TEMPO.CO, Los Angeles - Penyanyi R&B Alicia Keys menolak untuk membatalkan konsernya di Israel. Hal tersebut muncul terkait kencangnya protes atas dugaan penganiayaan pemerintah Israel pada rakyat Palestina.
Pelantun The Girl On Fire itu merencanakan akan tampil untuk para penggemarnya di Nokia Arena, Tel Aviv pada Kamis, 4 Juli 2013. Akibat kerasnya untuk bertemu penggemarnya di Israel, Keys didesak para aktivis termasuk Alice Walker, penulis buku The Color Purple dan penyanyi rock Roger Waters untuk mempertimbangkan kembali rencana konsernya dalam menanggapi kekerasan yang sedang berlangsung antara Israel dan Palestina atas jalur Gaza.
"Saya percaya kita saling menghormati jalan dan pekerjaan masing-masing,” kata Waters. "Akan membuat saya bersedih jika mengetahui bahwa Anda menempatkan diri dalam bahaya dengan tampil di negara apartheid yang diboikot oleh banyak seniman global."
Waters menulis sebuah surat terbuka kepada Keys. Dalam suratnya tersebut Waters mendorong Alicia untuk bersatu dengan semua saudara-saudari melawan rasisme, kolonialisme, segregasi dan apartheid.
"Tolong Alicia, jangan meminjamkan namamu untuk memberikan legitimasi kepada pemerintah Israel atas kebijakan ilegal, apartheid, pendudukan tanah air dari penduduk asli Palestina," katanya.
Sebelumnya, Waters berhasil meyakinkan Stevie Wonder untuk menarik diri, keluar dari acara penggalangan dana untuk Angkatan Pertahanan Israel pada Desember tahun lalu. Lalu Elvis Costello, Santana, dan The Pixies juga telah membatalkan pertunjukkan di Israel dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari boikot. Tapi Keys menantang tidak akan menjadi salah satu dari mereka.
Keys mengeluarkan pernyataan yang disampaikan pada New York Times. "Saya menunggu kunjungan pertama saya ke Israel. Musik adalah bahasa universal yang dimaksudkan untuk menyatukan penonton dalam damai dan cinta, dan itu adalah semangat acara kami".
