Sely, Pegiat Antikorupsi Peraih Oscar Kejujuran  

Reporter

Editor

Heru Triyono

Kamis, 20 Maret 2014 16:23 WIB

Aktivis Anti Korupsi Indonesia, Sely Martini . TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Kaget. Itu yang dirasakan Sely Martini, 36 tahun, saat mengetahui kemenangannya sebagai Best Activist in a Leading Role dalam acara yang dikenal dengan Oscar Kejujuran, International Honesty Award 2014, awal tahun ini. Penghargaan itu diprakarsai oleh dua organisasi yang bergerak dalam bidang transparansi, ONE dan Accountability Lab, guna mengapresiasi para pejuang antikorupsi di berbagai belahan dunia.

Bagaimana tidak? Empat aktivis antikorupsi tersohor dikalahkan Sely yang meraih 54 persen dari 6.700 suara yang masuk. Sebut saja John Gitongo (Kenya), Aruna Roy (India), Gregory Ngbwa Mintsa (Gabon), dan Xu Zhiyong (Tiongkok). “Saya dapat suara dari banyak orang di berbagai negara. Itu yang membuat saya takjub. Apalagi saya tahu nominator lain adalah orang-orang hebat di negaranya,” ujarnya saat ditemui Tempo di rumahnya yang asri di Dago, Bandung, Selasa sore lalu.

Sely sebenarnya bukan nama baru di dunia pemberantasan korupsi Indonesia. Sudah lebih dari 10 tahun ibu Garalt, 7 tahun; Kalila (5,5); dan Azad (4) ini bergabung dengan Indonesia Corruption Watch, lembaga nirlaba yang sejak 1998 konsisten memerangi korupsi. Namun memang, Sely tergolong jarang nongol di media massa dibandingkan dengan koleganya di ICW.

Sebab, selama ini Sely lebih sering bergelut di belakang layar. Di ICW, sejak awal, Sely getol mengawal isu-isu preventif pemberantasan korupsi di ranah lingkungan dan kehutanan. Ia, yang di ICW disebut sebagai “ibunya anak-anak”, juga lebih sering mengurus masalah manajemen. “Memang tugas dan bidang saya enggak ‘seksi’, tapi gerakan antikorupsi butuh manajemen yang baik,” kata dia.

Blusukan di hutan-hutan di daerah kerap dilakoni istri pengajar Jurusan Geodesi Institut Teknologi Bandung, Rizqi Abdulharis, ini. Ada kalanya, ia mesti menginap lebih dari sepekan di daerah untuk melakukan investigasi, evaluasi, dan memberi advokasi pada warga sekitar soal pentingnya menuntut keadilan terhadap perusahaan penyewa lahan.

Soal lelang konsesi hutan selalu membuat Sely geregetan. Wakil Koordinator ICW itu menilai selama ini ada jurang yang lebar antara perusahaan penyewa lahan dan warga pemilik kebun. Di Kalimantan Barat, misalnya, ada warga yang menyewakan 1 hektare tanahnya seharga US$ 3 (sekitar Rp 34 ribu). Padahal, keuntungan yang didapat dari penyewa lahan bisa beratus kali lipat dari harga sewa tersebut.

“Baca hasil investigasi hutan membuat saya marah. Gila kan, kita ngekos saja bayar ratusan ribu. Masak itu lahan sehektare yang isinya kayu miliaran cuma dihargai US$ 3?” kata perempuan kelahiran Bandung, 31 Maret 1978 ini.

Saking kesalnya terhadap perusahaan kertas dan minyak sawit yang mencurangi warga, Sely sampai emoh menggunakan produk mereka. Di rumah, ia membikin sendiri sabun mandi dari minyak kelapa. Minyak goreng untuk memasak pun ia tak mau memakai yang berbahan sawit. “Saya enggak mau omong doang. Makanya hal-hal kecil yang bisa saya lakukan untuk melawan mereka, saya lakukan.”

Kiprah Sely dalam pemberantasan korupsi dimulai sejak ia masih berstatus mahasiswa Jurusan Planologi ITB pada 1997. Sering aktif dalam berbagai demo anti-Soeharto dan membuat gerakan Lumbung Kota, yang tugasnya mengumpulkan bahan kebutuhan pokok untuk warga tidak mampu, mengantarkan Sely menjadi sukarelawan ICW dalam sejumlah penelitian.

Namun, Sely sempat berhenti aktif di ICW dan memilih bekerja sama dengan mantan dosennya menggarap sejumlah proyek. Saat itulah nurani Sely mulai terketuk. “Dari proyek-proyek itu saya tahu soal kick back (suap) yang sebenarnya merupakan bentuk korupsi. Setelah itu, saya memutuskan berhenti dan gabung lagi dengan ICW yang kebetulan sedang butuh evaluator,” katanya.

Sely sadar banyak risiko yang mesti dia tanggung sebagai pegiat antikorupsi. Karena lebih banyak bekerja di balik layar, ia jarang mendapat intimidasi, tetapi tekanan pasti tetap ada. Somasi pun beberapa kali diterimanya. Kendati demikian, sampai sekarang ia tak terpikir hengkang dan memilih pekerjaan lain.

“Melihat ancaman dan ketidakadilan yang didapat warga daerah selalu bikin saya tambah semangat membantu mereka,” katanya. Namun demikian, kadang-kadang ia juga tergoda untuk berhenti dan menjadi ibu rumah tangga. Tapi, “Kalau saya duduk di rumah saja, lalu siapa teh yang akan ngerjain tugas saya?” ujar peraih Master of Science pada Regional Development Planning (Perencanaan Pembangunan Regional) dari Technische Universitat Dortmund, Jerman, ini.



ISMA SAVITRI

Terpopuler:
Bawa Lamborghini Kuning, Raffi Ahmad Curi Perhatian

Teuku Wisnu Kecewa Jokowi Jadi Capres
Para Selebritas Nominasi Panasonic Gobel Awards
Musisi Peduli Indonesia Sumbang Pengungsi Kelud

Berita terkait

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

1 jam lalu

Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad

Baca Selengkapnya

Banyuwangi Terima Penghargaan Tertinggi dari Jokowi

2 jam lalu

Banyuwangi Terima Penghargaan Tertinggi dari Jokowi

Atas pencapaian hasil Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD) 2022, dan mendapatkan nilai terbaik nasional dengan status kinerja tertinggi.

Baca Selengkapnya

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

2 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Inovasi ID FOOD Raih Penghargaan Digital Technology Award 2024

5 hari lalu

Inovasi ID FOOD Raih Penghargaan Digital Technology Award 2024

Sejumlah inovasi ID FOOD mendapat apresiasi dari pelaku teknologi informasi di Tanah Air karena efektif mendukung aktivitas bisnis pangan.

Baca Selengkapnya

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

5 hari lalu

Wartawan Perang Semyon Yeryomin Dapat Penghargaan dari Moskow

Wartawan Semyon Yeryomin gugur akibat serangan drone Ukraina pada akhir pekan lalu. Dia mendapat penghargaan dari Moskow

Baca Selengkapnya

13 Bom di Jakarta Menerima Penghargaan Ho Chi Minh City International Film Festival

9 hari lalu

13 Bom di Jakarta Menerima Penghargaan Ho Chi Minh City International Film Festival

Film 13 Bom di Jakarta menerima dua penghargaan bergengsi dari Ho Chi Minh City International Film Festival

Baca Selengkapnya

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

9 hari lalu

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

Gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan TNI memiliki makna yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

9 hari lalu

Mengenal Bintang Jalasena, Penghargaan TNI AL yang Berjiwa Kesatria

Tak hanya prajurit TNI AL, Bintang Jalasena juga diberikan kepada WNI bukan prajurit, bahkan WNA yang telah berjasa.

Baca Selengkapnya

Tak Suka Hadiah Pemberian Kerabat, Apa yang Harus Dilakukan?

11 hari lalu

Tak Suka Hadiah Pemberian Kerabat, Apa yang Harus Dilakukan?

Tak semua hadiah yang diterima seperti yang diharapkan atau bahkan kita sama sekali tak suka barang yang diberikan. Apa yang harus dilakukan?

Baca Selengkapnya

Telkom Indonesia Raih Penghargaan Linkedin Top Companies 2024

11 hari lalu

Telkom Indonesia Raih Penghargaan Linkedin Top Companies 2024

Telkom Indonesia kembali meraih penghargaan sebagai tempat kerja terbaik untuk mengembangkan karier versi LinkedIn Top Companies 2024.

Baca Selengkapnya