TEMPO.CO , Jakarta: Sepotong ayat Alquran terpampang di satu sudut ruangan kafe. Kutipan ayat ke-19 an Nahl dipajang di atas rak kayu yang menempel dinding. Bahannya berasal dari rangkaian pelat keemasan. Lempengan logam itu disambung dengan mur warna putih dengan struktur terdiri dari puluhan atau mungkin ratusan- sel segi enam, mirip sarang lebah.
And Allah Knows What You Conceal and What You Reveal adalah karya Thedeo Mixblood. Karya itu dipamerkan di Via-Via Cafe Yogyakarta. Bertema H.O.Pe (Hyper, Over, Premature), ada 16 karya dalam pameran tunggal ini.
Thedeo Mixblood merupakan kelompok kolaborasi dua perupa asal ISI Solo R. Bonar Diat SP dan ISI Yogyakarta Fahla F.Lotan. Dalam berkarya, mereka lebih banyak mengeksplorasi modifikasi mainan anak-anak (experimental custom toys). Mainan itu diubah menjadi bentuk baru dan imajinatif. Namun dalam pameran, yang berlangsung 24 Juli hingga 20 Agustus 2013, ini Thedeo lebih menekankan penggunaan pelat-pelat logam.
Fahla, perempuan kelahiran 29 Oktober 1990 yang akrab disapa dengan Dila, mengatakan karya-karya dalam pameran ini terinspirasi nama surah dalam al Quran, an Nahl (lebah). Lempeng-lempeng besi pipih itu dirangkai membentuk segi enam, yang mirip sel dalam susunan sarang lebah. “Tapi kami tak sedang berbicara tentang Islam, hanya spirit rumah lebah itu yang diambil,” kata dia, usai pembukaan pameran, Rabu 24 Juli 2013 malam pekan kemarin.
<!--more-->
Tak heran, di belasan karya yang mereka tampilkan dalam pameran itu, struktur segi enam dapat ditemui pada tiap karya. Thedeo menjadikan struktur itu sebagai penguat figur-figur yang mereka bangun. Struktur segi enam yang melekat dalam karya mereka lantas diberi nama baru, Klepiderma. “Dalam arsitektur, struktur segi enam ini yang terkuat,” kata Bonar, yang biasa disapa dengan nama Otong itu.
H.O.Pe, kata lelaki kelahiran 22 November 1982 itu, adalah hope (harapan). Sebagai unsur baru dalam karya mereka, penggunaan logam diharapkan kian memperkaya proses kreatif Thedeo. Ini seperti Klepiderma yang memperkuat struktur figur karya mereka. Masuknya unsur logam mereka maknai sebagai perkembangan sebuah proses berkreasi.
Meski demikian, mereka tak meninggalkan ciri khas karya mereka, yakni menggunakan mainan-mainan. Misalnya saja pada karya berjudul The Man of Glory Immortality. Pada karya ini, Thedeo menggabungkan struktur segi enam (Klepiderma) dengan mainan berbentuk patung hewan sebagai tubuh dan kepala seperti monster.
Atau lihat saja karya yang berjudul yang berjudul Mother Earth. Karya itu masih menggunakan boneka seorang perempuan dengan delapan kaki yang terdiri dari boneka hewan. Semisal macan, kuda, babi, dan sapi.
<!--more-->
Kehadiran Klepiderma seolah tak sekedar melengkapi modifikasi mainan-mainan itu. Namun, justru menyambungkan satu potongan mainan dengan potongan lain. Semisal dalam karya berjudul The Javanese Queen Transformation. Pada karya yang menurut Dila melambangkan metafora perempuan Jawa yang teguh mempertahankan tradisi dan budaya itu, Klipederma membentuk ‘leher’. Rangkaian segi enam itu menghubungkan sebuah topeng boneka dan badan mainan berbentuk hewan.
Perupa Agung Kurniawan, yang malam itu didapuk membuka pameran mereka, mengingat awal perjumpaannya dengan kelompok ini 2-3 tahun lalu. Berbeda dengan pameran yang digelar di Kedai Kebun Forum beberapa tahun lalu, kali ini karya mereka dinilai lebih banyak menggunakan metal (logam). “Saya yakin (proses kreasi) ini belum finish dan masih dikembangkan lagi,” kata dia.
ANANG ZAKARIA
Berita terkait
Mengenang Harry Roesli dan Jejak Pengaruhnya di Budaya Musik Kontemporer
11 Desember 2023
Pada 11 Desember 2004, musisi Harry Roesli tutup usia. Ia merupakan seorang pemain musik yang dijuluki Si Bengal dan pencipta lagu yang produktif.
Baca SelengkapnyaAsyiknya Merakit Gundam Plastik
22 Oktober 2023
Berawal dari anime serial Gundam, banyak orang tertarik merakit model kit karakter robot tersebut.
Baca SelengkapnyaKhadir Supartini Gelar Pameran Tunggal "Behind The Eye"
30 Juni 2023
Pameran seni kontemporer ini dibuka untuk umum tanpa reservasi dan tidak diperlukan biaya masuk.
Baca SelengkapnyaKritik Dogma Seni Kontemporer, Zazu Gelar Pameran Tunggal di Orbital Dago
28 Agustus 2021
Zahra Zubaidah tidak menyangka, sekolah seni ternama itu terbatas hanya mengandalkan seni kontemporer.
Baca SelengkapnyaArtjog MMXXI Digelar, Terapkan Konsep Pameran Luring dan Daring
8 Juli 2021
Menparekraf Sandiaga Uno mengapresiasi penyelenggaraan Artjog sebagai ruang yang mempertemukan karya seni para seniman dengan publik secara luas.
Baca SelengkapnyaPertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi
20 Februari 2021
Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.
Baca SelengkapnyaSutradara Riri Riza Juga Bisa Bikin Seni Instalasi, Ada di Artjog
28 Juli 2019
Seni instalasi karya Riri Riza bersama seniman lainnya berjudul Humba Dreams (un) Exposed ditampilkan di Artjog 2019 di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Buka Artjog 2019, Bicara Populasi dan Toleransi
26 Juli 2019
Menteri Keuangan Sri Mulyani membuka Artjog 2019 dan berbicara di panggung selama 10 menit tanpa teks.
Baca SelengkapnyaFakta Cooke Maroney, Art Dealer Tunangan Jennifer Lawrence
7 Februari 2019
Tunangan Jennifer Lawrence, Cooke Maroney, adalah seorang art dealer seni kontemporer. Ia pernah bekerja dengan beberapa tokoh seni Amerika.
Baca SelengkapnyaNuit Blanche Taiwan 2018, Museum Tanpa Dinding
7 Oktober 2018
Sejak Sabtu malam hingga pagi hari, pengunjung Nuit Blanche dapat menikmati 70 pertunjukan dan 43 instalasi seni yang tersebar di kota Taipei, Taiwan.
Baca Selengkapnya