Seorang teknisi mengecek ruang pemutaran di L'Eden cinema, bioskop pertama dan tertua di dunia, sebelum acara pembukaan kembali di La Ciotat, Prancis, Rabu (9/10). REUTERS/Jean-Paul Pelissier
BISNIS.COM, Jakarta - Bioskop Rakyat yang digagas Dewan Kreatif Rakyat bertekad menjangkau masyarakat di daerah-daerah yang tidak terjangkau bioskop konvensional untuk dapat menikmati film.
"Segmennya menengah ke bawah," kata sutradara Damien Dematra, yang juga salah satu penasihat DKR, saat jumpa pers, di Jakarta, Senin, 18 Mei 2015.
Bioskop Rakyat yang rencananya diluncurkan pada Agustus 2015, akan memanfaatkan gedung yang sudah ada di tempat tertentu untuk bekerja sama memutar film secara periodik, misalnya balai desa memutar film setiap akhir pekan.
"Jadi nonton film bukan cuma di gedung mentereng berpendingin udara, di balai rakyat juga bisa".
Damien mengatakan, mungkin juga mereka akan bekerja sama dengan sekolah atau pesantren untuk memutar film.
Pemutaran film secara rutin itu selain memberi pendidikan kepada mereka yang hadir, juga diharapkan dapat menstimulasi warga daerah untuk membuat film. "Jangan hanya jadi penonton, tapi jadi pembuat juga".
Menargetkan kelas menengah ke bawah, penonton akan diminta membeli tiket Rp 4.000 hingga Rp 10.000 untuk dapat menonton film yang diutamakan karya anak bangsa itu.
Selain filmnya sendiri, Damien mengatakan ia terbuka kepada sineas lain yang ingin bekerja sama. Ia mengharapkan dalam kurun waktu tiga tahun akan muncul seribu atau lebih Bioskop Rakyat di berbagai tempat.
