Dalam peragaan busana Exquisite Glam : A Nigth Art With Martell ini, ISIS memamerkan 40 koleksi busana yang diperagakan 30 orang model dan 10 orang sosialita. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Para sosialita biasanya terdiri dari orang-orang sibuk dengan kegiatan seabrek. Namun untuk mengatur jadwal mereka bersosialisasi, kini ada semacam manajemen yang diberi nama Haute Lister Lifedata-style Management. Manajemen ini dibentuk oleh Yulie Setyohadi.
Menurut Yulie, Haute Lister bertugas bak manajemen artis. Bersama timnya dia mengatur jadwal para sosialita untuk hadir dalam setiap peluncuran produk tertentu atau menjadi tuan rumah peluncuran produk premium, pergelaran busana, hingga pesat di klub papan atas. “Kehadiran kami bisa mendongkrak pamor produk,” kata Yulie saat ditemui awal April lalu.
Dia mengatakan, kedatangan para sosialita dalam sebuah peluncuran produk premium akan menjadi kunci sukses produk tersebut. Pasalnya, para sosialita ini punya efek yang luas dalam menjaring teman-temannya yang lain.
Yulie mengatakan, pihaknya mewajibkan para anggota Haute Lister untuk punya item wajib yaitu tas bermerek Hermes yang harganya bisa ratusan juta rupiah.
“Sejauh ini sudah mencapai hampir 50 anggota. Mereka berasal dari beragam profesi, seperti artis, model, istri duta besar, pelukis, dan pemilik yayasan amal,” ujarnya. Meski demikian, Yulie mengatakan, mereka lebih senang disebut sebagai fashionista ketimbang sosialita. “Di sini, Haute Lister, kami para fashionista harus punya pekerjaan dan berkarya,” kata dia.
Yulie mendirikan Haute Lister bersama dua temannya, Veruscha Nadja dan Teddy Hamzah, sekitar akhir 2011. Berbekal eksistensi Yulie di pergaulan kelas atas yang sudah dimulai sejak awal 1990 manajemen ini diminati. Sebelumnya, Yulie pernah menjadi None Jakarta Pusat 1987 dan dalam sepak terjang di dunia ini Yulie sudah terlatih pernah beberapa kali mengurus kehadiran para sosialita di acara tertentu jauh sebelum membuat Haute Lister.
