Pengunjung membanjiri pembukaan ArtJog 12 melewati karya instalasi "Unidentifying Unflying Object" karya Heri Dono di Taman Budaya Yogyakarta, (14/7/2012). Pameran seni rupa dan pasar seni ArtJog tahun ini mengusung tema "Looking East" dan diikuti oleh 155 seniman dalam dan luar negeri. TEMPO/Suryo Wibowo
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ada 86 seniman dari berbagai negara dan daerah di Indonesia berpartisipasi sebagai peserta Art Jog di Taman Budaya Yogyakarta, 6-28 Juni 2015. Tapi hanya satu karya lukis yang dipamerkan dari 103 karya seni rupa. Selebihnya karya seni rupa bercorak flux dengan berbagai media.
Bursa seni rupa yang ke delapan kalinya itu memilih tema “Infinity in Flux: The Unending Loop that Bond the Artist and the Audience”. “Seluruhnya (karya) interaktif dengan pengunjung,” kata kurator Art Jog, Bambang Toko Witjaksono, dalam jumpa pers di Greenhost Boutique Hotel, Yogyakarta, Rabu, 3 Juni 2015.
Dia menjelaskan, sesuai dengan temanya, flux yang bermakna tak terbatas, Art Jog tahun ini menampilkan karya-karya bersifat intermedia. Seni konvensional mengenal lukisan dan patung, konsep flux memberi kesempatan seniman mengolah alat, bahan, dan teknik yang tak terbatas. Jadi tak hanya penglihatan yang dimanjakan, tapi semua indra pun bisa merasakannya. Semisal dengan bunyi, gerak, bahkan aroma dan rasa.
“Perkembangan teknologi membawa pengaruh pada karya (seni), termasuk cara menikmatinya,” ucapnya. Tak heran, ujar nya, hanya ada satu karya lukis dalam Art Jog kali ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Art Jog selalu memilih satu seniman atau kelompok sebagai Commission Artist. Karyanya dipajang di pelataran gedung Taman Budaya. Tahun ini, panitia memilih Indieguerillas. Kelompok ini beranggotakan suami-istri Miko Bawono dan Santi Ariestyowanti. Keduanya merupakan seniman yang selama ini dikenal dengan karya mix-media.
Indieguerillas menampilkan karya berupa wahana delapan sepeda interaktif berjudul Taman Budaya. Sepeda itu ditempatkan dalam Green Flux, instalasi menyerupai bola. Instalasi bola setinggi 12 meter itu terbuat jalinan kawat dengan permukaan terbalut sejenis tanaman pagar (Cuphea hyssopifolia).
Direktur Art Jog Satriagama Rakantaseta menuturkan Art Jog mulai mendapat tempat di tengah masyarakat. Tak hanya para pelaku seni, tapi masyarakat secara umum. Dia berharap acara ini tak sekadar menjadi ajang bagi transaksi karya seni saja. Namun juga mampu menggerakkan sektor ekonomi lain.
Pameran seni rupa yang digelar saat libur panjang ini mengundang banyak pengunjung setiap tahun. Meski pengunjung dikutip biaya masuk.