Tadarrus Sastra untuk Melantunkan Syair-syair

Reporter

Minggu, 12 Juli 2015 04:09 WIB

Ilustrasi. AP/Mohammed Ballas

TEMPO.CO , Makassar:Judul puisinya rada nyeleneh: Salat Khusyuk dalam Vaginamu, Kekasihku. Puisinya itu dibacakannya sekaligus memecah keheningan ruang malam yang semakin larut. Berambut gondrong dan sambil mengisap rokok, dia sosok lelaki yang sedang mabuk kehidupan, bukan alkohol.

“Puisi ini bercerita tentang Tuhan sebagai kekasih, di mana bentuknya dekat di bumi, bukan di langit,” ucap M. Kurniadi Asmi, pembaca sekaligus pencipta puisi itu.

Kurniadi dan puisinya itu didapuk sebagai pembuka Tadarrus Sastra yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Seni Budaya eSA, Universitas Islam Negeri Alauddin, di Baruga Syekh Yusuf, Balai Diklat Keagamaan Alauddin, Sabtu malam lalu, 4 Juli 2015.

Kegiatan yang mengangkat tema Tha Sin Mim atau Ketukan-ketukan Sunyi itu menghadirkan empat pembicara, yakni dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Alwy Rachman; penyair dan sastrawan M. Aan Mansyur; dosen Filsafat UIN Alauddin, M. Sabri A.R.; serta Quraisy Matthar yang juga dosen UIN Alauddin.

Perbincangan malam itu dimulai oleh Sabri yang menguraikan tentang tradisi Islam yang bergerak lambat. Menurut dia, substansi sulit ditemukan jika sesuatu bergerak cepat dan instan. Sedangkan Al-Quran itu sendiri menyingkap makna terdalam dari sebuah teks. “Ayat-ayatnya putus dan sunyi,” ucap dia.

Meski begitu, dia menambahkan, makna dari teks Al-Quran ini tidak boleh dibiarkan mengendap. “Tapi harus bisa didiskusikan dan ditafsirkan.”

Aan lalu mengungkap pemaknaannya terhadap sebuah kesunyian dengan cara yang berbeda. Bagi Aan, kesunyian adalah bagian dari hidupnya. Sebagai penulis pun ia mengakui bahwa nuansa sunyi menjadi bagian yang sering dihadirkan dalam karya yang dihasilkan. “Untuk menulis karya sastra, saya akan memilih berdiam dan mengunci diri dalam kamar,” kata dia.
<!--more-->
Malam itu, Aan juga bercerita tentang bagaimana ia menjalani kesunyian komunikasi dalam keluarga. “Saat kecil, saya sering kebingungan menyampaikan keinginan saya kepada ibu. Sebagai solusinya, saya menuliskan keinginan itu lewat surat, kadang-kadang dalam bentuk puisi.”

Menurut pustakawan Katakerja itu, manusia membutuhkan ruang sunyi untuk bisa menyimak diri sendiri dan puisi merupakan satu cara menyampaikan hasil penyimakan terhadap diri. Puisi, menurut dia, lahir dari ruang sunyi, ruang di mana manusia merefleksikan diri dan kehidupannya yang dituangkan dalam bentuk bahasa.

Sedikit berbeda dengan pengalaman dan laku Aan, Alwy Rachman mengatakan manusia pada dasarnya takut akan kesunyian dan kesepian. Manusia mengobati ketakutan itu dengan membentuk kelompok-kelompok.

Ia memberikan contoh sosok Nabi Muhammad. Seperti tercatat dalam sejarah, Muhammad adalah nabi yang tidak sempat melihat sosok ayahnya. Ketika Nabi masih bayi, ibunya juga telah tiada. “Bagaimana sosok ini kemudian menjadi begitu luar biasa berjuang menyebarkan pesan-pesan kebajikan dengan melewati keyatiman dan kesepiannya,” kata Alwy.

Kisah Nabi Muhammad sekaligus bukti nyata kesunyian adalah bagian dari sejarah perjalanan manusia. Kesunyian, kata Alwy lagi, sudah dialami manusia sejak berada dalam rahim ibunya dan akan berakhir di kuburan. “Jadi manusia pada dasarnya sudah yatim atau sendiri, ini bisa dilihat melalui sidik jari manusia tak ada yang sama.”

Alwy juga menuturkan, sebuah pencarian makna nurani senantiasa melalui proses mistifikasi. Alam disebutnya menyimpan begitu banyak makna kode ilahi yang masih penuh misteri dan terus berusaha diterjemahkan manusia. “Seperti Al-Quran yang memakai bahasa langit dan itu perlu dipahami maknanya.”

Adapun Quraisy menyatakan ada perpaduan antara unsur agama dan budaya dalam melahirkan karya-karya sastra. Al-Quran, dia menjelaskan, punya cara menyampaikan sesuatu yang erotis, yakni urusan persetubuhan dengan bahasa yang halus. “Tidak ada kata zakar dalam kitab Al-Quran. Kitab ini memakai bahasa langit dan itu butuh penafsiran,” kata Quraisy menjawab pertanyaan Sarsin, salah satu peserta Tadarrus Sastra.
<!--more-->
Ketua Panitia Tadarrus Sastra, Ahmad Idham Al-Ghazali, mengatakan Tadarrus Sastra adalah sebuah proses kreatif untuk melantunkan syair-syair sastra—seperti halnya dalam Islam, ada tadarus ayat-ayat suci. Karya-karya sastra itu kemudian didiskusikan secara lebih mendalam. “Kali ini kami fokus pada tema Ketukan-ketukan Sunyi untuk digali lebih mendalam lewat diskusi,” kata Idham.

Idham menjelaskan, tema itu dipilih karena menganggap kesejatian diri akan bisa didapatkan dalam kesunyian. Karya-karya seperti puisi, novel, disebutkannya pula, tidak jarang lahir dari kesunyian yang mampu ditangkap dan dilukiskan oleh para sastrawan. ”Acara Tadarrus Sastra sendiri adalah cara untuk menghidupkan kembali kecintaan terhadap syair-syair puisi dan pemahaman mendalam terhadap makna kesunyian dalam sastra.”

Setelah berbincang tentang kesunyian, acara dilanjutkan dengan melantunkan syair-syair puisi yang dibacakan sambung-menyambung. Puisi-puisi yang dibacakan adalah karya-karya yang terangkum dalam buku Serangkai Bunyi Sunyi, antologi puisi yang berisi 169 karya anggota eSA.

MUHCLIS ABDUH | IRMAWATI

Berita terkait

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

21 Februari 2024

Bank BJB dan Unpar Dukung UMKM Berkelanjutan

Bank bjb dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) berkolaborasi dalam seminar bertajuk "Riset Pasar: Berdayakan Lokal, Bisnis Mengglobal" untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat memiliki bisnis yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

29 November 2023

Bamsoet Buka Seminar dan Uji Kompetensi Ikatan Motor Indonesia (IMI) II-2023

Bambang Soesatyo membuka Seminar dan Uji Kompetensi IMI II-2023 bagi Pelaksana dan Penyelenggara Olahraga Kendaraan Bermotor. Diikuti 296 peserta

Baca Selengkapnya

Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

22 September 2023

Taylor Swift Jadi Topik Pembahasan Seminar Akademis Berjudul Swiftposium

Pengaruh Taylor Swift sebagai ikon pop menjadikan popularitas dan karyanya sebagai pembahasan seminar akademis

Baca Selengkapnya

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

14 September 2023

Seminar Implementasi Proper PKN II, Sekda Hana Sangat Dukung Gustaf Griapon

Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura menjadi mentor pada Seminar Implementasi Proyek Perubahan PKN Tingkat II Angkatan XXX

Baca Selengkapnya

PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

28 Juli 2023

PT EMLI Gelar Seminar untuk Industri Manufaktur di Batam

PT ExxonMobil Lubricants Indonesia (EMLI) kembali menggelar kegiatan bertajuk Mobil Nationwide General Manufacture Seminar di wilayah Batam.

Baca Selengkapnya

Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

21 Juli 2023

Hari Anak Nasional, Ajak Keluarga Tingkatkan Ilmu Parenting

Good Doctor bekerja sama dengan Jakarta Escape Citypark gelar seminar parenting mengenai pola hidup sehat pada perayaan Hari Anak Nasional 2023.

Baca Selengkapnya

Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember 2022

Cerita di Balik Hari Sejarah Nasional Setiap 14 Desember

14 Desember sebagai Hari Sejarah Nasional merujuk pada tanggal dimulainya Seminar Sejarah Nasional 1957 di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

15 November 2022

Mas Dhito Gelar Seminar Kebangsaan untuk Milenial

Pemkab Kediri berupaya menyiapkan kaum milenial siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

Baca Selengkapnya

Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

4 September 2022

Seminar Huawei di SUTD Hubungkan Talenta Digital ASEAN dan Singapura

Seminar Huawei itu bertujuan membantu peserta mempelajari pengembangan karir di masa depan di bidang teknologi, serta mendorong kewirausahaan.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

20 Juni 2022

Anies Baswedan Bicara Integrasi Nasional di Seminar APPSI Bengkulu

Anies Baswedan membuka acara Seminar Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia di Gedung Raya Semarak, Bengkulu.

Baca Selengkapnya