Kisah Rajah di Penjara Banceuy

Reporter

Minggu, 21 Juni 2015 06:49 WIB

Ilustrasi tato. Ibtimes.com

TEMPO.CO , Jakarta:Puluhan gambar narapidana Lembaga Pemasyarakatan Banceuy, Bandung, terpasang di tembok dengan beragam tema. Ada yang menggambar gurita dan tengkorak, beberapa membuat gambar daun ganja, bong sabu, serta masjid, area penjara, juga kaligrafi kalimat mutiara.

Seluruhnya ada 53 gambar dengan tiap kertas berukuran 29,7 x 21 sentimeter dari 10 orang napi yang diberi judul; From Banceuy with Love. Karya tersebut dikumpulkan Panca Dwinandhika Zen alias Panca DZ, dan menjadi salah satu bagian dari pameran tunggalnya yang berjudul Bless This Block di galeri Platform 3, Bandung.

Total ada tujuh karya, enam di antaranya buatan sendiri, yang dipamerkannya sejak 29 Mei hingga 26 Juni 2015. Inspirasi pamerannya itu berasal dari tato atau rajah para kriminal. Seniman rajah sejak 2011 yang juga menggambar untuk beberapa pameran tersebut, mengaku tertarik dengan rajah para pelaku kriminalitas setelah sempat mendalami teknik, sejarah, dan makna rajah serta ornamen tradisional di Indonesia.

Riset tersebut dilakoninya saat tingkat akhir kuliah hingga lulus dari Program Studi Desain Produk ITB 2009. Kesempatan untuk melihat dan mempelajari langsung rajah di tubuh narapidana itu, terbuka saat Panca menjadi relawan dari Rumah Cemara yang menawarkan program terapi seni di penjara sejak 2014. "Tujuannya untuk mengalihkan narapidana dari narkoba," ujarnya, Rabu, 17 Juni 2015.

Sepekan sekali tiap Rabu dari pukul 13.00-15.00 WIB, Panca membimbing belasan narapida yang berminat ikut menggambar. Pesertanya kerap berganti tiap pekan. Tak melulu menggambar, Panca membagi waktu pertemuan dengan saling bercerita antar napi. Ia pun mengamati beragam rajah yang umumnya menempel di tubuh peserta.

Bagi para napi, kata Panca, rajah merupakan semacam tameng untuk bertahan hidup di dalam dan di luar penjara. Jumlah dan jenis rajah bisa membuat seorang napi disegani. Namun asumsinya sesuai literatur yang dibacanya pada tradisi rajah di kalangan tahanan penjara Amerika maupun Rusia, meleset 100 persen.

Di negara luar, bentuk rajah napi merupakan semacam kode atau pangkat kejahatan dengan penempatan khusus di tubuh. "Di kita tidak seperti itu, tatonya beragam dan tidak melambangkan kode tertentu," ujarnya. Di era 1980-an, kalangan preman Indonesia misalnya mengenal gambar tato umum, misalnya elang, kapak, naga, yang mengacu ke rajah di Amerika.

Tato menurut Panca, dapat menjadi sebuah simbol status, identitas ataupun simbol kekuatan, juga catatan pribadi, hingga menjadi alat tukar atau barter. "Selain mendapat cap buruk dari masyarakat, pemakainya pun jadi mengkriminalisasi tato," katanya. Adapun rajah yang masih dipakai sebagai budaya dan simbol tradisi, misalnya pada suku Dayak di Kalimantan, dan Mentawai.

Pada karya Bless This Mess, Panca membuat semacam buku tebal sepasang. Sampul kulitnya terbuat dari kayu dan dibiarkan terbuka. Di dalamnya, isi buku diiris dalam untuk menempatkan obat-obatan terlarang, juga alat rajah yang batangnya terbuat dari sikat gigi. Karya itu menggambarkan bagaimana para napi yang berupaya menyembunyikan barang-barang terlarang di dalam penjara.

Di sebelahnya, Panca menempatkan karya berjudul Prison Gun Innuendo. Bentuknya rak kayu yang ditidurkan. Pada tiap kotak kayu berukuran sekitar 30 x 30 sentimeter tersebut, ia meletakkan komponen alat rajah secara terpisah maupun dalam bentuk jadi hasil rakitan sendiri. "Itu semacam sejarah mesin tato, umum di berbagai negara," kata peraih juara ketiga Anugerah Adirupa IV Ciputra Citra Raya 2014 tersebut.

Adapun empat karya berikutnya berupa potret kawannya yang bertato dan ada yang pernah merasakan hidup di dalam penjara. Tiap sosok yang bertelanjang dada itu gambar fotonya dipindahkan ke pelat metal sebagai simbol hidup keras, lalu Panca menambahkan gambar rajah baru sesuai identitas obyeknya, seperti ular dan naga.

Terbiasa menggambar hingga bercorak realis, seniman berusia 30 tahun itu, beranjak ke karya-karya yang berbasis riset. Menurutnya, tidak banyak seniman yang berpola kerja seperti itu karena memakan waktu juga biaya yang tidak sedikit. Rencananya, tema rajah hasil pengamatannya di penjara itu akan terus diolah pada karya berikutnya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

35 hari lalu

Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.

Baca Selengkapnya

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

41 hari lalu

Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.

Baca Selengkapnya

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance

Baca Selengkapnya

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.

Baca Selengkapnya

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.

Baca Selengkapnya

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.

Baca Selengkapnya

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.

Baca Selengkapnya

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.

Baca Selengkapnya

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.

Baca Selengkapnya