TEMPO Interaktif, Jakarta:Nasib sial menghampiri Sean Jones (Nathan Phillips) saat tengah berlibur di Hawaii. Ketika sedang asyik bersepeda, ia tanpa sengaja menjadi saksi mata pembunuhan jaksa yang dilakukan kepala mafia asal Los Angeles, Eddie Kim (Byron Lawson). Kesaksian Jones terhadap kasus itu tentu saja sangat penting.Sebelum terjadi hal-hal tidak diinginkan, termasuk adanya usaha pembunuhan terhadap Jones oleh Kim, pihak FBI, yang diwakili Neville Flynn (Samuel L Jackson), segera memboyong Jones ke Los Angeles dengan pesawat tengah malam Boeing 747-400.Tapi Kim tidak tinggal diam. Ia berusaha menyingkirkan Jones, sang saksi itu, dengan menyebarkan ratusan ular di pesawat komersial itu. Ular-ular dari berbagai jenis di seluruh dunia ini sebelumnya telah diberi feromon, zat yang mampu meningkatkan agresivitas mereka.Tentu saja seperti yang terbayang dari judul film ini, Snakes on a Plane, ular-ular itu pun berpesta-pora di atas pesawat yang tengah terbang. Sepasang kekasih yang tengah berkencan di toilet pun menjadi korban pertama. Serbuan ular-ular ini pun tak kurang membunuh kedua pilot pesawat dan puluhan penumpang.Flynn, Jones, dan pramugari Claire Miller--diperankan oleh Julianna Margulies--pun bahu-membahu bersama penumpang yang tersisa untuk bertahan hidup. Sebab, ular-ular tersebut tak hanya membunuh para penumpang, tapi juga merusak sistem di dalam pesawat. Apalagi tak ada pilot lain yang bisa diandalkan.Cerita film yang sedang diputar di bioskop Cineplex 21 ini berawal saat David Dalessandro, salah seorang penulis naskah film ini, membaca tentang ular Indonesia yang berhasil masuk ke pesawat saat Perang Dunia II. Ide membuat film itu pun gayung bersambut. Ia kemudian bekerja sama dengan John Heffernen dan Sheldon Turner membuat naskah.Untuk membuat film ini, dibutuhkan sekitar 450 ekor ular dari 25 spesies, di antaranya ular derik, ular susu, dan si raja ular, king cobra. Namun, dua per tiga dari ular itu hanyalah animasi komputer. Sehingga bukannya menakutkan, penampakan para ular itu justru menggelikan, seperti melihat ular karet yang digerakkan.Sayangnya, meski begitu dinanti dan menjadi bahan pembicaraan di berbagai situs dan blog Internet, film ini hanyalah sebuah film laga biasa. Tak ada orisinalitas atau sesuatu yang baru dalam film besutan David R. Ellis ini.Ellis mengalami kesulitan dalam menggabungkan semua materi yang ada secara segera dan meyakinkan. Selain itu, Ellis menghilangkan kesempatannya sendiri untuk mengarahkan film ini keluar dari hal-hal klise.Permainan pemeran utama Samuel L. Jackson yang telah ditunggu-tunggu para penggemarnya pun tak seperti diharapkan. Mimik muka dan ekspresi tubuhnya datar-datar saja, bahkan cenderung membosankan.SITA PLANASARI A