TEMPO.CO, Jakarta - Angger Dimas merupakan satu dari sedikit DJ Indonesia yang karyanya dikenal luas oleh penggemar musik eletronic dance dunia. Angger juga dinobatkan sebagai DJ nomor wahid Indonesia versi situs Amerika Serikat, The DjList. Angger kerap berkolaborasi dengan Steve Aoki, yang saat ini menduduki posisi ke-8 DJ terbaik di dunia. Tersembunyi di Jalan Gaharu I, Cipete, disk jockey Angger Dimas, 26 tahun, menyepi dari hiruk pikuk dunia malam.
Di puncak sebuah rumah empat lantai, Angger membangun sendiri studio miliknya. Lengkap dengan komputer berlayar jembar, gitar listrik dan akustik, serta tentu saja sebuah turn table—alat pemutar musik DJ. Alunan lagu Bohemian Rhapsody dari Queen masih sempat terdengar sebelum dimatikan saat kami mewawancarai Angger (dibaca angger, bukan anger) yang tengah bercengkerama dengan teman-teman terdekatnya.
<!--more-->
Kaset apa yang kamu beli pertama kali?
Banyak sih. Tapi yang paling gue inget banget itu album Queen The Greatest Hits. Karena gue suka Queen dari kecil, sejak sekolah dasar. Gue terpengaruh oleh gitarisnya, Brian May. Bokap gue yang pemusik adalah orang yang pertama mengenalkan musik-musik zaman dulu. Jadinya yang pertama kali gue cari dan beli dari uang jajan gue itu ya Queen.
Pernah remix lagu-lagunya Queen juga?
Kalau sekarang belum. Gue cuma suka dengar Queen. Menurut gue, musik-musik Queen itu enggak "rombakable"—tidak bisa diubah. Maksudnya musik Queen udah sempurna banget. Enggak bisa diapa-apakan.
Album Steve Aoki, Wonderland, dinominasikan dalam Grammy 2012. Kamu adalah salah satu penyumbang lagu album itu. Bagaimana ceritanya bisa kerjasama dengan Aoki?
Pada 2009 gue udah rilis album secara internasional, dan masuk kompilasi lagu di Hollywood juga. Steve udah pernah mendengar nama gue di Amerika, dan mainin lagu gue juga. Ketika dia ke Indonesia pada 2011, kami belum saling kenal. Waktu konferensi pers dia bilang, "Saya mau main di Indonesia karena mau ketemu Angger." Gue kaget, karena enggak menyangka dia begitu. Begitu Steve setelah konferensi pers itu gue panggil: "Steve, ini saya, Angger." Sejak itu kami akrab. Saat Steve mau bikin Wonderland, gue bikin satu lagu buat dia, judulnya Steve Jobs.
Tapi gak banyak yang tahu itu...
Gue enggak peduli. Kalau selalu terdorong oleh keinginan untuk populer, karya gue mungkin akan hancur dengan sendirinya.
Setelah manggung, apa yang biasanya kamu kerjakan?
Gue biasanya main dari jam 1 sampai jam 3 pagi. Setelah itu pulang ke rumah tidur sampai kira-kira jam 10 pagi.
Enggak ikut afterparty?
Enggak. Gue enggak pernah. Enggak suka.
Kok bisa, DJ enggak suka afterparty?
Bagi gue nge-DJ adalah pekerjaan. Ini adalah hal yang gue nikmatin. Saat gue sudah nikmati ini, gua akan merasa cukup. Tentu, gue memastikan untuk mengobrol kasual dengan orang yang datang ke acara gue, foto bareng, dan sebagainya. Tapi untuk ikutan pesta sampai, gue enggak deh. Gue bukan orang yang suka keluar, bahkan kurang suka pergi ke mal. Dalam setahun, gue ke mal cuma empat sampai lima kali.
Terus, apa yang kamu kerjakan?
Di rumah, menikmati waktu bersama keluarga, bokap nyokap, selagi masih bisa ketemu. Dan sama teman-teman juga.
Minum alkohol saat manggung?
Sometimes.
Sampai mabuk?
Gue peminum yang cukup tangguh. Gue pasti haus, sementara di saat manggung pilihannya cuma ada alkohol, ya gue minum. Biasanya manajer gue selalu menyediakan dua gelas vodka atau Champagne. Kenapa gue enggak mabok? Karena di saat main, gue lompat-lompat seperti olahraga sehingga alkoholnya sudah keluar dari keringet. Saya juga tahu batas. Alhamdulillah seumur hidup gue belum pernah pingsan.
<!--more-->
Tadi di atas meja, ada Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, itu salah satu buku yang kamu baca?
Itu bacaan Ote, desainer gue. Tapi gue memang suka banget sama sejarah kebetulan gue mau mengambil S2 jurusan sejarah. Di mana ada sejarah, gue pasti pengen banget baca itu. Gue suka banget sejarah karena bisa ngobrolin banyak versi sejarah, sejarah agama, atau apapun. Kalau tidak ada sejarah, tak ada kita.
Kenapa ambil S2? Bukankah kamu sudah punya karier yang bagus?
Kenapa lu masih hidup, tapi enggak belajar? Gue selalu terinspirasi omongan teman-teman gue: ada tiga hal nanti yang kita bawa ke alam kubur: doa anak soleh, ilmu yang bermanfaat, dan amal jariyah.
Jadi sebenarnya kamu religius juga?
Bisa saja gue pencitraan. Yang jelas gue bukan filsuf ateis yang menganggap tuhan itu enggak ada. Waktu gue sedang jatuh, pernah pengen mencoba obat-obatan. Untung ada dia teman-teman gue, yang selalu mengingatkan gue buat solat waktu gue sedang ada masalah.
Siapa musisi yang ingin kamu ajak kerjasama lagi?
Dari Indonesia, siapa saja. Asalkan dia punya bakat dan kemauan, ayo kerjasama. Satu-satunya musisi Indonesia yang pernah kerjasama sama gue dan enggak disangka orangnya sangat rendah hati ya Mas Piyu Padi. Dia idola gue dan sekarang—sejak kerjasama pada 2011—kami bisa mengobrol kayak paman dan keponakan.
Adakah musisi internasional lain yang sedang dijajaki untuk diajak bekerjasama?
Sedang mencoba mendekati Beyonce.
SUBKHAN
Baca juga: