Musisi Rival Himran Luncurkan Album MAN, Ini Resensinya
Editor
Muhammad Kelik Nugroho koran
Senin, 9 Januari 2017 23:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wartawan Tempo Dian Yuliastuti meresensi album Man karya Rival Himran yang mengusung genre reggae dengan lirik berbahasa Kaili di Koran Tempo Akhir Pekan, Sabtu, 7 Januari 2017. Berikut ulasannya.
Nemo / Kita ri sieye perapi do ante tupu/ Ane maria masala ,nemo raboli ri rara/ Nemo..nemo..nemo/ Kita ri seiye perapi doa ntre tupiu/ Ane temponamo mosimpoga nemo ma’asi ri rara/ Nemo..nemo..nemo
Inilah lirik lagu berjudul Nemo, salah satu lagu dalam mini album Man. Sepintas syair lagu-lagu dalam mini album ini seperti syair berbahasa asing. Semua akhiran adalah huruf vocal. Ternyata lirik dalam lagu-lagu ini bukan diimpor dari luar negeri apalagi sampai jauh, tetapi dari Palu, Sulawesi Tengah. Liriknya diambil dari Bahasa Kaili.
Rival Himran mantap menuangkan inspirasinya dalam mini album tersebut. Sebuah proyek pribadi untuk mengenalkan kampung halamannya di Palu, Sulawesi Tengah. Pria ini mengatakan ingin berbuat sesuatu untuk tanah kelahirannya, dengan bahasa dan kemasan musik. Dia ingin mengangkat kearifan lokal kampung halaman dan berharap suatu ketika album ini bisa menjadi genre baru di jalur musik reggae.
Pria berambut gimbal ini melantunkan lagu-lagu yang kental irama reggae dari lagu-lagu ciptaannya sendiri. Tetapi dari lima lagu pop reggae yang disajikan, terselip pula irama yang ngejazz. “Gue lebih seneng menyebutnya folk reggae,” ujar Rival melalui pesan singkat.
Man layak didengar dan dinikmati dalam suasana santai. Sayangnya tak ada lirik dan terjemahan yang menjelaskan arti lirik dalam album tersebut. Sehingga ini menyulitkan untuk mengerti artinya bagi pendengar yang tak mengerti bahasa itu. Namun bagi pria yang juga berduo musik dalam Pallo bersama Lessa ini, “biar orang tahu dan tersebar dulu bahasa Kaili tanpa repot mengetahui artinya.“
Jadi, para penikmat musik mini album yang bukan berasal dari Palu mungkin harus mengabaikan arti dari lirik. Nikmati saja nada dan irama lagu yang santai dan enak di kuping ini. “Dan bahasa Kaili semua kata di ujungnya berakhiran huruf vocal dan sangat enak dilantunkan jadi lagu hehe,” tuturnya.
Ia tak khawatir para penikmat musiknya akan mundur untuk menikmati lagunya hanya karena tak paham syair atau Bahasa Kaili. Baginya, mungkin saja para penggemarnya akan memahami rasa lagunya. Selama musiknya enak dinikmati, mungkin mereka bisa terbawa oleh rasa atau liriknya. “Mini album juga untuk test hearing orang-orang, jadi belum menyiapkan lirik. Alhamdulillah teman-teman banyak yang suka.”
Rival berjanji untuk memberikan penjelasan tentang lagu dan lirik-lirik lagu berbahasa Kaili pada album kompletnya. Rencananya album komplet dengan lebih banyak lagu akan diluncurkan pada Maret mendatang.
Dalam mini album Man ini, dia bekerja sama dengan Ridho Hafidz (gitaris Slank), Didit Saat, Masanies, Joan Sebastian. Untuk musik ada Estu Pradhana di keyboard, Disto Fendy Rizk di perkusi, Seffrino Ompy pada drum dan Aryos pada bass. Untuk membuat mini album ini, kata Rival, ia membutuhkan waktu setahun.
Rival lahir dan tumbuh di Palu, Sulawesi Tengah. Dia dikenal sebagai pemetik bass Steven &Coconut Treez. Grup ini terkenal dengan tembang Welcome to My Paradise. Saat kelompok ini vakum, Rival membentuk duo grup, Pallo bersama Lesa. Pallo adalah panggilan Rival masa kecil. Duo Pallo meluncurkan album Life Goes On (2009), mini album P.I.S.S, dan Wortel & Brokoli (2014).
Rival Himran juga pernah bergabung dalam grup Free On Saturday yang mengeluarkan album Self tittled (2011) dan Gravity (2014). Grup ini mengusung genre musik rock and roll dan pernah mewakili Indonesia di Hyde Park, London, Inggris. *