Instalasi Mie Instan, Refleksi Manusia Modern

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Senin, 14 Maret 2016 23:00 WIB

Sushi dengan tiruan lukisan "Gadis Vermeer dengan Anting Mutiara" dan mie instan. Chef Tama-chan menggunakan pewarna makanan, kecap, dan wasabi untuk membuat kreasi 'makizushi' atau sushi gulungnya. Dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - TERKADANG para seniman dapat menemukan inspirasi dari hal-hal sederhana yang ada di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dari seporsi mie instan.Ya, siapa sangka makanan yang populer di Indonesia itu dapat menjadi ide dibalik sebuah karya brilian?



Mie instan merefleksikan pola kehidupan manusia modern, yang ingin segala sesuatunya terjadi secara cepat dan mudah. Budaya Apa-apa maunya instan itu pula yang menjadikan konsumsi mie instan di Tanah Air hampir menyamai nasi sebagai makanan pokok.


Berangkat dari fenomena sosial tersebut, kurator muda komunitas Makmur Project Arga Aditya menghelat pameran seni rupa bertajuk Mie Kirin Indonesia, yang merupakan kolaborasi dari enam seniman muda asal Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Jogja.


Pameran yang dihelat di House of Sampoerna, Surabaya itu kental akan nafas pesimisme dan sinisme terhadap budaya instan tersebut. Semuanya diramu ke dalam 11 karya artistik, baik berbentuk lukisan, desain grafis, maupun instalasi penuh warna.


Salah satu karya yang dipamerkan adalah Survivor, karya Danni Febriana. Lukisan dari charcoal di atas kanvas itu menggambarkan potongan tubuh seorang lelaki gagah, yang berdiri hening di antara bulu putih halus yang beterbangan.


Advertising
Advertising

Menurut Danni, karyanya merefleksikan tingkat konsumsi mie instan yang begitu tinggi di Indonesia, sehingga masyarakatnya terus menjadi korban ketergantungan derasnya arus impor pangan, khususnya gandum.


"Bagaimanapun, manusia adalah pelaku sekaligus korban. Permintaan atas gandum tidak akan begitu meningkat apabila masyarakatnya tidak konsumtif. Keadaan itulah yang membuat masyarakat Indonesia ketergantungan impor pangan," jelasnya.


Lebih lanjut, dia melihat impor gandumyang merupakan bahan dasar mie instansebagai sesuatu yang membuai lembut bagaikan bulu putih, tetapi terus menghujam tubuh manusia. Namun, sampai kapan manusia tersebut akan terus bertahan?


Tumpah ruahnya pencitraan dari dinding layar televisi memang sangat menggiurkan bagi masyarakat konsumtif. Media seakan menjadi pusat keyakinan baru bagi masyakarakt global. Mereka pun turut menjadi promotor kebutuhan produk mie instan di Indonesia.


Karya lainnya adalahToo Easy to Be Hard, Its You? Milik Dien Firmansyah. Karya ini bercerita tentang pemuda masa kini yang terbuai dengan banyaknya kemudahan, yang menghipnotis banyak orang menjadi pecandu barang-barang instan.


Ada juga karya Replika Altar dari Ragil Surya, yang merupakan sebuah instalasi berbentuk altar sebagai gambaran fenomena konsumtif yang semakin jauh dari logika. Karya ini mengajak penikmatnya untuk menciptakan ruang renung guna melepas nafsu duniawi.


"Saya inign mengajak orang-orang untuk menciptakan ruang tenangnya kembali. Ruang ini menjadi simbol rasa syukur atas limpahan kekayaan hasil bumi Indonesia, sekaligus otokritik tentang suburnya impor gandum di negara ini," tegas Ragil.


Dia pun menyangkutkan karyanya dengan pendekatan sejarah, di mana mie instan dianggapnya sebagai buah yang dilahirkan dan dibangun demi kepentingan politik proyek pangan semasa orde baru.


Karya-karya lainnya yang tidak kalah kritis adalah Disturbing Picture dari Muchlis Fahri,Tuntutlah Ilmu Sampai ke Negeri China dari Byba Dolby S., serta Biasa dari Devy Ika N, yang kesemuanya menggambarkan pola konsumtif masyarakat Indonesia.


Tidak hanya mengkritik, para seniman tersebut juga berupaya memberikan solusi mereka dalam bentuk karya. Selain itu, mereka juga membentuk ruang komunikasi dengan warga dan pengunjung selama pameran berlangsung sepanjang 4-26 Maret.


Melalui karya-karyanya, mereka ingin mengajak masyarakat untuk meningkatkan penggunaan bahan pangan lokal, seperti beras, ketela, dan singkong dalam kehidupan sehari-hari.


Proyek ini dibentuk pada Agustus 2015 dan dipelopori berbagai seniman, akuntan, dan kurator. Tujuannya untuk mengulas berbagai fakta menarik dibalik fenomena populer masyarakat Indonesia, kata sang penggagas, Arga Aditya.


Selain itu, pameran tersebut juga merupakan perwujudan kepedulian generasi muda terhadap bangsanya sendiri. Setiap proyek yang diangkat melalui tahap observasi dari semua pihak yang terlibat, sebelum akhirnya dipresentasikan dalam bentuk pameran seni rupa.



BISNIS

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

34 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

41 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya