darmono Masuk Rumah Sakit Sejak Juni 2020

Sapardi Djoko Darmono, kata Tatyana, beberapa kali dirawat di rumah sakit untuk satu masalah yakni hemoglobin yang terus menurun.

Baca Selengkapnya

2 Aktor Kawakan Kesulitan Baca Naskah Sapardi Djoko Damono

22 Mei 2020

2 Aktor Kawakan Kesulitan Baca Naskah Sapardi Djoko Damono

Dua aktor senior, Slamet Rahardjo Djarot dan Nano Riantiarno kesulitan membaca naskah yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono.

Baca Selengkapnya

Kumpulan Sajak Hujan Bulan Juni Menjangkau Pembaca Tionghoa

2 November 2017

Kumpulan Sajak Hujan Bulan Juni Menjangkau Pembaca Tionghoa

Buku kumpulan puisis Hujan Bulan Juni Sapardi Djoko Damono diterjemahkan dalam bahasa Mandarin. Karya tersebut memperluas pasar pembaca puisi Sapardi

Baca Selengkapnya

Menulis, Cara Sapardi Djoko Damono Lawan Pikun

2 November 2017

Menulis, Cara Sapardi Djoko Damono Lawan Pikun

Agar tidak pikun, Sapardi Djoko Darmono terbiasa menulis pada pukul tiga pagi.

Baca Selengkapnya

Usai Difilmkan, Hujan Bulan Juni Diterjemahkan ke Bahasa Mandarin

2 November 2017

Usai Difilmkan, Hujan Bulan Juni Diterjemahkan ke Bahasa Mandarin

Kumpulan puisi dan cuplikan novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono diterbitkan dalam bahasa Mandarin

Baca Selengkapnya

Sapardi Djoko Damono Menulis Kala Sulit Tidur

1 November 2017

Sapardi Djoko Damono Menulis Kala Sulit Tidur

Sapardi Djoko Damono terbiasa menuliskan apa yang muncul di benaknya kala ia sulit tidur

Baca Selengkapnya

Alasan Mengapa Sapardi Pilih Jadi Penyair

8 September 2017

Alasan Mengapa Sapardi Pilih Jadi Penyair

"Saya tidak bisa jadi jenderal karena saya kurus, saya tidak


bisa macul karena saya tidak kuat," kata Sapardi Djoko Damono

Baca Selengkapnya

Ingin Bisa Menulis? Simak Pengalaman Sapardi Djoko Damono

24 Maret 2017

Ingin Bisa Menulis? Simak Pengalaman Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono telah menerbitkan sejumlah buku puisi, esai, fiksi, dan drama--asli dan terjemahan, sejak 1969.

Baca Selengkapnya

Gagal Terus Bikin Puisi, Akhirnya Slamet Rahardjo Cemburu

24 Maret 2017

Gagal Terus Bikin Puisi, Akhirnya Slamet Rahardjo Cemburu

Karya Sapardi yang paling disukai Slamet adalah puisi berjudul Berjalan Menuju Barat di Pagi Hari. Karena dia menceritakan alam yang adil, katanya.

Baca Selengkapnya

Tak Mau Pikun, Ini Trik Sapardi Djoko Damono

23 Maret 2017

Tak Mau Pikun, Ini Trik Sapardi Djoko Damono

Apa yang membuat Sapardi Djoko Damono terus menciptakan hasil karya tulisannya? Jawabannya ada di sini.

Baca Selengkapnya