TEMPO.CO, Jakarta – Penyanyi dangdut Ratna Kumalasari atau Ratna Pandita melaporkan sebuah klinik kecantikan di bilangan Senayan, Jakarta Selatan, ke Polda Metro Jaya pada 18 November 2016. Dia menggandeng pengacara Hendry Indraguna dan Ronny Sapulette, pengacara yang menangani korban pencabulan anak di bawah umur oleh Gatot Brajamusti, untuk mengawal proses hukumnya.
Pelaporan ini bermula dari keinginan Ratna untuk bisa memiliki hidung mancung, yang malah berbuntut petaka. Bukan hidung mancung yang diperoleh, melainkan malah wajah bengkak.
Ratna menuturkan, sekitar tiga bulan yang lalu, dia mendatangi sebuah klinik kecantikan yang berlokasi di bilangan Senayan itu. Ia mengaku biaya yang harus dikeluarkan untuk pertama cukup banyak. Namun, kata dia, hidungnya malah rusak dan area wajahnya membengkak dan sakit di bagian kepala.
Akibat kejadian tersebut, Ratna harus menjalani proses pemulihan dan perawatan di klinik yang sama. Anak buah Annisa Bahar itu pun mengaku kecewa. Sebab, ia merasa rugi karena proses penyembuhannya memakan waktu cukup lama.
”Pengobatannya memang dibantu sama dokternya, tapi di klinik yang sama. Saya minta pemulihannya keluar negeri tidak dikasih,” ujar Ratna, seperti dikutip Tabloidbintang.com, Selasa, 13 Desember 2016.
Akibat kejadian itu, Ratna mengaku harus menanggung sejumlah kerugian. Bukan hanya biaya yang sudah dikeluarkan untuk mempercantik diri, tapi juga pembatalan sejumlah kontrak manggung. Dia bahkan dituntut ganti rugi lantaran gagal manggung hingga Rp 500 juta.
Meski telah menjalani proses pemulihan, Ratna mengaku hingga saat ini masih merasakan dampaknya. “Biasanya proses pemulihannya sekitar 2 minggu tapi ini sampai sekarang sudah mau 3 bulan masih sakit. Kemarin masih sempat bernanah. Kepala bagian belakang juga masih sakit,” kata Ratna Pandita saat ditemui di bilangan SCBD, Sudirman, Jakarta Selatan.
