Peduli Budaya Betawi, Mandra: Pemerintah Kurang Perhatian  

Reporter

Minggu, 6 Maret 2016 12:13 WIB

Mandra Naih berpose memamerkan batu akiknya sebelum mengikuti sidang dengan agenda tuntutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, 23 November 2015. Direktur Utama PT Viandra Production itu mendapat dukungan dari ratusan pecinta batu akik Pandan yang tergabung dalam Komunitas Pandan Lovers. ANTARA/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Seniman Betawi, Mandra Naih, merasa prihatin dengan kebudayaan Betawi yang semakin pudar. Untuk mengembalikan kegairahan budaya Betawi, menurut dia, tak bisa lepas dari dukungan pemerintah daerah.

Mandra mengatakan kekhawatiran terkikisnya budaya Betawi sudah terjadi sejak 1990-an. Saat itu banyak kebudayaan Betawi yang mulai tercampur dengan budaya lain. "Saya prihatin karena budaya Betawi sangat tidak ada perhatian, bukan hanya SDM, tapi juga kurangnya peran pemerintah," ucap Mandra dalam diskusi “Tantangan Budaya Betawi Hadapi Arus Liberalisasi Global” di WarunKomando, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad, 7 Maret 2016.

Saat ini budaya Betawi, menurut Mandra, menjadi tamu di daerahnya sendiri. Diakui, pada zaman dulu saat ada acara, biasanya disajikan kesenian Betawi. Namun kini budaya Betawi justru semakin kendur. Dalam acara-acara budaya Betawi, biasanya yang diterapkan hanyalah cangkangnya, seperti penggunaan pakaian Betawi dan ondel-ondel.

"Dulu seniman Betawi suka manggung dari hotel ke hotel. Setiap pejabat yang datang disambut dengan kesenian. Kalau sekarang, paling pakaian saja sama disambut ondel-ondel," tutur Mandra.

Baca: Begini Aksi Isyana Sarasvati di Panggung Java Jazz

Menurut Mandra, peran serta pemerintah dalam mengembangkan seni dan budaya merupakan kewajiban. Apalagi pemerintah sebenarnya memiliki anggaran yang disalurkan melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. "Siapa pun yang menjadi kepala daerah Jakarta, kalau dia peduli, budaya Betawi jangan cuma dijadiin bak sampah."

Pemerintah seharusnya memberi ruang kebudayaan untuk berkembang. Salah satunya dengan memberi kesempatan tampil di depan umum. Misalnya untuk menyambut tamu, baik dari lokal dan mancanegara, sehingga bisa dikenal. Dengan diberikan kesempatan seperti ini, diharapkan kesenian dan budaya Betawi tidak punah.

Sejarawan Betawi, JJ Rizal, mengatakan berkembangnya kebudayaan Betawi tak lepas dari dukungan Gubernur DKI Jakarta kesembilan, Ali Sadikin. Ali berperan penting dalam menemukan identitas Betawi. Pada akhir 1970-an, Ali mengajak diskusi para masyarakat untuk mencari tahu apa sebenarnya budaya dan seni Betawi.

Perhatian yang diberikan Ali, menurut Rizal, telah membuat berkembangnya organisasi masyarakat Betawi. "Pada 1922, awalnya ada perkumpulan memakai nama Betawi. Lalu, setelah 1940, enggak ada lagi. Baru setelah 1970-an, ada lagi."

MAWARDAH NUR HANIFIYANI




Berita terkait

59 Tahun Mandra: Seniman Topeng yang Tembus Layar Lebar dan Sinetron

7 jam lalu

59 Tahun Mandra: Seniman Topeng yang Tembus Layar Lebar dan Sinetron

Sebelum menjadi bintang sinetron, Mandra adalah seorang seniman tradisional. Kemampuan aktingnya diasah dalam seni topeng Betawi.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

8 hari lalu

Bamsoet Dukung Rencana Touring Kebudayaan

Bamsoet mendukung rencana touring kebudayaan bertajuk "Borobudur to Berlin. Global Cultural Journey: Spreading Tolerance and Peace".

Baca Selengkapnya

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

12 hari lalu

Ingin Jadi Pusat Seni dan Budaya, Hong Kong Dirikan Museum Sastra

Museum Sasta Hong Kong akan dibuka pada Juni

Baca Selengkapnya

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

21 hari lalu

63 Tahun Bank DKI, Profil Bank Peraih The Best Performance Bank untuk Kategori BPD 2023

Bank DKI merupakan bank yang memiliki status BUMD. Didirikan sejak 11 April 1961, kepemilikan saham Bank DKI dipegang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

48 hari lalu

Indonesia dan Jerman Sepakat Tingkatkan Kerja Sama Budaya

Indonesia dan Jerman menandatangani Pernyataan Kehendak Bersama untuk meningkatkan dan mempromosikan hubungan budaya kedua negara.

Baca Selengkapnya

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

55 hari lalu

3 Tradisi Unik Jelang Ramadan di Semarang dan Yogyakarta

Menjelang Ramadan, masyarakat di sejumlah daerah kerap melakukan berbagai tradisi unik.

Baca Selengkapnya

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

57 hari lalu

Uji Coba Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta, Bagaimana Mekanismenya?

Bagaimana mekanisme penerapan tiket berbasis akun atau Account Based Ticketing di MRT, LRT, dan Transjakarta?

Baca Selengkapnya

Begini Cara Kerja TPS 3R yang Mampu Mengolah 50 Ton Sampah Per Hari

16 Februari 2024

Begini Cara Kerja TPS 3R yang Mampu Mengolah 50 Ton Sampah Per Hari

Pengolahan sampah berbasis reduce-reuse-recycle atau yang populer disebut TPS 3R bisa mengolah sekitar 50 ton sampah per hari.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

5 Februari 2024

Terkini: Anies dan Ganjar Kompak Sindir Politisasi Bansos di Depan Prabowo, Ide BUMN Jadi Koperasi Pengamat Sebut Pernyataannya Dipelintir

Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan kompak menyindir politisasi bantuan sosial atau Bansos di depan Prabowo Subianto dalam debat Capres terakhir.

Baca Selengkapnya

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

5 Februari 2024

Prabowo Janjikan Dana Abadi Budaya, RI Sudah Punya Anggaran Rp 2 Triliun di APBN

Segini besar anggaran dana abadi budaya yang sudah dikantongi Kementerian Keuangan sebelumnya.

Baca Selengkapnya