53 Seniman Bandung Gelar Karya Revolusi Mental
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Minggu, 22 Juni 2014 04:17 WIB
TEMPO.CO, Bandung -Didasari hingar-bingar masa pemilihan presiden, warga Bandung ikut ambil bagian dalam acara berbasis seni. Selama ini Bandung merupakan daerah yang berbasis budaya kreatif dengan lokomotif para seniman, budayawan dan warga. Maka alasan ini menjadikan unjuk diri dan kekuatan kreativitas yang mesti ditumbuh kembangkan.
Melalui momen ini, para seniman dan budayawan dapat menginterupsi hal-hal pragmatis yang berlangsung tidak ubahnya seperti masa lalu. Disepakati seni jadi sebuah medium untuk menjembatani konsep dan ide mengenai revolusi mental serta nilai-nilai spiritual yang ingin dibentuk sebagai aspirasi dan kebebasan ekspresi warga.
Salah satu bentuk ekspresi yang dapat menyampaikan hal ini adalah dengan memanfaatkan salah satu momen lain, yaitu hari jadi ke-53 tahun salah seorang kandidat presiden Republik Indonesia. Dengan menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan berkreasi berupa ide dasar Revolusi Mental, sebanyak 53 seniman dan budayawan di Bandung memberikan apresiasi di Hutan Kota Babakan Siliwangi pada Sabtu, 21 Juni. (Baca:Pengusaha Dukung Revolusi Mental ala Jokowi)
Tisna Sanjaya, koordinator gerakan 53 Karya Revolusi Mental ini mengatakan. “Karya yang tercipta ini ditampilkan menjadi sebuah karya yang bersifat sublim, metafor, dan simbolik. Dengan merepresentasikan harapan publik terhadap seorang pemimpin yang betul-betul melandaskan kepemimpinannya pada hal-hal yang selama ini disampaikannya. Nilai-nilai yang akan diangkat pada karya-karya ini akan memuat semangat revolusi budaya, nilai spiritual, kearifan lokal, dan semangat masa kini," kata Tisna.
<!--more-->
Para seniman yang tergabung dalam acara ini adalah Isa Perkasa, Syagini Ratnawulan, Dedi Koral, Hasan Pratama, Herry Dim, Inne Arini, Jitno, Ganden Witono, Deden Sambas, Aliansyah Caniago, Bang Zul, Aat Suratin, Rahmat Jabaril, M. Zico Albaiquni, Mier Komara, Iwan R. Ismail, Tisna Sanjaya, Wawan S. Husin, Tatang K, Hikmat Gumelar, Hary Pocang, Wawan Sofwan, Dodo Abdullah, M. Nasir, Mona Silviana, Hawe Setiawan, Gustaff H. Iskandar, Andar Manik, Widi, Zusva Roihan, Asep Berlian, Godi Suwarna, Diyanto, Tomy Darmawan, Bagong K, Soher dan para seniman Sanggar Olah Seni BakSil.
Melalui medium karya seni yang beragam, acara ini ingin menyampaikan 53 karya yang berbeda, jadi tidak hanya dari satu corong. "Nantinya, karya yang dihasilkan di acara ini akan dipamerkan di galeri, lalu dilelang untuk dana Revolusi Mental," kata dia.
Tisna juga menuturkan para kontributor yang berkarya dalam acara ini sebelumnya telah melakukan eksplorasi dan studi terhadap sebuah arah ide-ide kepemimpinan, yang sesuai dengan konteks Indonesia.
"Ide-ide tersebut sedang dan akan dijalankan, dan tidak akan mungkin berlanjut, tanpa doa dan restu dari masyarakat yang mengidamkan rasa saling menghargai dan toleransi, termasuk melalui agama yang mencintai keberagaman”, kata Tisna. Poin yang disampaikan di Babakan Siliwangi, menurut dia, adalah demi kemenangan orang-orang baik untuk Indonesia. (Baca:Jokowi: Indonesia Butuh Revolusi Mental)
HADRIANI P
Terpopuler:
BPK Temukan Potensi Kerugian DKI Rp 1,54 Triliun
Intuisi Indigo Ungkap Kelemahan Prabowo. Apa itu?
Temuan BPK, Ahok: Ada Pencairan ke Rekening Pejabat
Kata Astrolog, Jokowi Jadi Presiden pada 9 Juli
Usai Diberedel, Keluarga Prabowo Ingin Beli Tempo