Wayang Prancis, Mantra Senyawa dan Kritik Sosial Seniman

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 30 April 2016 12:23 WIB

Pertunjukan wayang Prancis di Yogyakarta membuka Festival Seni Prancis-Indonesia, 28 April-11 Juni 2016. (TEMPO/Shinta Maharani)

TEMPO.CO, Yogyakarta - Citraan rakyat jelata berdemonstrasi, menari-nari di langit malam. Beraneka gambar tentang kritik sosial hinggap di tubuh wayang layang jumbo berbentuk burung. L’Oiseau, burung Prancis terbang bersama balon-balon berisikan helium. Wayang layang itu ciptaan Anne Bitran, sutradara Kelompok teater kontemporer asal Prancis, Les Rémouleurs. Empat dalang dari Prancis dan Indonesia memainkannya selama satu jam lebih di halaman Jogja National Museum.

Pertunjukan itu sekaligus membuka acara Printemps Francais 2016, Festival Seni Prancis-Indonesia, yang bertujuan menjalin persaudaraan Indonesia dan Prancis. Serangkaian acara berlangsung 28 April-11 Juni 2016 di sejumlah kota di Indonesia. Kolaborasi apik kelompok teater kontemporer asal Prancis, Les Rémouleurs, seniman Indonesia memukau pentonton yang berjubel.

Karya-karya seniman berupa lukisan dan drawing ditembakkan melalui proyektor pada tubuh wayang. Tengoklah gambar wayang kertas berkarkater demonstran yang dibuat Herry Dim. Gambar orang berdemonstrasi itu merupakan karya baru yang Herry siapkan khusus untuk pertunjukan ini.

Ada pula gambar hitam putih dengan teknik cukil kayu karya Bob Marjinal yang bicara tentang orang-orang marjinal. Gambar berobyek petani dan buruh bertuliskan rakyat biasa. Karya lainnya rakus tanpa nurani. Seorang perempuan mengangkat tangan, seperti orang sedang berorasi. Di bawah gambar itu terdapat tulisan sekolah. Lukisan Heri Dono yang kental dengan figur-figur wayang kontemporer dan drawing karya Gepeng Dewantoro ikut meramaikan wayang layang. “Semua karya itu dipilih sesuai dengan tema tiap babak pertunjukan,” kata Herry kepada Tempo.

Konsep pertunjukan malam itu adalah teater boneka yang berpadu dengan visual lukisan, drawing yang diiringi permainan kelompok musik etnis kontemporer, Senyawa. Kelompok itu memainkan alat musik berbahan bambu ciptaan anggotanya, Wukir Suryadi. Tak ada lirik lagu yang mereka bawakan. Hanya ada suara burung, binatang lainnya, dan orang yang merapal mantra. Vokalis grup musik Senyawa, Rully Shabara sama sekali tak memunculkan lirik lagu. “Vokal bukan sekadar pelengkap permainan instrumen musik atau sebaliknya. Tapi, keduanya menyatu,” kata Rully.

Musik berpadu dengan wayang yang melayang dan meliuk-liuk. Wayang itu dibuat sangat elastis sehingga ketika dimainkan dalang, bisa menghasilkan beragam bentuk. Ada bentuk kipas dan burung dengan paruhnya yang terjun ke bumi.

Ada empat bab dalam pertunjukan itu. Pertama tentang pembelajaran, yakni bagaimana manusia menafsirkan dan membaca dunia. Bab dua ihwal manusia yang saling berbagi pengetahuan atau ada dialog. Selanjutnya bicara tentang kebebasan berpendapat atau protes. Orang bebas untuk berpendapat dan menyatakan tidak setuju. Bab terakhir bercerita tentang imajinasi atau kreativitas. Anne Bitran, sang sutradara menekankan terbatasnya akses pendidikan dan pentingnya peran seni untuk menyelesaikan masalah itu.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

IFI dan Goethe Institut Bandung Gelar Pameran Material Identities Karya 4 Desainer

29 Oktober 2023

IFI dan Goethe Institut Bandung Gelar Pameran Material Identities Karya 4 Desainer

Pameran yang merupakan hasil program residensi selama dua bulan di Bandung itu menampikan kekaryaan Deborah Ram Mozes dan Regina Dyani dari Bandung.

Baca Selengkapnya

Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

20 November 2021

Cerita Wayang Kulit Indonesia yang Digemari di Luar Negeri

Wayang kulit merupakan salah satu karya adiluhung Indonesia telah diakui oleh UNESCO melalui penetapan resmi pada 2003.

Baca Selengkapnya

Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

21 Januari 2019

Jadi Hiburan, Wayang Potehi pun Digelar dengan Guyonan ala Jawa

Wayang potehi dipentaskan pada 20-21 Januari dalam perayaan ulang tahun Hok Tek Ceng Sin, atau Dewa Bumi untuk kemakmuran dan jasa.

Baca Selengkapnya

Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

11 November 2018

Pesan di Balik Cerita Wayang Kulit pada Ulang Tahun ke-7 NasDem

Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk ini digelar pada hari ke-2 perayaan ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

11 November 2018

Ulang Tahun NasDem ke-7 Diwarnai Pertunjukan Wayang Kulit

Acara ulang tahun NasDem di Karanganyar, Jawa Tengah, akan ditutup dengan pembekalan calon legislatif partai di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

27 Januari 2018

Dalang Favorit Jokowi Meriahkan Pagelaran Wayang di Ultah PDIP

Menurut panitia acara pagelaran wayang, Ki Purwo Asmoro yang tampil di acara ulang tahun PDIP ini adalah dalang favorit Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

27 Januari 2018

Megawati Soekarnoputri Hadiri Pagelaran Wayang di Tugu Proklamasi

Megawati mulai menyukai wayang sejak kecil karena ayahnya, Presiden RI ke-1 Soekarno kerap menggelar pertunjukan wayang di Istana.

Baca Selengkapnya

Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

11 November 2017

Wayang Kulit Ambil Bagian dalam Festival Europalia di Belgia

Wayang kulit menjadi salah satu benda seni yang dipamerkan dalam rangkaian Festival Europalia Indonesia di museum Kota Binche.

Baca Selengkapnya

Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

26 September 2017

Ada Wayang Kulit dalam Star Trek: Discovery, Karakter Siapa?

Ada wayang kulit dalam serial televisi Star Trek: Discovery episode terbaru yang tayang pada akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya

PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

7 Juli 2017

PT KAI Sumbang Wayang Orang Sriwedari Solo Uang Rp 223 Juta

Pada Maret lalu, PT KAI juga menyerahkan bantuan senilai Rp 150 juta untuk gedung kesenian itu.

Baca Selengkapnya